webnovel

Temani Aku… Melewatinya

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

"Hei… Julian Yazeed, kamu mau apa?"

Tiba-tiba saja dia dipeluk dengan kuat oleh sepasang lengan hingga jatuh di sofa. Sintia merasa tidak nyaman dan tanpa sadar meronta.

"Jangan bergerak…."

Tekad Julian diambil oleh nafsunya selama sesaat. Setelah keduanya jatuh di sofa, nafsu yang begitu kuat itu kembali menang. Dia tidak bisa menghisap darah Sintia, dan hanya memeluknya seperti ini. Ingin melepaskannya, tapi lengannya tak berdaya.

Julian kesal sekali, putri duyung ini selalu menyiksanya seperti ini!

Awalnya, dia sangat menahan diri hingga nyaris tidak tahan. Dia hanya ingin tinggal di mansion sendirian dan melewati masa-masa kritis ini perlahan. Akhirnya, dia mengunci semua pintu dan jendela rumah. Namun, Sintia masih menerobos masuk dan dengan bodohnya malah duduk di sebelahnya.

Sintia tidak tahu jika aroma tubuhnya seperti minyak yang menyulut api gairah bagi Julian.

Biasanya, dia mampu bertahan melewati malam panjang penuh tekad ini!

Julian sulit menahan keinginannya untuk menghisap darah Sintia! 

"Seperti ini saja, jangan bergerak. Aku tidak akan menyakitimu. Aku janji…." Pria itu merasa frustasi. Ia memaksa dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang dia sesali. Julian tahu hal terakhir yang harusnya dia lakukan saat ini adalah memeluknya, tapi dia enggan untuk melepaskannya.

Sintia merasakan tubuh Julian gemetar dan mengira pria itu sedang kedinginan. Dia berpikir sejenak, mencoba tenang sambil berbisik lembut, "Tubuhmu sangat dingin. Apa memelukku seperti ini bisa membuatmu merasa hangat?"

"Tidak bisa."

Sintia yang ingin menganggap dirinya sebagai penghangat, "..."

"Apa kamu sangat kesakitan? Apakah memelukku seperti ini bisa membuatmu merasa lebih baik?"

Julian masih menjawabnya dengan dua kata, "Tidak bisa."

Sintia yang tidak berguna sama sekali merasa sangat terhina, "Apa aku tidak berguna sama sekali?"

Melihatnya menderita begitu lama, sebenarnya dia rela melakukan apa saja untuk menghilangkan rasa sakit pria itu, tapi bagaimana bisa Julian mengatakan jika dirinya tidak berguna sama sekali?!!!

"Kalau aku tidak berguna, kenapa kamu masih memelukku?"

"Aku ingin."

"..."

"Temani aku."

"Hm?"

Pria itu tampaknya kesulitan untuk mengatakan satu kata lagi, dengan gigi terkatup dia bersuara, "Melewatinya."

'Apa dia ingin aku menemaninya melewati ini?'

Sintia ingin mengatakan sesuatu, tapi pria itu sudah menghentikannya, "Jangan bicara. Begini saja, diam."

Begitu Sintia bicara, maka aroma napasnya akan menyeruak dan akhirnya membuat Julian ingin menggigitnya.

Sintia mengerucutkan bibirnya, 'Apa dia hanya menyuruhku untuk menjadi gulingnya yang tenang dan membiarkannya bertahan melewati ini semua?'

'Aku paham!'

Sintia terdiam beberapa saat, mau tidak mau mengabaikan pria di sampingnya yang entah sedang menahan apa sampai tubuhnya gemetar. Setelah berpikir sejenak, dia mengulurkan tangan dan mengusap lembut rambut Julian. Karena Julian melarangnya untuk bicara, maka dia berbisik di dalam hatinya, 'Hm … aku akan menemanimu melewatinya….'

Zayn bersembunyi di luar jendela dan menggunakan kamera piksel resolusi tinggi di ponselnya sebagai teleskop. Dia memperbesar detail pasangan di sofa ruang tamu dan menunggu lama. 'Mengapa Tuan Julian tidak menggigitnya?'

'Bukankah dia bilang jika sakit, dia harus menjauh dari orang maupun hewan dalam radius 500 meter, atau pertahanan dirinya akan runtuh?

'Ini nol meter, bagaimana dia masih bisa menahannya?'