webnovel

Tawaran yang menggiurkan

"Gugurkan anak dalam kandunganmu dan aku berjanji kita berdua masih bisa bertemu di masa depan"Ucap Danny dengan nada lembut bagaikan sihir ke telinga Diana.

"Apa maksudmu.."Diana menjadi gugup

"Diana, apa kamu tidak kasihan padaku? aku terjebak dalam posisi yang sulit. Malam itu aku melakukannya juga karena aku sayang padamu.. karena aku tersentuh dengan kata-katamu bahwa kamu mencintaiku sudah sangat lama.

Aku hanya ingin mendukungmu dan memberimu kepercayaan diri lagi. Aku juga puas dengan pelayanan yang kamu berikan, tubuhmu yang indah aku benar-benar menikmatinya.."Jantung Diana berdebar mendengar ucapan Danny seolah pria itu sedang menyatakan cintanya.

"A. aapa Kak Danny tidak bohong?"Tanya Diana gugup

"Mengapa aku harus bohong? jika aku tidak menyukainya mengapa aku ingin melakukannya lagi di Villa itu?" Air mata Diana menetes karena bahagia.

Apa ini artinya dia tidak mengorbankan dirinya dengan sia-sia malam itu? walaupun hatinya sakit karena Danny menyebut nama Maira dalam sesi percintaan mereka , namun nyatanya Danny mengakui keberadaannya malam itu.

"Dian, jika kamu mengikuti saranku, mari kita gugurkan anak itu. Aku tau ini terlihat kejam buatmu dan anak kita, tapi percayalah diapun akan menderita jika lahir kedunia ini."Suara Danny terdengar sedih, dia juga menghela nafas panjang membuat Diana tertekan.

"Ayahku pasti akan mencoret ku dari kartu keluarganya jika dia mengetahui skandal kita. Dan juga, bagaimana dengan Maira? bukankah kamu sendiri tau bahwa kami saling mencintai?

Meskipun aku bisa memberikan tubuhku padamu tapi hatiku adalah milik Maira, bukankah kamu mengetahui fakta itu sudah sangat lama?

Dian, mari kita jangan egois lagi. Aku berjanji padamu bahwa kita masih bisa menjalin hubungan tanpa harus diketahui oleh Maira, kita bisa berbagi ranjang dan selimut yang sama juga berbagi kenikmatan bersama.

Aku juga akan menjamin hidupmu dan menjauhkanmu dari ayahmu agar kamu tetap aman. Tapi Dian, itu semua bisa dilakukan jika kamu tidak melahirkan anak itu."Diana membeku di tempatnya.

Danny bicara lembut seperti saat-saat lalu sebelum percintaan mereka malam itu. Dia kembali menjadi pria ramah yang perhatian. Hati Diana luluh olehnya.

"Dian.. kamu masih disana kan?"Tanya Danny karena Diana tidak meresponnya

"I'iya kak, aku masih disini.."Diana terbata

"Kamu maukan dengan saranku? ini semua demi kebaikan kita bersama"Diana menekuri lantai di bawahnya.

"Kak.. berikan aku waktu"

"Mengapa masih harus mempertimbangkannya lagi sih?"Terdengar Danny sedikit gusar hingga Diana terkejut."Maksudku, kita bahkan bisa bertemu lagi sebelum pernikahan antara aku dan Maira. Aku menginginkannya...."Nada Suara Danny kembali serak.

Darah Diana berdesir dan jantungnya berdegup kencang hingga wajahnya memerah. Nada suara Danny yang serak merangsang sesuatu dalam dirinya hingga membuatnya berkhayal tentang peristiwa panas malam itu.

Meski akhirnya dia tidak klimaks karena Danny yang menyebut nama Maira di ujung sesi hubungan mereka, tapi bayangan tubuh kekar Danny yang menekannya dan terlihat sangat bernafsu membangkitkan gairahnya.

"Ba.. baik Kak.. Kakak bisa menjemputku nanti malam"Jawab Diana pelan. Dia sebetulnya masih ragu, tapi dia juga sangat mencintai Danny.

Jika dengan mengorbankan bayinya akan menjamin masa depannya dan bisa membuatnya tetap berada di sisi Danny maka dia akan berkorban untuk itu.

"Gitu dong sayang.. aku tau kamu wanita yang sangat bijaksana"Diana tergugu dengan panggilan sayang dari Danny, hatinya seketika mekar karena rasa bahagia.

Senyum tersungging di bibir Diana, wajahnya berseri bagaikan orang yang sedang jatuh cinta. Gayung bersambut, Danny akhirnya mau memberikan tempat di hatinya untuk seorang Diana.

"Aduh.."Tiba-tiba Diana mengaduh, rasa sakit yang tajam datang dari perut bawahnya membuatnya terbungkuk seketika.

"Astaghfirullah, ada apa ini?"Keringat mulai keluar dari wajah Diana. Rasa sakit di perutnya menimbulkan kepanikan yang luar biasa di hatinya.

"Kamu kenapa Nak, kamu nggak apa-apa kan?"Diana meremas perutnya yang melilit namun mengingat ada janin di sana dia berakhir hanya mengelusnya seolah berusaha menenangkannya.

Diana takut jika meremasnya janin itu akan hancur seketika.

Berjuang selama beberapa waktu dalam kesakitan, Diana dengan susah payah mencapai kamarnya, dia berjalan begitu pelan bahkan jarak ke kamar nya hanya lima meter saja dari tempatnya berdiri, tapi dia sampai disana hampir setengah jam.

Saat Diana mencapai ranjang, rambut dan bajunya semua basah dengan keringat. Sakitnya sudah sedikit reda tapi dia kehilangan begitu banyak tenaga seolah dia telah berlari beberapa mil jauhnya.

Diana meringkuk menjadi bola diatas ranjang, berusaha memberi dirinya kekuatan. Namun dia bernafas dengan sangat cepat.

Setelah agak tenang dan nafasnya pun sedikit stabil, Diana perlahan menutup matanya namun beberapa tetes airmata mulai mengalir keluar di sudut matanya.

"Jangan pergi.. jangan meninggalkan ibu"Lirihnya dan semakin banyak air mata yang jatuh "Maafkan ibu yang sempat berfikir untuk menyingkirkan kamu, maafkan Ibu yang sempat berfikir untuk egois"

Diana mulai terisak, untuk sesaat dia tersesat dengan tawaran menggiurkan Danny, tapi rasa sakit yang begitu hebat setelahnya menyadarkannya akan keberadaan bayinya yang berharga.

Mengingatkannya pada Maira yang begitu menyayanginya dan persahabatan mereka yang telah di nodainya.

"Maira.. maafkan aku"Diana kembali terisak.

Rasa sakitnya mereda, Diana perlahan menyentuh perutnya"Nak, apa kamu marah pada Ibu? Ibu mohon jangan marah lagi yaa.. kita berdua akan hidup dengan baik tanpa ayah. Kita tidak akan menyakiti Bibi Maira lagi"Diana mengusap perutnya dengan sayang.

Gelombang rasa bersalah memenuhi hatinya dan dia hanya mampu beristighfar seraya menghela nafas berkali-kali.

Dia berharap bayinya yang peka akan bisa memaafkan dirinya dan memberinya kesempatan kedua untuk memperbaiki diri

Tatapannya perlahan terbuka dan yang dilihatnya pertama kali adalah setumpuk belanjaan Maira siang tadi yang di susunnya di atas lemari.

Maira menyayanginya dengan tulus, Danny hanya mencintai Maira dan Maira juga mencintainya. Meskipun dia orang pertama yang bertemu dengan Danny di masa lalu, tapi kenyataan bahwa Danny memilih Maira adalah fakta yang tidak bisa di ubah.

Lagi pula, status sosial Maira memang layak untuk mendampingi sosok Danny yang sempurna.

Dia memiliki status sosial yang cacat dengan hubungan keluarga yang kacau. Bagaimana dia bisa bersanding dengan Danny?

Tiba-tiba ponselnya berdering lagi, Diana meraih ponselnya yang tergeletak di sisi kiri ranjang dan melihat siapa yang menghubunginya, tertera nama Aldo disana.

"Hallo.."

"Hallo Diana, apa kamu sibuk?"Tanya Aldo

"Nggak Kak? ada apa emang?"

"Aku lapar dan butuh teman untuk makan, apa kamu punya waktu?"Diana terdiam sesaat."Dian, kamuuu.. tidak ada waktu yaa?"Terdengar nada suara Aldo sedikit kecewa.

"Jam berapa?"

"Aku jemput setengah tujuh.."

"Jam enam saja Kak.. apa bisa?"

"Kenapa?"Diana terdiam "Baiklah.. jam enam sesuai keinginan Nona Diana"Putus Aldo dengan nada sedikit bercanda.

"Makasih Kak.. maaf udah merepotkan"Diana tak nyaman, bagaimanapun juga, Aldo adalah seorang Tuan Muda dan dia hanyalah Upik abu, mengapa dia lancang memerintah Tuan Muda?