1 Prolog

Perkenalkan namaku Angie. Aku tinggal di sebuah rumah besar bersama kedua saudariku. Rumah besar itu berada di pinggiran kota dengan dikelilingi tanah lapang luas tempat kami biasa bermain.

Ada banyak anak juga yang tinggal bersama dengan kami. Umur kami bervariasi. Ada yang berumur dua hari sampai yang berumur tujuh belas tahun.

Aku sudah tidak dapat mengingat lagi, mulai kapan kami berada disini. Tetapi aku tidak peduli, meskipun terkadang aku merindukan papa dan mama. Aku tidak ingat bagaimana rupa kedua orang tuaku. Bagiku, orang terpenting dalam hidupku adalah kedua saudariku.

Hingga suatu hari, saat aku berumur delapan tahun, ada seorang pria dan wanita yang menjemput ku. Kata Ibu, mereka akan mengadopsi ku. Aku sudah tahu kata-kata itu bahkan seringkali mendengarnya. Tetapi aku tidak memahami apa artinya.

"Aku tidak mau pergi jika mereka tidak mengajak Maddy dan Addy juga. Aku tidak mau pergi,"teriak ku histeris, saat aku tahu sepasang suami istri itu hanya menginginkan aku.

"Angie, jangan begitu. Angie masih bisa datang kemari untuk bertemu Maddy dan Addy,"kata Ibu lembut.

Tetapi aku terus menggeleng dan menangis. Aku menatap sepasang suami istri yang membalas menatapku dengan penuh kasih sayang, persis seperti yang kurindukan.

Aku memandang kedua saudariku yang berdiri di pojok ruangan. Tangan mereka saling bergandengan, seakan saling memberi kekuatan.

Mereka berdua berusaha tersenyum dan mengangguk, memberiku dukungan. Aku tahu hati mereka sedih dan sakit seperti hatiku.

"Pergilah..,"kata mereka berdua tanpa suara.

----------

Aku melangkahkan kakiku ke bar itu. Baru pertama kali aku ke tempat ini. Hari ini aku lulus SMU. Aku keluar sembunyi-sembunyi dari rumah dan akan merayakan kelulusan bersama teman-teman di sini.

"Jika papa tahu aku ada disini, bisa dihajar aku..,"ucapku pelan.

Musik dipasang cukup keras, sehingga tidak ada telpon yang diangkat saat aku mencoba menghubungi mereka. Aku mencari ke sana kemari mencari sekumpulan teman yang sudah janjian denganku.

"Apa aku datang terlalu awal atau jangan-jangan acara sudah selesai?"gumamku sambil melihat jam tanganku. Jam 20.00.

Aku duduk di meja bar, dekat bartender membuat ramuan minuman.

"Ingin pesan apa?"tanya pria muda yang berumur sekitar dua puluh lima tahun.

Aku mengawasi sekelilingku. Kemudian mataku tertarik pada minuman yang diminum wanita yang duduk di seberangku.

"Aku pesan seperti yang diminum wanita itu,"jawabku sambil menunjuk ke arah wanita yang nampak nikmat meneguk minumannya.

" Baiklah."

----------

Saat aku membuka mata, aku mendapati diriku sedang berbaring di tempat tidur. Kepalaku pening. Aku menutup mata dan membuka nya kembali.

"Dimana aku?"gumamku heran. "Apa aku mabuk?"tanyaku pada diriku sendiri. Aku ingat.. aku tadi mencoba minuman aneh. Pahit dan sedikit panas di tenggorakan.

Aku mencoba untuk bangun dari tempat tidur dan berdiri. Sepertinya keseimbanganku bermasalah. Aku berpegangan pada meja pendek di samping tempat tidur. Aku memegang kepalaku dan menggelengkannya untuk menjernihkan pandanganku.

Ada sebotol air mineral di meja. Minuman aneh tadi membuatku sangat haus.

Cklek...

Suara itu membuatku menoleh dan menatap horor ke arah pintu yang perlahan terbuka, yang sepertinya pintu kamar mandi. Pintu terbuka dan seorang pria muda keluar dari dalam kamar mandi dengan terbalut kimono putih dan tangan nya menggosok rambutnya yang basah.

Pria itu tertegun sejenak saat memandangku. Sambil terus menggosok rambutnya yang basah, tatapan nya berpindah dari wajahku lalu ke botol air mineral yang sedang kupegang.

"Hei.. hei..,"teriak pria itu panik dan segera berlari dan menyambar botol itu dari tanganku.

Dia menatap botol itu dengan tidak percaya. "Apa kamu meminum nya?" Pria itu berteriak lagi kepadaku. Aku mengangguk ketakutan.

"Gawat.. gawat.." Pria itu nampak frustasi. Rambutnya di acak-acak. "Kamu.. baik-baik saja?"tanyanya dengan pandangan khawatir.

"Entahlah. Tenggorokan dan badanku semakin tidak enak? Kamar ini menjadi panas ya... Apa AC kamar ini mati?"tanyaku sambil mengipas wajahku yang sepertinya semakin panas.

Kuperhatikan pria muda itu mondar mandir sambil mengusap wajahnya, frustasi. Air mineral itu, entah kenapa membuatku semakin gerah. Aku hanya sempat minum seteguk, sebelum melihat pria muda itu keluar dari kamar mandi.

Aku tidak merasakan kakiku yang berjalan mendekati pria muda itu. Mataku seperti terhipnotis dengan keberadaan nya. Aku tidak banyak berpikir lagi saat menempelkan tubuhku yang gerah ke tubuhnya yang dingin karena habis mandi.

"Sejuknya...,"gumamku nyaman. Aku bergerak-gerak mencari posisi yang nyaman di tubuhnya. Bahkan tanganku masuk ke dalam kimono nya, meraba dada nya yang bidang.

"Hei.. hei.. jangan seperti ini,"tolak pria itu menjauhkan tubuhku darinya.

Pria di hadapanku ini tampan sekali. Tali kimono nya longgar dan menampakkan kulit dada kecoklatan yang kekar, membuatku terus ingin memeluknya erat. Aku suka.. aku suka..

"Sebentar saja, aku kepanasan."

"Nona.. nona.. lepaskan aku."

Pria muda itu terus mendorongku. Tapi aku semakin mempererat pelukanku. Aku mendongak menatap mata lalu bibirnya. Aku berjinjit dan memajukan bibirku untuk mencium nya. Bibirku hanya kusentuhkan ringan dan kurasakan pria itu semakin tegang.

Pria muda itu semakin bingung. Dia tadi sudah mandi air dingin selama setengah jam gara-gara meminum air mineral itu. Sepertinya air itu diberi...

Dan sekarang... Gairahnya tersulut lagi. "Masa bodoh..."

Pria itu tiba-tiba membopongku dan meletakkan ku dengan lembut di sprei putih itu. Kemudian aku merasakan berat tubuhnya yang menindih tubuhku.

Aku suka melihat wajah tampannya dari jarak dekat. Pria itu semakin terlihat tampan dengan sedikit cambang yang belum sempat dicukurnya.

Mata itu menatapku dengan mesra, membuatku merasa cantik. Dengan ragu, aku menyentuh pipinya dan menariknya mendekat. Perlahan dia mengecup bibirku dengan lembut. Ciuman pun bertambah intens dan membuat kami lupa akan semua aturan.

Suara berisik terus terdengar sepanjang malam di kamar kami. Desahan dan jeritan kenikmatan kami berdua memenuhi seluruh kamar antah berantah ini.

"Apa kau suka sayang..,"gumam pria muda itu di lekuk leherku. Tangannya terus bergerilya membuat desahan nikmat meluncur dari bibirku. Remasan lembut di payudaraku, gigitan demi gigitan di leherku yang mulus ditambah kocokan jari pria itu di inti ku membuat aku menjerit nikmat tak tertahankan.

"Hmm.. Akh... ahhhh....."

Malam ini, pria muda yang tampan ini menjadi kekasihku, kekasih pertamaku. Sungguh hebat permainannya. Aku yang baru saja resmi melepas keperawananku, merasakan kenikmatan surgawi. Rasa gelanyar yang terus menerus, tak sebanding dengan rasa sakit akibat robeknya harta pusakaku.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter