webnovel

01. Perpustakaan

Cindy memberenggut bosan di deretan paling belakang bangku perpustakaan. Saat ini sedang berlangsung pelajaran bahasa Indonesia yang beralih kelas ke perpustakaan. alasannya kenapa? hanya gurunya yang tau.

Mungkin bu Andin mager pindah-pindah kelas, jadi membiarkan murid-muridnya datang sendiri menemuinya di perpustakaan.

Di depan sana, bu Andin sedang menjelaskan tentang puisi. Yang penjelasannya masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri Cindy. Yang ada dia malah merasa di nina bobo oleh bu Andin, makanya matanya semakin lama terasa semakin berat. Sepertinya setan-setan ngantuk sedang bergelantungan di kelopak matanya.

"sstt.." saat ia hampir terlelap, sikutin pada tangannya menyadarkannya kembali. Pelakunya adalah Tyas, satu-satunya teman yang dia miliki sekaligus teman sebangkunya dan sekarang duduk di sampingnya.

"arah jam 3, ada cogan kesayangan SMA 45." bisik Tyas yang seketika membuat mata Cindy cerah kembali. Mendengar kalimat 'cogan kesayangan SMA 45' saja Cindy sudah menebak siapa yang di maksud. Tentunya itu Shaka, si cogan kesayangan. Termasuk kesayangan Cindy.

Cindy menegakkan tubuhnya, lalu perlahan menengok ke arah jam 3 seperti yang di katakan Tyas. Dari tempatnya, ia bisa melihat cowok dengan tinggi 185cm itu sedang berdiri di deretan rak buku Fisika. Posisinya membelakangi tempat Cindy dan teman-teman sekelasnya berada.

ck, dalam hati Cindy berdecak kagum, karena dari penampilan punggunya saja Shaka udah keliatan ganteng banget, apalagi kalo di liat dari depan. Punggungnya kayanya enak kalo di peluk dari belakang, pake sandaran juga. Tapi Cindy juga gak akan nolak kalo di peluk dari depan.

Cindy tersenyum geli dengan pikirannya sendiri. Lalu ia menghela napas setelah Shaka pergi dengan sebuah buku paket fisika di tangannya. Ia berjalan menuju meja penjaga dan mengajukan pinjaman atas buku tersebut lalu pergi meninggalkan perpustakaan.

"yaahh.." terdengan desahan-desahan pelan bentuk kekecewaan dari beberapa teman-teman perempuan di kelasnya. Rupanya bukan hanya dia yang sejak tadi lebih tertaik memperhatikan Shaka daripada penjelasan bu Andin di depan sana.

"eh.. eh.. kenapa ini? kenapa kedengarannya gak seneng? Gak seneng pelajaran ibu udahan?" tanya bu Andin yang menyadari raut kekecewaan beberapa murid perempuannya.

"yah, bukan bu. mereka mah gak seneng soalnya pemandangan indahnya udah gak ada." dia Riko, si keribo comel di kelasnya.

"pemandangan indah?"

"Biasa bu, ada kak Shaka tadi." balas Joni, teman sepercomelan Riko.

"oalah.. jadi dari tadi kalian lebih merhatiin Shaka dari pada penjelasan ibu?" keluar deh bu Andin logat jawanya. Untung beliau orangnya baik dan sabar, gak merasa tersinggung sama sekali dengan kelakuan beberapa muridnya di kelas 11 Ips 2 ini.

"ya maaf bu, abisnya Kak Shaka ganteng banget sih. Jadi sayang kalo di anggurin. hehe.." itu suara Marsya. Si centil calon model yang hobinya dandan di kelas.

"yeuuhh.. dasar ya kalian." bu Andin tampak tak senang, namun, "tapi emang ganteng banget sih. ibu juga naksir kalo ibu masih seumuran kalian." bu Andin nyengir sendiri sesudahnya.

"yaahh.. ibu mah sama aja sama mereka. Bucinnya Arshaka." dumel Riko. Cowok itu emang paling usil kalo cewek-cewek di kelasnya sedang mgebucinin Shaka.

"dihh.. normal kali. namanya juga cewek, mana bisa nolak cogan. Kaya lo gak pernah ngiler aja kalo liat cecan." balas Marsya.

"ya gak pernahlah gue mah, kan di mata dan hati gue cuma ada neng Cindy seorang." Riko mengerling pada Cindy dengan senyum jenakanya itu.

Tapi Cindy tidak memperdulikannya. Dia sudah biasa dengan sikap Riko yang satu itu dan tidak pernah menganggapnya serius. Riko emang gitu ke setiap cewek yang menarik perhatiannya. Jangan kira dia bersikap begitu hanya pada Cindy saja. Dia itu playboy gak laku yang sering tebar pesona. Sayangnya pesona tak cukup manjur untuk membuatnya menghilangkan status jomblonya sejak lahir.

Kelas berakhir dalam 30 menit kemudian. Dan jam istirahat kedua tiba. Cindy memutuskan untuk pergi ke musola dan menjalankan solat dzuhur. Setelahnya dia memutuskan untuk bersantai di teras mesjid sampai istirahat selesai. Sedangkan Tyas, sahabatnya itu sedang pergi menghadiri rapat eskul teaternya.

setelah mengambil wudhu, Cindy masuk ke mesjid dengan membawa mukenanya sendiri. Tanpa di sangka, dari pintu samping, tempat wudhu khusus laki-laki, Shaka juga muncul.

Sejenak Cindy terdiam dalam keterpesonaannya. Shaka yang selesai wudhu tampak 100 kali lipat lebih ganteng dari biasanya. Wajahnya yang putih tampak segar dengan air yang masih membasahi wajahnya. Bahkan kakinya saja tampak mempesona saat ia berjalan masuk ke dalam mesjid.

'ya Allah... semua yang ada pada diri kak Shaka kenapa selalu mempesona?' batin Cindy. Ia cukup kewalahan menghadapi pesona Shaka yang overdosis itu.

"eh, ayo buruan. katanya kak Shaka yang jadi imam." seruan dari salah satu teman di sekitarnya membuat Cindy tersentak. Buru-buru dia memakai mukena, dia tidak mau ketinggalan shalat berjamaah. Apalagi yang ngimamin Shaka, kapan lagi coba bisa di imamin sama cogan idaman. Siapa tau bisa di imamin seterusnya, ya kan? Gak apa-apa halu dulu, tapi sekaliaan doain. Siapa tau emang jodohnya.

.

Seusai shalat berjamaah, seperti yang di rencanakan Cindy bersantai di teras mesjid yang terasa sejuk. Ia duduk disana sambil memaikan ponselnya, melihat-lihat postingan yang lewat di timeline instagramnya. Setelah 15 menit, ada satu postingan ig story Shaka yang menarik perhatiannya.

@Arshaka.Ar.P -Igstory-

"time to you"

Hanya sepenggal kalimat singkat itu tapi berhasil memporak-porandakan hati Cindy. Ada perasaan sedih yang menyambangi hatinya. Satu kalimat penuh arti itu, membuat Cindy patah hati. Karena tampaknya sang pujaan telah memiliki cintanya sendiri. Dan itu bukan dirinya.

lagi pula siapa dia? Shaka kenal dia aja enggak tuh. Bahkan Shaka saja tidak memfollow back akun instagramnya. Mungkin bagi Shaka, dia hanyalah satu dari sekian banyak fansnya di instagram.

Cindy beralih pada ig story nya sendiri. Lalu memotret sebelah kakinya yang sudah di balut sepatu.

@Cindy_FA -igstory-

"Move?"

Setelah mempostingnya, Cindy menghela napasnya. Ia menyimpan ponselnya ke dalam saku. Berdiri lalu pergi meninggalkan musola untuk kembali ke kelas.

.

"assalamualaikum.." Cindy ke rumahnya dengan lesu. Hari ini kegiatannya di sekolah cukup banyak. Pelajaran olahraga salah satunya yang membuat CIndy lelah. Karena menjadi salah satu dari sekian banyak murid yang anti olahraga. Bukan cuma membuatnya jadi berkeringat dan bau, tapi olahraga benar-benar melelahkan.

Dia menjatuhkan tubuhnya di sopa ruang tengah ketika sang ibu turun dari lantai dua di ikuti adik perempuannya. Satu-satunya saudara yang dia punya yang saat ini sudah duduk di kelas 3 SMP.

"wa'alaikumsalam.. teteh baru nyampe?" tanya Rista, mama Cindy dan Shifa -adik perempuan Cindy. Teteh adalah sapaannya saat di rumah, yang artinya adalah kakak perempuan. CIndy dan keluarganya memang berdarah sunda, dan sejak ia memiliki seorang adik dia mulai di biasakan di sapa 'teteh' agar terbiasa juga untuk adiknya. Padahal waktu kecil sebelum ia memiliki adik dia juga sering di panggil 'ade' sama keluarganya.

Cindy mengangguk saja, lalu beranjak untuk salim pada Rista. Kemudian kembali duduk di tempatnya semula.

"makan gih, ganti baju dulu tapi. Mama sama adek mau pergi ke supermarket dulu."

"cuma berdua? teteh gak di ajak nih?" protes Cindy. Masa mamanya pergi ke supermarket tanpa mengajaknya juga. Dia juga kan pengen jajan.

"emang mau ikut?"

"maulah." jawab Cindy spontan. Dia bahkan langsung berdiri sambil membawa tas nya. "tungguin, teteh ganti baju dulu. 15 menit." ucapnya sambil kabur ke kamarnya di lantai 2.

"5 menit aja ih, teteh. 15 menit mah kelamaan!" protes Shifa yang tidak di dengar CIndy karena gadis itu sudah masuk ke dalam kamarnya.

45 menit sejak Cindy berganti baju, kini ketiganya telah tiba di mall terdekat. Rista sebenarnya ingin berbelanja kebutuhan bulanannya, biasanya tidak akan memakan waktu banyak. Tapi karena hari ini dua anak gadisnya itu ingin ikut, sepertinya akan berakhir cukup lama. Sekarang saja dua anak gadisnya itu sudah memisahkan diri untuk memilih dan membeli yang mereka inginkan. Dan berkata pada Rista untuk bertemu di kasir nanti.

"udah yang pink aja sih, biasanya juga pake yang itu." ujar Cindy gemas karena adiknya itu kelamaan memilih merek pembalut untuk persediaan mereka.

"ih, kata temen aku yang biru bagus tau. Terus nyaman juga di pakenya. Cobain ini aja deh, ya?"

"ck, ya udah buruan deh." decak Cindy sebal. Tapi rupanya Shifa masih asik mempertimbangkan mana yang bagus yang akan mereka beli. Antara pink dan biru. Yang pada akhirnya dia memasukan warna pink ke dalam trolley.

"pink aja deh, udah terlalu nyaman." ujarnya tanpa dosa dan berlalu pergi meninggalkan Cindy yang melongo di tempatnya.

Cindy geleng-geleng kepala, "dasar bocah labil." gerutunya lalu mengikut Shifa menuju tempat cemilan.

Di tempat cemilan, keduanya lagi-lagi berdebat. Permasalahannya karena Shifa terlalu banyak memasukan pop mie pedas kedalam trolley mereka.

"jangan nyari gara-gara deh, nanti mama ngomel. 2 aja cukup kali." omel Cindy sambil menyimpan kembali pop mie- popmie yang di masukan Shifa kedalam trolley ke tempatnya semula.

"iihh.. teteh mah. aku tuh berencana mau mukbang popmie pedas kaya youtuber-youtuber, ya harus banyak atuh." protes Shifa tak terima popmie nya hanya di sisakan dua di trolley.

"so-soan ngikutin youtuber, terkenal kagak masuk rumah sakit iya. udah tau lambungnya gak bisa makanya pedes banyak-banyak." Cindy telah selesai menyimpan kembali cup-cup popmie yang di ambil Shifa tadi. "dorong trolleynya!" titahnya kemudian. Lalu ia berbalik ingin pergi ke tempat buah-buahan, tapi karena tidak terlalu memperhatikan Cindy hampir saja menabrak orang yang ternyata berdiri tidak jauh dari tempatnya.

"eh! maaf-maaf!" ucapnya spontan. Dan kemudian ia spontan mematung ketika orang itu menoleh. Dia si 'cogan kesayangan', berdiri di hadapannya. Sangat dekat sampai-sampai Cindy bisa mencium bau parfumenya yang enak dan bikin nyaman. Dari baunya aja udah ketauan butuh duit yang tebal untuk punya parfume kaya gitu.

Shaka hanya menoleh, lalu mengangguk singkat dan kembali pada kegiatannya memilih cemilan. Dia tampak tenang dan cuek-cuek saja pada Cindy, berbanding terbalik dengan Cindy yang saat ini tengah menikmati jantungnya yang berdisko di dalam dadanya.Tubuhnya yang menjadi kaku, dan otaknya yang konslet seketika. CIndy tampak seperti patung yang hanya bisa memandang Shaka.

"teteh ih, buruan!! mama udah nelpon ini." tapi teriakan Shifa menyadarkannya seketika. Adiknya itu sudah beberapa langkah jauh di depannya, tampak kesal karena Cindy yang malah bengong di dekat Shaka. Dengan cepat Cindy mengembalikan kesadarannya dan segera pergi menghampiri Shifa.

"a-aku mau buah naga, beli buah naga dulu." ujarnya masih dengan detak jantung yang menggila saat sampai di dekat Shifa. Sumpah, tadi itu jarak terdekat yang pernah Cindy alami dengan Shaka. Maka tidak heran CIndy tiba-tiba seperti kehilangan fungsi saraf tubuhnya seketika. Karena biasanya Cindy hanya berani memperhatikan dari jauh tanpa berani mendekat.

"ya udah ayo!" kini Cindy diam saja di tarik adiknya menuju tempat buah-buahan.

.