1 CHAPTER 01

Di dalam sebuah gudang penyimpanan yang kosong, terlihat seorang pria tengah duduk manis dengan kaki menyilang, tatapan mata tajamnya menatap sosok lain yang kini tengah berlutut sambil kedua tangan di ikat pada bagian belakang tubuh, kanan kiri terdapat dua orang pria berbadan kekar dengan setelan jas hitam.

"Jadi kau akan tetap diam seperti ini? Tidak akan mengatakan apapun?" Si pria yang duduk di kursi mulai kehabisan kesabaran, sudah hampir satu jam ia duduk di sana tapi si pria yang tengah berlutut di hadapan tak kunjung membuka mulut, padahal ia bisa saja langsung membunuh penghianat itu sekarang juga, tapi tidak, itu terlalu mudah untuk di lakukan.

Oh Sehun, pria yang tengah duduk kursi, mencondongkan tubuh, tangannya mencengkram rahang si pria dengan kuat dan mengangkatnya guna melihat dengan jelas wajah yang sejak beberapa menit lalu menunduk dalam, "Sepertinya aku terlalu baik padamu selama ini, hingga kau meremehkan ku dan berpikir bisa menipuku, begitu?" Ucap Sehun dengan senyum sinis ny.

"Cepat katakan dimana kau menjual semua barang-barang ku yang berharga, jika kau mengatakannya, mungkin aku bisa mengampuni nyawamu," Sehun melepaskan tangan yang mencengkram rahang si pria, iris mata tak lepas menatap tajam dan dingin pada si pria.

Rupanya ucapan Sehun sama sekali tak di gubris oleh si pria iris hitam kelam. Muak, Sehun sudah muak dengan semua ini, hanya membuang waktunya saja.

Sehun mengeluarkan sebuah pistol jenis revolver dari balik jasnya, dengan gerakan perlahan ia memasukan satu buah peluru kedalam pistolnya sambil mata tak lepas menatap si penghianat dan senyum sinis yang menghiasi bibir.

"Kau masih punya waktu sebelum aku mengirim mu ke akhirat, katakan di mana kau menjual semua barang ku?"

"Meski aku katakan, kau akan tetap membunuhku.."

"Ah... Kau ini sangat keras kepala sekali, padahal aku sudah berbaik hati mengampuni nyawamu," Lirih Sehun.

Setelahnya, Sehun menarik pelatuknya. Sebutir peluru, dengan gerakan cepat bahkan tidak ada satu detik meluncur, berhasil menembus kepalanya, membuat lubang pada dahinya dan memunceratkan darah merah pekat di sana. Peluru itu melesat dengan cepat tanpa bisa di hindari. Pria iris hitam membelalakkan mata seolah tak siap dengan peluru yang di tembakan, hingga berakhir tumbang dengan darah pekat yang terus mengalir dari kepala. Kondisinya benar-benar ironis sekali, mati dengan cara yang menyakitkan, bagi orang awam yang melihat hal ini mungkin akan merasa mual dan jijik, tapi tidak untuk Sehun, malah ia terlihat tersenyum puas sebab berhasil menyingkirkan satu penghianat. Sehun berdiri, melangkah menghampiri si pria yang baru saja ia bunuh, kemudian menendangnya hingga tubuh si pria berguling. Ini adalah hukuman sebab berani bermain-main dengan seorang Oh Sehun, ia tidak akan mengampuni siapapun yang berusaha menghalangi ataupun mengkhianati dirinya.

"Singkirkan mayat ini, bakar jika perlu!" Ucap Sehun kemudian berbalik, melangkah pergi meninggalkan gudang penyimpanan yang pengap dengan semerbak bau anyir darah yang mulai memenuhi isi ruangan.

...

"JIYEON!!" Sebuah teriakan menggema begitu keras di salah satu rumah lantai dua yang tampak sederhana dengan halaman yang tak cukup luas, tetangga sekitar sudah terbiasa dengan teriakan dan cacian yang kerap kali terdengar, pernah menegur tapi malah di cerca dan di maki-maki hingga akhirnya mereka semua tutup mata dan telinga sebab tidak ingin berurusan dengan sang pemilik rumah yang sudah hilang akal.

Wanita paruh baya itu membuka sebuah pintu kayu yang tampak usang, letaknya pun berada jauh di belakang dekat dengan dapur. Ketika pintu sempurna di buka, tampak oleh mata seorang gadis dengan pakaian lusuh, rambut berantakan tengah tidur meringkuk dengan beralaskan hanya kardus bekas.

"Enak sekali jam segini masih tidur! Benar-benar anak tidak tahu diri!!" Gumam sang wanita paruh baya kemudian keluar dan kembali dengan membawa seember air, tanpa rasa belas kasih ia menyiramkan air dalam ember pada si gadis bahkan melempar ember nya juga. Si gadis yang tak siap dengan segala tindakan yang si wanita paruh baya lakukan seketika membuka mata sebab terkejut, bahkan deru napasnya terlihat naik turun dengan tidak teratur.

"Akhirnya Tuan putri kita bangun juga, apa aku harus selalu membangunkan mu seperti ini?! Memangnya kau ini siapa!!" Cerca sang wanita paruh baya. "Cepat bangun dan siapkan sarapan!! Dasar anak tidak berguna," Makinya lagi sebelum keluar dari ruangan itu.

Sang gadis yang di tinggalkan, menyibakkan rambutnya kemudian mengusap wajah yang basah karena air, ia hanya bisa menghela napas sudah lelah hidup dengan cara seperti ini. Gadis bernama lengkap Park Jiyeon ini dulunya adalah pemilik rumah, jika ibunya tidak meninggal lantaran sakit saat ia berusia muda belia dan ayahnya tak menikah lagi, mungkin kehidupannya tidak akan sesulit sekarang. Sayang, semuanya sudah terlambat, kini tidak ada siapapun yang bisa ia mintai tolong sebab sang ayah pun juga sudah pergi menyusul

avataravatar