webnovel

Chaos Devourer

Di Dunia yang kejam ini kekuatan berada di atas segalanya. Dimana yang lemah akan gugur dan yang kuat akan terus bertarung untuk bertahan hidup dan menjadi yang terkuat. Lin Feng dan Gurunya dibunuh oleh orang dari dunia dewa yang menjadikan mereka berdua tumbal untuk bisa memasuki dunia yang dia tinggali dan mengambil teknik rahasia yang tersimpan di dalamnya. Namun jiwa Lin Feng berhasil lolos dari maut setelah diselamatkan oleh seseorang dari masa lalu yang datang padanya menawarkan bantuan. Sekarang dia dilahirkan kembali dan berlatih teknik rahasia yang diinginkan pembunuhnya itu. Dia bersumpah akan datang ke alam dewa dan membalaskan dendamnya. Note : Novel ini saya bikin untuk mengisi waktu luang saja... jadi turunkan ekspektasi anda jika membaca Novel saya wkwk karena kalau dari segi penulisan masih sangat runyam dan perlu banyak belajar wkwk. Terima kasih semua yang sudah baca dan dukung novel saya

LazyFnrr1r · Eastern
Not enough ratings
250 Chs

Chapter 54 : Menggunakan Aura

Saat Mu Feng menyelesaikan perkataannya, energi berwarna merah kehitaman lalu keluar dari pergelangan tangan kanannya yang memegangi pegangan pedang kayu miliknya.

"Mustahil! Bukankah ini terlalu berlebihan untuknya! " Kata Ibu Mu Feng melihat apa yang dilakukan anaknya.

Energi itu lalu terus merambat ke seluruh bagian pedang dan akhirnya menutupi seluruh permukaan pedang kayu milik Mu Feng "Bagaimana ayah? Apa ini yang ayah maksud? " Tanya Mu Feng dengan nada santai.

Ayahnya sangat terkejut melihat apa yang dilakukan oleh Mu Feng sampai-sampai mulutnya terbuka lebar karena merasa tidak percaya "Ba-bagaimana kamu melakukannya?! Bukankah kamu bilang kalau kamu baru menerobos tiga hari yang lalu?! " Teriak ayah Mu Feng.

"Aku memang menerobos tiga hari yang lalu tapi aku bisa melakukan ini keesokan harinya dengan tidak sengaja" Jawab Mu Feng dengan tenang. Semua perkataannya selama ini adalah kebohongan yang dia buat, meskipun kecepatan dan kemampuan bertarungnya sudah tidak bisa diukur dengan batas normal tapi dia tidak takut memperlihatkannya pada keluarganya, karena mereka tahu kalau dia dilatih oleh leluhur yang mereka sendiri saja tidak mengetahui tingkat kekuatan aslinya. Jadi masih mungkin kalau di bawah bimbingan leluhur Mu Feng bisa mencapai kemampuannya saat ini dalam waktu singkat.

Meskipun teknik Aura yang digunakan Mu Feng sekarang hampir sama seperti Aura yang dia gunakan saat berburu pertama kali di hutan iblis, akan tetapi kekuatannya sangatlah berbeda. Aura yang dia pakai di hutan iblis bukanlah Aura biasa, tapi Aura itu tercipta dengan energi dan juga kekuatan Dao pedang miliknya. Dan perbedaan kekuatan Aura biasa dengan Aura yang dicampur dengan Dao pedang sangatlah berbeda, perbedaan kekuatannya bagaikan bumi dan langit.

"Satu hari?! "Kata ayah Mu Feng yang semakin terkejut mendengar perkataan anaknya 'Sekarang aku malah merasa malu karena bangga bisa menggunakan aura dalam waktu dua bulan saja tapi monster kecil ini... '

'Bisa melakukannya dalam waktu sehari dengan tidak sengaja?! Bakat macam apa itu?! ' Kata ayah Mu Feng dalam hati, dia tidak berani mengatakannya secara langsung karena apa yang dilakukan oleh Mu Feng sudah menghancurkan harga dirinya dan jika dia mengatakannya secara langsung itu sama saja dia mengakui kalah dan harga dirinya tidak akan tersisa sedikit pun.

"Bagaimana ayah? "Tanya Mu Feng sambil tersenyum.

'Sepertinya inilah yang akan terjadi jika dia dengan bakat mengerikannya dilatih langsung oleh leluhur... hasilnya akan menjadi sangat menakjubkan! ' kata ayah Mu Feng dalam hati.

"Sepertinya aku meremehkan anakku sendiri" Kata Ayah Mu Feng sambil tersenyum.

"Aku juga sepertinya terlalu meremehkan Feng'er... "Kata Ibu Mu Feng sambil tersenyum, dia sebenarnya tahu kalau anaknya bakal menjadi anak yang berbakat, tapi dia tidak menyangka kalau bakat anaknya bakal segila ini.

"Apa kita melanjutkan pertarungan kita? " Tanya Mu Feng dengan tenang.

"Setelah melihatmu bisa menggunakan aura...mustahil bagiku untuk tidak melanjutkan pertarungan ini!"

"Apa kita harus menggunakan Aura untuk bertarung? " tanya ayah Mu Feng yang tidak bisa menyembunyikan rasa tidak sabarnya.

"Tapi bagaimana dengan ibu? " tanya Mu Feng pada ayahnya, karena dia tahu ibunya pasti tidak memperbolehkannya.

Ayah Mu Feng lalu menatap istrinya yang ada berdiri lumayan jauh dari tempat mereka bertarung. Melihat suaminya menatapnya untuk meminta persetujuan, ibu Mu Feng hanya bisa tersenyum dan mengangguk pada suaminya.

Melihat istrinya memperbolehkan mereka berdua bertarung menggunakan Aura, ayah Mu Feng langsung tersenyum lebar dan menatap anaknya "Kamu melihatnya sendiri, ayo kita lanjutkan! " dia lalu langsung berlari dan menyerang anaknya. Melihat ayahnya mau menyerangnya, Mu Feng langsung berlari dan menggunakan pedangnya untuk melawan serangan ayahnya.

Mereka berdua terus-terusan bertukar serangan tanpa henti, dan pertarungan sekarang menjadi lebih sengit karena mereka berdua sama-sama menggunakan aura di pedang mereka masing-masing. Padang rumput yang tadinya masih rapi sekarang berubah menjadi berantakan lubang-lubang kecil akibat serangan mereka berdua bermunculan dimana-mana.

Meskipun ibu Mu Feng tahu kalau menggunakan aura di pedang kayu akan membuat pedang kayu memiliki ketajaman yang sama seperti pedang asli tapi dia tidak berusaha menghentikan suami dan anaknya sama sekali karena setelah melihat kemampuan anaknya sekarang dia tahu kalau kemampuan anaknya sudah sangat kuat bahkan bisa seimbang bertarung dengan suaminya meskipun suaminya menekan kekuatannya tapi kemampuan bertarungnya sudah sangat luar biasa dari pengalamannya bertarung sejak masih muda.

Sekarang dia memilih untuk mendukung latihan anaknya dan berhenti mengkhawatirkan anaknya secara berlebihan yang malah membuat anaknya terkekang.

"Luar biasa! Kamu sudah bisa menggunakan aura sampai sejauh ini! " Kata ayah Mu Feng sambil tertawa lebar.

"Ayah juga lumayan bisa menandingi kecepatanku sekarang!" Kata Mu Feng dengan semangat. Mereka berdua saling berbicara sambil terus-terusan bertukar serangan satu sama lain.

Mu Feng sangat menikmati pertarungannya dengan ayahnya, meskipun dia harus menekan kekuatan dan tidak bisa menggunakan tekniknya sama sekali, tapi inilah satu-satunya cara agar dia bisa menikmati pertarungannya.

Mereka terus bertarung lebih dari satu jam dan kondisi tubuh mereka berdua sudah mulai kelelahan.

Bang!

Tubuh mereka berdua terpental ke belakang akibat benturan serangan mereka terakhir "Hah... hah... bagaimana kalau kita menentukan pemenang pertarungan ini dalam serangan berikutnya...? " Tanya ayah Mu Feng dengan nafas yang terengah-engah.

"Hah... hah... aku setuju... tapi bagaimana kita menentukannya? " Tanya Mu Feng dengan nafas terengah-engah.

"Kita berdua sama-sama akan mengerahkan seluruh kekuatan kita yang tersisa dalam satu serangan berikutnya...siapa yang masih bisa berdiri itulah pemenangnya... bagaimana?" Tanya ayah Mu Feng.

"Baiklah... " Kata Mu Feng dengan tenang, dia lalu mengatur kembali nafasnya 'Aku tidak boleh menyalurkan terlalu banyak energi dan juga terlalu sedikit ke dalam pedang kayu ini' kata Mu Feng dalam hati sambil menyalurkan kekuatannya ke pedang kayu miliknya yang membuat aura di pedang kayunya menjadi lebih besar dan kuat. Ayah Mu Feng juga melakukan hal yang sama seperti anaknya, dia menyalurkan seluruh kekuatannya ke pedang kayu miliknya.

"Apa kau siap? " Tanya ayah Mu Feng sambil tersenyum dan memegangi pedang kayu miliknya yang dilapisi oleh aura yang kuat.

"Aku selalu siap" Jawab Mu Feng sambil tersenyum.

"Wush" Angin lalu berembus kencang yang membuat rumput yang ada di sekitar menari karena embusan angin.

Saat rumput berhenti bergoyang, Mu Feng dan ayahnya lalu berlari ke satu sama lain sambil memegang pedang kayu mereka masing-masing.

"Ha! " mereka berdua berteriak saat mengayunkan pedang kayu mereka ke tubuh masing-masing.

"Boom! " Ledakan terjadi saat pedang kayu mereka berdua saling bertabrakan yang mengakibatkan lubang kecil, rumput dan debu bertebaran di udara.

"Siapa yang menang?! " Tanya Ibu Mu Feng yang tidak bisa melihat hasil pertarungan akibat tertutup oleh debu. Dia lalu mengayunkan tangannya yang mengakibatkan angin berembus sangat kencang dan meniup semua debu dan rumput yang menutupi tempat suami dan putranya bertarung.

Akhirnya terlihat apa yang sebelumnya tertutup oleh debu, Mu Feng dan ayahnya terlihat masih berdiri dengan nafas yang terengah-engah sambil memegangi pedang kayu yang sekarang hanya tersisa pegangannya saja karena bagian mata pedangnya hancur saat benturan terakhir.

"Hah...hah...Kau lumayan juga monster kecil...!" Kata ayah Mu Feng dengan nafas terengah-engah.

"Hah...hah...Ayah juga hebat bisa bertempur denganku sampai seperti ini... " kata Mu Feng dengan nafas terengah-engah.

Ayah Mu Feng lalu mengangkat tangan kanannya yang masih memegangi sisa pedang kayu miliknya "Kita masih tidak tahu siapa yang memenangkan pertarungan ini tapi pedang kayu ini sudah tidak tahan lagi... bagaimana kalau kita bertarung lagi menggunakan tangan kosong untuk melihat siapa yang men-" Belum selesai dia berbicara langsung terdengar suara dari samping mereka berdua.

"Bagaimana kalau hasil pertarungan sekarang adalah seri" Kata ibu Mu Feng sambil tersenyum, akan tetapi jika orang lain melihat senyumnya, mereka pasti tahu kalau itu hanya senyum palsu.

"Tapi pertarungan kami belu... PERTARUNGAN KAMI SELESAI! KAMI SELESAI! " Ayah Mu Feng yang tadinya mau bilang kalau pertarungannya belum selesai pada istrinya tiba-tiba langsung mengubah perkataannya setelah merasakan niat membunuh yang keluar dari istrinya yang menatapnya dengan senyum mengerikan.

Ibu Mu Feng lalu menatap putranya "Bagaimana Feng'er? Apa kamu menerima hasilnya? " Tanyanya yang masih memasang senyum palsu di wajahnya.

"... " Mu Feng terdiam sebentar lalu melihat ayahnya yang menggelengkan kepalanya dengan sangat kencang untuk memberitahu Mu Feng agar dia bilang pada istrinya kalau pertarungan belum selesai, dia melakukannya karena tahu kalau istrinya sangat menyayangi Mu Feng dan jika Mu Feng yang memintanya, mungkin hasilnya akan berbeda dengan hasil yang dia dapat.

Melihat apa yang dilakukan oleh ayahnya Mu Feng lalu kembali melihat wajah ibunya yang masih menatapnya dengan senyum palsu 'Apa pak tua itu mau aku membujuk ibu yang sudah seperti ini?! Itu tidak akan pernah terjadi! ' kata Mu Feng yang bisa merasakan hawa dingin yang keluar dari tubuh ibunya, itu menandakan kalau dia sebenarnya sadar apa yang sedang dilakukan oleh suaminya tapi dia tetap berharap kalau putranya tidak mengikuti permintaan ayahnya.

"Aku akan mengikuti perkataan ibu" Kata Mu Feng.

"Baguslah kalau kamu tahu apa yang baik bagimu... beda dengan ayahmu itu" kata ibu Mu Feng yang menatap sinis suaminya.

"Baiklah ayo kita pulang... kamu pasti lapar setelah bertarung seperti itu" kata Ibunya sambil menarik tangan anaknya untuk menaiki punggung White.

Mereka berlima lalu langsung pulang kembali ke desa setelah hari yang cukup panjang 'Di kehidupanku sekarang aku harus tetap menyisakan waktu untuk berkumpul dengan keluargaku... aku tidak mau apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya juga terjadi di kehidupan sekarang' kata Mu Feng dalam hati sambil tersenyum hangat. Meskipun dia harus menyelesaikan balas dendamnya tapi dia tetap ingin bersantai dengan keluarganya sekarang, karena hal yang paling dia sesali di kehidupan sebelumnya adalah terlalu sibuk dengan penelitian alkemisnya sehingga tidak bisa menghabiskan waktu dengan gurunya lagi, saat dia sudah menyelesaikan penelitiannya, gurunya sudah tiada. Hal itulah yang tidak ingin dia ulangi lagi di kehidupannya sekarang meskipun bebannya jauh lebih berat dari kehidupan sebelumnya karena harus membalaskan dendamnya di alam dewa dan mencari cara untuk menghidupkan gurunya kembali, tapi dia tetap akan meluangkan waktu untuk keluarganya, sesibuk apa pun kondisinya.