webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · Urban
Not enough ratings
187 Chs

10. Kotak Misterius

Manda bercerita banyak hal kepada ayahnya. Ayahnya selalu setia mendengarkan cerita panjang Manda. Dari semua cerita Manda dapat ia simpulkan seberapa baik dan perhatiannya Erlan.

"Ayah, apa ayah masih marah sama Manda Erlan?" Ayah Manda menggeleng, Manda yang duduk di kursi sudah tersenyum senang.

"Ayah sudah mencari tahu semampu ayah tentang kalian. Ayah yang seharusnya meminta maaf, karena Ayah mengusir kamu, kamu harus mengalami kesulitan yang berat sendiri, padahal Ayah sudah berjanji pada ibumu untuk selalu menjagamu, Maafin Ayah ya Man."

"Ayah gak perlu meminta maaf, disini Manda udah mengecewakan Ayah, Manda udah bikin Ayah masuk rumah sakit, maafkan Manda Ayah," sedih Manda. Ayah Manda memegang tangan anaknya lalu melempar senyum yang menenangkan untuk putrinya ini agar tak menyalahkan dirinya sendiri terus terusan. "Jangan menangis, Ayah semakin gagal menjagamu." Manda memeluk Ayahnya, "Ayah adalah Ayah yang terhebat buat Manda, maaf sudah mengecewakan Ayah."

"Bagaimana kabar cucu Ayah?" tanya tiba-tiba Ayah Manda untuk mengalihkan pembicaraan. "Baik Kakek," kata Manda sambil menirukan suara anak kecil.

"Apa kalian sudah pernah periksa ke dokter? Apa kamu selalu makan sehat Nak?" Manda langsung mengangguk.

"Iya Ayah, Erlan akan berceramah 7 hari 7 malam jika aku tak minum susu dan makan. Dan Erlan akan marah seharian penuh jika aku tak ingin periksa. Itu ancaman tiap hari Erlan buat Manda." Ayah Manda terkekeh menantunya sangat perhatian ternyata. Erlan benar-benar melakukan tanggung jawabnya.

"Apa kamu bahagia Nak?" tanya Ayah Manda membuat Manda menatap Ayahnya bingung.

"Apa kamu bahagia hidup bersama Erlan?" tanya Ayah Manda sekali lagi. Manda tersenyum bahagia mantanya juga menyipit karena pipinya yang terangkat.

"Sangat Ayah, Erlan suami idaman buat Manda, Erlan rela melakukan apa aja untuk Manda dan bayi. Ayah tenang aja, Erlan selalu bahagiain Manda," jawab mantap Manda dengan tersenyum memperlihatkan kebahagiaan di sana.

Ayah Manda bernafas lega, jujur saja, ketika mengetahui kehidupan putrinya setelah pergi dari rumah membuat dirinya kepikiran dengan sangat, bahkan ia terus terusan menyalahkan dirinya yang tak becus menjaga putrinya.

Dan jika Erlan tak membahagiakan Manda dan Manda merasa tak bahagia bersama Erlan ia berniat memisahkan mereka berdua, tapi nyatanya Erlan tidak begitu, terlihat dari cerita Manda dan aura kebahagiaan yang dipancarkan oleh Manda.

"Berapa usia kandungan kamu Nak?" tanya Ayah Manda. "Sembilan minggu," jawab Manda sambil mengangkat jari tangannya membentuk angka sembilan.

"Kok lebih besar dari waktu ibu kamu mengandung?" tanya heran Ayah Manda. Manda terkikik geli membuat Ayah Manda semakin menatap heran putrinya itu.

"Ayah akan segera mendapatkan cucu, tak hanya satu tapi tiga," kata Manda. Ayah Manda menatap tak percaya putrinya ini. "Benarkah?" tanya pasti Ayah Manda. Manda mengangguk mengiyakan tanya Ayahnya.

"Wahh jadi cucu Kakek ada tiga di dalam sini," kata takjub Ayah Manda sambil mengelus perut Manda. Manda tertawa geli karena Ayahnya yang begitu terkejut.

"Jangan susahkan Ibu kamu ya, susahkan saja Ayah kamu. Oke cucu cucu Kakek?" perintah Ayah Manda membuat ia dan Ayahnya tertawa. Bisa-bisanya Ayahnya mengajak kembar untuk bersekutu melawan Erlan, pikir Manda.

"Erlan kok lama banget ya Yah?" tanya Manda yang tak kunjung melihat Erlan kembali. "Udah lima belas menit lebih loh. Apa nyasar ya Yah?" tanya Manda.

"Kantin di sini kan di lantai paling dasar, sabar, mungkin sebentar lagi," balas Ayah Manda sambil menyabarkan putrinya untuk menunggu.

Manda menunggu Erlan sambil sesekali berbicara dengan Ayahnya. Sampai pintu terbuka memperlihatkan Erlan yang membawa botol mineral dan plastik hitam. Erlan melangkah masuk lalu menaruh plastik dan botol mineral di atas nakas, ia membukakan plastik hitam itu.

"Ayah mau teh?" tawar Erlan pada mertuanya. Ayah Manda menggeleng, "Engga, Ayah engga lagi haus. Terimakasih udah nawarin." Erlan mengangguk sopan mengiyakan kata mertuanya itu, ia lalu membuka plastik berisi air jeruk.

Erlan memberikan minuman jeruk itu kepada Manda dengan senang hati Manda menerimanya. Erlan menatap heran, melihat Manda yang minum dengan biasa aja, lidah Manda eror atau bagaimana, pikir Erlan.

"Kamu gak kekecutan?" Manda menggeleng membuat Erlan geleng-geleng.

"Jangan keseringan minum itu," kata Erlan untuk memberitahu Manda. "Jeruk baik buat ibu hamil Lan," balas Manda sambil mengerucutkan bibirnya.

"Tapi kalau berlebihan bikin sakit perut Manda, nanti bisa bisa asam lambung," balas Erlan lagi yang justru dianggap sebagai kata marahan oleh Manda.

Manda menyipitkan matanya menatap sebal Erlan. Erlan yang melihat itu membalas tatapan Manda dengan menaikkan kedua alisnya. Manda memutar bola matanya, sungguh menyebalkan.

"Kamu makan jeruk tiap hari kan? pagi setelah aku berangkat kerja, siang dan malam. iya kan?" tanya Erlan, Madan mengerucut bibirnya, ia tak mau menatap Erlan lagi, ia juga sudah tak mood minum jeruk lagi. "Gak pagi, gak siang, gak malam aku selalu nemu kulit jeruk," kata Erlan.

"Benar kata Erlan Man, gak baik kalau banyak-banyak, kasian nanti perut kamu, kasian juga cucu Ayah," ujar Ayah Manda yang setuju dengan menantunya, Erlan.

Mood Manda semakin turun, ia menatap bergantian dua laki-laki di dekatnya itu. Manda langsung ngambek, ia membelakangi kedua laki-laki itu. Erlan menghela nafasnya, sabar.

Erlan berjalan menuju hadapan Manda, ia berjongkok mengangkat wajah Manda untuk menatap nya dengan kedua tangannya. Wajah Manda sudah memerah dan basah karena air matanya.

"Sayang, Aku gak ngelarang kamu buat minum atau makan jeruk, tapi yang penting gak banyak-banyak, kasian perut kamu nanti sakit." Manda menatap Erlan sambil masih sesegukan.

"Tapi hiks aku gak bisa nahan hiks pasti bakal mau nambah terus hiks." Erlan mengusap air mata Manda dengan ibu jarinya.

"Udah jangan nangis, nanti jeruknya kita belinya nunggu abang buahnya, biar gak sering-sering konsumsi. Abang buahnya kalau datang seminggu sekali kan?" Manda langsung menggelengkan kepalanya, "Mana bisa ia tahan seminggu," kata sebal Manda, Erlan hanya terkekeh.

"Ya udah tiap aku pulang kerja aku bawain jeruk, gimana?" Manda kembali menggeleng.

"Kamu kadang pelupa." Erlan terkekeh ia mencubit pipi Manda gemas. "Kali ini engga deh."

"Janji?" tanya Manda.

"Iya janji. Dah jangan nangis lagi. Malu sama kembar sama ayah." Manda mencubit kilat lengan Erlan. "Apaan sih kamu." Erlan tertawa melihat Manda yang malu seperti ini.

Ayah Manda menatap interaksi anak dan menantunya itu. Erlan terlihat sangat mencintai putrinya. Putrinya juga sudah lama-lama bergantung dan cinta pada Erlan. Ia kembali merasa lega.

Sampai pintu ruang rawat inap Ayah Manda terbuka menampilkan dokter dan suster yang akan memeriksa keadaan Ayah Manda

Erlan dan Manda sedikit mundur untuk memberi ruang sang dokter dan suster untuk memeriksa Ayah Manda.

Setelah itu Dokter memberi beberapa wejangan untuk Ayah Manda tak lupa suster memberikan obat kepada Ayah Manda. Dokter dan suster itu berpamitan karena akan ada pasien selanjutnya.

Setelah meminum obat, Ayah Manda tertidur pulas. Manda dan Erlan duduk di sofa menunggu Tante dan Om Manda untuk ke rumah sakit.

Erlan menarik kepala Manda agar bersandar di bahunya. Secara naluri tangan Manda melingkar di pinggang Erlan. Erlan lalu mengelus perut Manda sambil memainkan ponselnya.

Manda menatap Erlan, sudah belakang hari ini Erlan selalu memegang ponsel terus. Setiap Erlan di rumah juga waktu berdua mereka di isi dengan Erlan yang memainkan ponsel sambil memeluknya. Mereka jadi punya waktu sedikit untuk bertukar cerita. Padahal momen itu yang Manda suka.

Tapi Manda bisa apa? ingin menegur Erlan tapi ia mana berani. Tiba-tiba pintu kamar rawat inap Ayah Manda terbuka menampilkan Bude dan Pakde Manda sambil membawa barangbarang keperluan.

Bude dan Manda terlihat melepas rindu. Tak henti hentinya beliau tanya ini dan itu, terlihat jelas seperti seorang ibu yang sangat menghawatirkan anaknya. Sesekali mereka mengeluarkan air mata karena pembicaraan mereka yang sensitif.

"Sehat sehat ya Nduk ya. Inget kamu kemana-mana bawa tiga bayi. Jangan lupa makan, susu hamil, buah. Jangan aneh aneh. Kalau ada apa apa bilang sama Nak Erlan." Manda mengangguk patuh kata Budenya.

"Udah malam Bu, biarin Erlan sama Manda pulang dulu aja, besok lagi ke sini. Gak baik hamil pulang malam malam, jauh jugakan," kata Pakde Manda, Erlan sudah bersiap, ia juga membawakan tas selempang Manda.

"Bude Manda pamit pulang, titip Ayah ya Bude. Manda pamit," kata pamit Manda pada Budenya. "Iya Nduk kamu hati hati. Inget pesan Bude." Manda memeluk Budenya lalu Manda salim kepada Pakde nya.

Erlan menyalimi tangan Bude Manda. "Titip Manda ya Mas, Manda orangnya terbiasa mandiri sampai apa apa ditanggung sendiri. Paksa aja kalau memang buat kebaikan dia, Bude harap kalian langgeng," kata pesan Bude pada Erlan, Erlan mengiyakan lalu menyalami Pakde Manda.

"Pada dasarnya laki-laki itu menjaga wanita. Jangan pernah kamu labuhkan tanganmu ke tubuhnya, jangan gunakan lisanmu untuk menyakitinya. Kamu laki-laki sejatikan maka tanggung jawablah." Erlan mengangguk patuh atas wejangan Pakde Manda.

Erlan dan Manda pamit kepada Bude dan Pakde Manda. "Jangan sedih Ayah akan segera sembuh dan aku selalu ada buat kamu," kata Erlan sambil memeluk pinggang Manda. Manda menatap Erlan dengan segala kasih cintanya untuk Erlan.

Sesampainya di parkiran Erlan melepas jaketnya tiba-tiba lalu memberikan jaketnya pada Manda. "Buat apa? aku udah pakai jaket Lan."

"Kita tukar jaket, jaket aku lebih tebal. Angin malam gak baik buat kamu sama kembar." Manda tersenyum terharu, Erlan sangat perhatian.

Manda melepas jaketnya lalu menukarnya dengan jaket Erlan. Erlan mengeluarkan motornya dari barisan motor lain setelah itu membantu Manda untuk naik ke motornya itu.

Di jalan Erlan tak banyak bicara biasanya Erlan mengajaknya berbicara walau hanya beberapa pertanyaan. "Mungkin karena jalannya padat dan jauh jadi Erlan gak ngajak bicara," batin Manda.

Motor Erlan berhenti karena lampu merah, tiba-tiba tangan Erlan memasukkan kedua tangan Manda ke dalam kantong jaket yang Erlan kenakan lalu sedikit menggosok tangan Manda agar sedikit hangat. Manda tersipu malu di paling punggung Erlan, bahkan Erlan tahu kalau Manda kedinginan.

.....

Manda menutup gerbang rumahnya setelah motor Erlan masuk. Erlan memarkirkan motornya di bagian samping tak lupa ia menutup pintu samping rumahnya, agar motor dan rumahnya aman. Manda masuk ke dalam rumah lalu mengunci pintu depan.

Erlan langsung mandi sedangkan Manda melepaskan jaket dan tas selempangnya. Tak lupa ia menyiapkan baju untuk Erlan ganti. Erlan masuk kedalam kamar dengan telanjang dada dan handuk yang menutupi bagian tubuh bawahnya.

Manda yang sudah mulai terbiasa mengabaikan Erlan lalu menuju kamar mandi. Tak lupa ia menuangkan air panas untuknya mandi. Belum juga ia mengangkatnya Erlan sudah terlebih dahulu mengangkat panci berisi air panas itu.

"Jangan angkat-angkat."

Manda tak membalas perkataan Erlan memilih untuk segera masuk kamar mandi. Erlan segera berganti pakaian lalu merebahkan tubuhnya. Tanpa sadar Erlan tertidur lebih dulu dari Manda, biasanya dia yang akan menunggu Manda tidur lebih dahulu.

Pagi ini suasana rumah Manda dan Erlan sedikit berbeda. Setelah sarapan tiba-tiba Erlan memutahkan isi perutnya, Manda dengan sabar mengurut leher Erlan. Wajah Erlan sudah pucat membuat Manda semakin khawatir.

"Kamu ijin kerja aja ya Lan?" Erlan langsung menggelengkan kepalanya lalu kembali memutahkan isi perutnya.

"Tapi kamu kayak gini Lan." Manda benar-benar khawatir, bahkan air matanya sudah siap untuk menetes.

Erlan membasuh mulutnya lalu mengguyur muntahannya. Erlan keluar kamar mandi di bantu Manda. Manda meminta Erlan untuk duduk ia akan mengoleskan minyak di tubuh Erlan.

Erlan yang lemas hanya menurut saja. "Kamu ijin ya Lan, aku ijinin deh." Erlan kembali menggeleng. "Kemarin kan abis libur Man."

"Tapi sakit kayak gini Lan, kalau gak kuat gimana?" kata Manda.

"Engga Man, aku masih kuat kok." Erlan menghapus air mata Manda yang sudah menetes. Sekhawatir itu Manda padanya, pikir Erlan.

Erlan mengambil jaketnya lalu ia pamit pada Manda seperti biasanya. "Anak-anak Ayah jaga Bunda ya, baik-baik di dalam sana ya Nak."

"Kamu beneran kerja?" Erlan mengangguk lalu

mencium lama dahi Manda.

"Aku berangkat ya sayang."

Manda mengantarkan Erlan sampai depan gerbang rumahnya lalu ia menutup gerbang rumahnya. Bu Muning yang kebetulan di depan rumah juga langsung menggoda Manda yang terus melihat kearah Erlan.

"Manisnya Mbak Manda, udah pergi Mbak udah gak kelihatan masih aja di lihatin Mbak. Cie gak mau ditinggal ya Mbak?" tanya sekaligus goda Bu Muning.

"Bu Muning bisa aja." Manda tersipu malu sudahan.

Manda pamit ke dalam rumahnya pada Bu Muning. Manda seperti biasa akan membersihkan rumah dan yang lainnya.

...

Erlan baru saja sampai di tempat kerjanya, saat hendak masuk kedalam tempat biasa OB berada dia melihat papan pengumuman di kantornya itu. Ternyata di buka lowongan pekerjaan.

"Mas, kalau karyawan disini juga bisa ikut?" tanya Erlan pada Satpam di dekatnya itu.

"Bisa Mas Erlan, selama belum pernah di posisi itu."

"Makasih ya Mas." Satpam itu langsung mengiyakan terimakasih Erlan dan kembali bertugas.

Erlan tersenyum senang, ia akan mencoba melamar setelah ini walau hanya lulusan SMA tapi ia memiliki sertifikasi TOEFL dan beberapa piagam Olimpiade yang membuat dia yakin akan membantunya di terima.

Erlan masuk kedalam tempat OB dua senior yang biasa menyuruh Erlan sudah tak ada mungkin sedang bekerja. Erlan menaruh jaketnya di loker lalu ia menuju meja tengah.

Tiba-tiba seorang karyawan perempuan datang menghampiri Erlan yang hanya sendirian di sini. "Ada yang bisa aku bantu Mbak?" tanya Erlan.

"Ada Mas, bisa tolong buatin saya dua es jeruk ya." Erlan langsung mengangguk ia langsung membuatkan jeruk pesanan karyawan itu.

Erlan sadar bahwa dirinya sedang dipandang oleh karyawan itu. Ini bukanlah hal yang baru buat Erlan, semenjak ia menjadi pegawai di sini banyak pegawai yang lain yang memperhatikan Erlan. Bahkan ada yang terang-terangan seperti ini.

"Kenapa jadi OB sih Mas?" tanya perempuan itu sambil mendekati Erlan dengan sangat dekat. Erlan bergeser lebih jauh, ia merasa risih.

"Maaf Mbak ini jeruknya."

Bukannya mengambil jeruk itu, perempuan pegawai itu malah mendekat ke Erlan. Perempuan itu mengapit lengan Erlan. "Maaf Mbak" Erlan melepaskan tangannya belum juga ia akan pergi tangannya sudah di cekal.

"Oh ayolah Mas tampan, belum ada yang pernah menolak pesonaku, mau mencoba Mas?" tawar sensual pegawai itu. Erlan melepas tangan pegawai itu lalu menjauh.

Tiba-tiba saja pintu terbuka Sono masuk ke dalam sana, Erlan bernafas lega, akhirnya. Pegawai itu langsung pergi dari tempat ini membawa dua gelas es jeruk itu.

"Di ganggu lagi Lan?" tanya Sono yang dibalas anggukan oleh Erlan. "Iya Mas."

"Makanya jangan ganteng ganteng Lan." Erlan tertawa kecil, "Udah dari sananya Mas hehehe."

"Kenapa gak mau sama Mbak Paramita? Bodinya oke loh Lan. Apalagi Mbak Paramita itu loyal banget, gak pelit," tanya Sono pada Erlan.

Erlan tersenyum lalu menggeleng, "Aku udah punya istri Mas. Aku juga gak suka orang yang lebih tua dari aku. Dan Aku gak suka perselingkuhan, jadi aku gak mau selingkuh."

Erlan tiba-tiba saja ingin muntah, ia mencium bau parfum Sono yang kurang enak di hidungnya. Erlan langsung masuk ke dalam kamar mandi lalu memutahkan isi perutnya. Sono yang kaget menggedor pintu kamar mandi Erlan menanyakan keadaan Erlan. "Maaf ya Mas. Udah gak papa kok."

"Ya udah deh. Eh Lan, tadi ini gak sengaja KTP Lo jatuh." Erlan menerima KTP nya itu ia kira ia lupa membawanya ternyata jatuh.

"Makasih ya Mas, Aku kira aku yang lupa bawa."

"Santai aja, ternyata udah nikah beneran ya Lan?" Erlan mengangguk, Sono menatap bingung Erlan bukankah usia Erlan masih muda?

"MBA?" tanya to the point Sono pada Erlan. Erlan tersenyum masam lalu mengangguk. Sono membulatkan mulutnya lalu ia dan Erlan kembali bekerja.

...

Manda baru saja ikut Bu Hera membeli bunga untuk hiasan rumah. Manda berpamitan pada Bu Hera dan suaminya dan mengucapkan terimakasih karena sudah mengajaknya.

Manda hendak membuka gerbang rumahnya tapi ponselnya berdering. Ternyata Erlan yang menelponnya.

"Halo Lan?"

(Maaf baru bisa buka HP, jadi baru bisa ngabari sekarang deh. Aku udah mendingan kok, kamu lagi apa?")

"Abis nganter Bu Hera beli bunga. Ya udah kalau baik-baik aja. Hari ini mau dimasakin apa Lan?"

("Apa aja penting ada bubur, ya udah kamu baik-baik aja dirumah, aku kerja dulu ya Sayang. ")

"Iyaa kamu semangat kerja"

("I Love You.")

"I Love You Too"

Manda mematikan ponselnya lalu membuka kunci gerbangnya. Manda melihat ada kotak di depan pintu rumahnya. Ia melihat ke kanan dan ke kiri rumahnya. Dari siapa kotak ini?

Manda masuk ke dalam rumah membawa kotak itu. Manda berganti pakaian yang lebih santai. Ia melihat kembali ke kotak itu. Karena penasaran Manda membuka kotak yang di bungkus dengan banyak solasi coklat.

Manda mengambil pisau untuk membantunya membuka kotak itu. Saat kotak terbuka Manda melihat sebuah foto yang mungkin baru saja selesai di cetak.

DEG.

Manda menutup mulutnya ia menatap tak percaya foto-foto didepannya ini. Manda melihat ke foto yang lain, foto yang berisi sama. Foto Erlan dengan wanita lain.

Manda membalik foto itu tertulis tanggal disana. Manda membalik semua foto yang dikirim. Foto tiga hari yang lalu Erlan bersama wanita lain sedang berada di salah satu restoran yang cukup mahal.

Dua hari yang lalu saat Erlan dan wanita yang berbeda dari sebelumnya. Mereka sedang di pinggir jalan dan hanya berdua saja. Ada foto lain terlihat Erlan yang memakai seragam kerjanya dan ditangannya ada wanita yang sedang bergelayut manja.

Dan satu hari yang lalu Erlan berada di tempat yang cukup Manda kenali, taman dekat rumahnya. Dan ada foto lain saat Erlan dengan seragam kerjanya sedang berdua dengan seorang wanita.

Manda tak kuasa menahan air matanya, dadanya terasa sesak bahkan rumah ini serasa pengap bagi Manda. Manda menatap foto-foto itu, ia masih sangat ingat jelas ketika Erlan pamit kepadanya tanpa alasan yang jelas.

Manda melihat sebuah surat di dalam kotak itu. Ia mengambilnya lalu membukanya.

(Bagaimana manis setelah mengetahui bahwa suamimu tak sesempurna itu? Dia hanyalah lelaki muda kaya yang ingin menikmati dunia. Dia hanya memanfaatkan tubuhmu lalu bermain dibelakang mu. Terkadang lelaki memang seperti itu Manis, mementingkan nafsunya.Dan ingat kamu hanyalah perusak masa depan Manis.)

Air mata Manda turun semakin deras, sangat deras. Tangisannya bahkan terdengar pilu. Manda menyandarkan tubuhnya di tembok, bahkan tubuhnya sudah tak kuat menahan beban.

"Lan aku udah bergantung sama kamu, bahkan hati aku udah terlanjur mencintai kamu. Lantas aku harus bagaimana jika semua itu benar? Aku hanya merusak masa depanmu bahkan kamu merelakan namamu tercoret di pewaris keluargamu. Merusak masa depanmu yang akan berkuliah di luar negeri."

"Jika benar kamu benar memanfaatkan tubuhku untuk nafsumu, bagaimana dengan kembar Lan? Apa semua perhatian itu hanyalah sandiwara? Kenapa aku terbuai Lan dan beranggapan kamu tulus melakukannya? Apa ini alasanmu berubah Lan?"

Manda tak henti hentinya bermonolog dengan dirinya sendiri. Ia meratapi nasibnya yang begini, kenapaa ia tak terpikirkan kenapa Erlan menerimanya begitu mudah, kenapa Erlan mengatakan mencintainya dengan begitu cepat.

Kenapa tak terpikirkan alasan itu semua? Manda benar-benar bodoh, sangat bodoh.

Manda menatap sedih foto yang sudah berserakan itu. Hatinya sudah lebur seleburnya. Dan Manda semakin tersiksa, dadanya sangat sesak.

Mata sembab Manda tertuju pada perutnya saat ini. "Apa yang harus Bunda lakukan Nak?" tanya lirih Manda.

Manda tak dapat berhenti menangis, jiwa dan hatinya sudah hilang, sudah hancur. "Apa ini akan berakhir dengan menyedihkan pula?"