Cerita Malam (Ketika Hati Harus Memilih)

"Terima kasih sudah mau menemaniku sampai sejauh ini." kata Langit sambil menatap gadis di hadapannya. "Aku harap, kamu mau menemani aku untuk seterusnya." lanjutnya lagi. "Kamu yakin?" tanya gadis itu. "Ya, aku yakin sekali." "Tapi bagaimana dengan dia? Apa kamu tak takut menyakitinya?" "Lalu aku harus bagaimana? Aku tidak bisa memaksa dimana hatiku akan berlabuh. Hatiku memilih kamu, meski itu mungkin akan menyakitkan dia." "Aku takut persahabatan kita renggang. Bertahun aku, kamu dan dia bersama. Jika aku dan kamu akhirnya seperti ini, bagaimana dengan dia?" "Dia akan menemukan takdirnya sendiri. Percayalah... Bukan aku yang terbaik untuk dia. Kalaupun persahabatan kita nanti merenggang, aku yakin ada saatnya nanti akan pulih kembali. Yaitu saat dia tahu, bahwa bukan aku yang terbaik untuk dia." Sejenak keheningan melingkupi mereka. Langit menatap gadis di hadapannya dengan penuh harap. "Baiklah, aku mau!" jawab gadis itu dengan senyum tersungging dibibirnya. "Serius?" tanya Langit dengan suara tercekat. Gadis itu menjawab dengan anggukan. Malam itu, Langit akhirnya berhasil meyakinkan gadis itu untuk mau menjadi teman hidupnya. Namun baik Langit ataupun gadis itu tak menyadari, ada gadis lain tengah menatap mereka dari kejauhan. Setetes air mata jatuh di pipi gadis itu. Akankah semua yang dia lihat ini akan menjauhkannya dari mereka? Malam ini indah bagi dua sahabatnya., namun kelam bagi dirinya.