webnovel

Para Penghuni Sekolah

 Hari ini merupakan hari pertama imam sekolah dengan di temani Sekar. Dia memang selalu mengikuti imam kemana pun imam pergi, kecuali saat imam berada di kamar mandi. 

 Untung saja tak ada yang bisa melihat Sekar secara langsung, bisa geger dunia persilatan jika sosok Jin seperti Sekar terekspos ke dunia nyata. imam seperti biasa berangkat ke sekolah dengan Ayu. Sesampainya di sekolah, Sekar kembali muncul.

"Banyak sekali penghuni di sini, Kang Mas?" Ucap Sekar sambil memandang ke beberapa sudut sekolah imam. 

 " Yaelaah, berasa jadi Kakang Brama Kumbara imam, pake segala di panggil Kang Mas." Ucap imam dalam hati sambil garuk-garuk kepala, memang belum terbiasa imam di panggil seperti itu oleh Sekar. 

 "Ini nama nya sekolah, Sekar. Tempat manusia kaya kami menuntut ilmu" Jelas imam kepadanya. imam lalu mulai berjalan menuju kelas. Beberapa orang menyapa imam. Bukan hanya menyapa, bahkan beberapa siswi menatap imam dengan tatapan aneh. imam hanya tersenyum kecut merasa menjadi pusat perhatian. 

 "Maksud ku, penghuni seperti ku Kang Mas" Ucap Sekar.

 imam sempat berhenti berjalan dan mendekat kepadanya. 

 "Maksudmu jin ?" Tanya imam. Sekar mengangguk lalu tiba-tiba terbang melayang ke atap gedung sekolah imam. Yah, dia malah kabur. imam pun melanjutkan jalan imam yang sempat terhenti menuju kelas. Gerombolan penyamun nampak sedang berkumpul di depan pintu masuk kelas imam.

 "Woyy, men." imam tos ke semua teman temanya. Ada Rio, Rendi, Joni dan Mail. Semua terdiam dan menatap imam dengan tatapan heran. 

 "Lu semua pada kenapa si? Ngeliat imam kaya baru kenal" Tanya imam agak kesal. 

 Rio mendekati imam dan menyodorkan wajah nya ke muka imam. 

 "Eiits, mo ngapain lu kambing?" Ucap imam sambil menoyor kepalanya.

 "Lu pake ilmu apaan si mem, muka lu beda banget hari ini?" Tanya Rio. 

 

 "Iya bener Mam, klo belajar silat bisa jadi kaya gini rendi mau ikutan" Tambah Rendi.

 imam semakin heran mendengar ucapan kawan-kawan imam itu. 

 "Emang tiap hari kan imam udah ganteng, ma men. Lu nya aja yang baru pada nyadar" Jawab imam ngasal sambil ngeloyor masuk ke dalam kelas.

 Isi kelas masih sangat lengang. Hanya ada 5 orang siswa dan siswi. Mereka ada yang asyik membaca, memainkan HP dan ada juga yang saling tukar gosip seputar sekolah. 

 Riri yang juga sudah ada di bangkunya terlihat serius membaca sebuah buku. imam sempat mendengus saat cewe cupu itu melempar senyumnya ke arah imam. Langsung imam lemparkan tas sekolah imam diatas meja dan duduk sambil menaikkan kedua kaki imam di benda tersebut.

 imam lihat Sekar sudah duduk di atas meja guru, kemudian terbang berpindah tempat ke atas meja imam.

 "Kang Mas, hati-hati dengan beberapa penghuni disini yang sepertinya tidak suka akan kehadiranku" Ucapnya. imam yang sempat terbengong, menoleh ke arahnya.

 "Ada banyak yah?" Tanya imam.Sekar mengangguk.

 "Aku tadi menemui para pemimpinnya guna meminta izin untuk menjaga mu" Ucap Sekar lagi. 

 "Kenapa harus meminta izin ke mereka?" Tanya imam selanjutnya. 

 "Setiap tempat itu ada yang menjaga, mahluk gaib seperti kami pun punya tata krama seperti manusia. Kami harus meminta izin jika ingin memasuki daerah kekuasaan mahluk lain. Seperti di sini, penguasanya ada empat. Di pohon besar sebelah barat di jaga oleh mahluk yang kalian biasa sebut dengan nama Genderuwo. Di selatan, di sebuah kolam besar ada Jin wanita dengan badan setengah ular. Di ruangan dengan tulisan Aula yang ada di sebelah timur, dijaga oleh Kuntilanak merah dan di sisi utara adalah daerah kekuasaan Ki Sabdo yang masih ada hubungan kerabat dengan Kakek Moyang mu Ki Suta" Tutur Sekar.

 imam menyimak penjelasan Sekar dengan seksama. 

 "Keempat mahluk tersebut masih tergolong setingkat kesaktiannya denganku, karena usia kami tidak terpaut jauh" Kata Sekar menambahkan. 

 "Memang nya berapa usia mu sekarang?" Kembali imam bertanya. 

 "500 tahun lebih" Jawab Sekar singkat. imam Cuma bisa melongo mendengarnya. Dunia gaib benar-benar bikin kepala imam pusing kalo di pikirin.

 "Makin tua usia mahluk seperti aku, maka akan makin tinggi pula kesaktiannya. Tapi aku sempat kesal tadi, Kang Mas. Kuntilanak merah penunggu aula sangat sombong, jika bukan karena janji ku yang hanya untuk menjaga mu, sudah ku seret dia keluar dari tempat itu." Ucap sekar sedikit kesal.

"Oh iya, kenapa sampai sekarang aku belum lihat penampakan apa-apa ya?" Tanya imam penasaran.

 "Itu karena aku masih menutupi mata batin mu, Kang Mas. Aku takut kau belum siap. Tapi saat adzan berkumandang maka kekuatan ku akan luntur dengan sendirinya" Kata Sekar lagi. imam Cuma mengangguk-angguk mengerti.

 "Aku pergi dulu boleh, Kang Mas?" Pinta Sekar. Baru imam mo jawab, dia malah sudah lenyap.

 Suara bel sekolah pertanda waktu belajar akan segera dimulai, terdengar 3 kali. Rio dan Joni yang tadi masih ngobrol di depan pintu masuk kelas terlihat mulai berjalan menuju tempat duduknya masing-masing. Beberapa orang teman sekelasku merapikan posisi meja dan bangku mereka agar lebih lurus. Ada juga yang memunguti sampah bekas sisa jajanannya. Rio sudah duduk di samping imam. 

 "Lu udah kerjain PR matematika mam?" Tanya Rio lalu mengeluarkan buku nya dari dalam tas. 

 "Astaghfirullah." Kata imam spontan. Rio terkekeh melihat wajah imam yang berubah pucat.

 "Siap-siap bersihin kamar mandi lantai satu lu" Ledeknya.

Amsyong, imam lupa banget kerjain PR matematik nya Bu Irma. Beberapa saat imam mendengar suara langkah sepatu sedang berjalan menuju kelas imam. 

 "Mati imam!!!" Ucap imam begitu melihat Bu Irma memberi salam. 

 "Pasrah aja dah imam" Ucap imam lirih.

 "Kumpulkan semua buku PR. Imam, kamu kumpulkan buku milik teman kamu yang laki-laki. Yessi yang perempuan, segera!!" Perintah Bu Irma masih dengan berdiri di depan kelas kami.

 imam pun berdiri dan mulai berkeliling mengambil buku-buku PR seisi kelas imam lalu meletakkannya di atas meja Bu Irma. Dengan perasaan tak menentu imam masih berdiri di samping mejanya. Bu irma melirik ke arah imam. 

 "Sudah semua terkumpul?" Tanya nya tegas. imam mengangguk. Sebutir keringat dingin mengalir di dahi imam. 

 "Nggngg. Anu bu." Kata imam terputus putus. Bu irma yang mulai memeriksa tiap-tiap buku, sesaat berhenti. 

 "Saya mohon maaf, saya lupa mengerjakan tugas dari ibu" Ucap imam lirih.

Tiba-tiba, Bu Irma meletakkan pulpennya. Lalu menatap tajam ke arah imam. Badan imam gemetaran karena ngeri. imam udah siap banget buat nerima hukuman darinya. Tapi anehnya, tatapan tajam guru Matematik imam itu perlahan kembali menjadi tatapan yang biasa.

 "Ya sudah, untuk kali ini ibu maafkan. Tapi lain kali tidak ada alasan lupa ataupun alasan lainnya" Kata bu Irma lalu kembali meneruskan koreksiannya. imam yang mendengar langsung lemas karena senang.

 Ada angin apa yang membuat salah satu guru terkiller mengampuni imam. 

 "Tolong kamu bersihkan whiteboardnya, Mam" Perintah Bu Irma. 

 "Siap Bosskuh, eh bu" Cepat-cepat imam meralat ucapan imam yang ngaco barusan karena kelewat senang, lalu dengan langkah seringan kapas imam mengerjakan perintahnya. 

 "Lu ga jadi di hukum?" Tanya Rio begitu imam kembali duduk di sampingnya. Dengan senyum kemenangan, imam mengangguk.

 "Gila, hoki lu bagus banget hari ini men" Teriak Rio.

 PLETAK. 

 Sebuah penghapus whiteboard mendarat di wajah Rio dengan tiba-tiba. Jejak hitam bergaris tercetak di pipi kanan Rio. imam lihat bu Irma melotot ke arah kami berdua. Beberapa siswi menahan tawa. Kalo imam jangan di tanya gan. Ngak

ak ampe guling-guling tapi Cuma berani dalam hati, karena tatapan Bu Irma masih tertuju ke kami berdua.