webnovel

Ngerjain Sekar dan Rio

 Entah berapa lama imam menelpon Viny semalam, tau-tau teriakan Ibu membangunkan imam untuk menunaikan sholat subuh. imam tersenyum sendiri membayangkan obrolan kami semalam. Tenyata Viny itu anak tunggal dan mempunyai orang tua yang sama-sama mempunyai kekuatan mata batin. Sepertinya kelebihan Viny itu berasal dari keturunan. Dia juga sempat menanyakan tentang Sekar, dan imam ceritakan semua nya kepada Viny.

 Dari luar, teriakan Ibu untuk yang kedua kalinya terdengar. imam mencoba mengendurkan otot-otot dengan memutar badan imam ke kiri dan kekanan. 

 KRETEKK. Suara tulang-tulang imam bersinggungan satu sama lain. imam meraih HP dan membukanya. Ada satu pesan dari Viny.

 "Kamu tidur yah?"

imam tersenyum membaca pesannya.

 "Iya, maaf yah. Ngantuk banget habisnya. Kamu udah sholat subuh belum" Balas imam ke Viny lewat WA.

 Dengan mata masih 5 watt, imam beranjak bangun dari tempat tidur, lalu pergi mengambil wudhu di kamar mandi.

 imam selalu menjelajahi tiap sudut kamar mandi saat berada di dalamnya. Khawatir tau-tau kuntilanak sialan itu kembali muncul. Padahal imam tahu sendiri, sejak pertama kali Sekar menampakkan dirinya tempo hari, kuntilanak tersebut sudah tidak pernah kelihatan batang hidungnya. Setelah yakin akan kondisi kamar mandi yang statusnya aman terkendali, imam langsung mengambil wudhu lalu kembali ke kamar untuk sholat.

 imam sempat terkejut saat di salam terakhir sholat subuh, imam lihat Sekar sudah ada di belakang. Sepertinya dia juga ikut sholat dengan berjamaah di belakang imam. Dia senyum sebentar kemudian melayang menuju kasur imam.

 "Kamu sudah tahu tahu perihal teman wanita mu yang mempunyai mata batin?" Tanya Seka sambil memainkan rambut panjangya.

 imam mengangguk lalu mengambil gelas berisi air putih yang ada di atas meja dan meminum habis isinya.

 "Kamu kemana aja?" Tanya imam penasaran dengan menghilangnya Sekar seharian.

 Jin wanita itu kembali melayang, dan duduk di atas meja belajar yang ada persis di samping imam.

 "Ada suatu hal penting yang seharusnya aku sampaikan kepadamu, Kang Mas?" Ucap Sekar dengan menatap ke arah jedela kamar imam yang tebuka. Suasana di luar masih temaram. Matahari belum sempurna menunjukkan kegagahan sinarnya. imam bergidik saat tersapu angin dingin yang masuk dari jendela.

 "Hal penting apaan? Kenapa belum kamu ceritakan?" Tanya imam sambil menggosok-gosokan telapak tangan.

 Sekar tetap terdiam. Beberapa kali dia memainkan kalung tasbih emas yang melilit lehernya.

 "Sepertinya aku harus melepas kekuatanku yang selama ini menutupi mata batin mu, Kang Mas?" Ucapnya dengan mata masih tertumpu pada gelapnya suasana di luar kamar.

 "Aku siap, Sekar lagi pula aku juga penasaran dengan mahluk gaib yang ada di sekelilingku selain kamu" Jawabku dengan yakin.

 Sekar melemparkan pandangannya ke imam. Dengan tatapan penuh keyakinan imam membalas tatapannya. Tiba-tiba tangan kanannya menyentuh pipi imam. Sensasi dingin terasa di pipi imam.

 "Baiklah, pejamkan matamu sebentar" Ucapnya, lalu menempelkan telapak tangan kanannya menutupi pandangan imam. Mata imam sudah terpejam. Sebuah hawa hangat perlahan mengalir dari tangan Sekar ke kedua mata imam.

 "Bukalah matamu, Kang Mas" Bisik Sekar dengan lembut. Sedikit rasa pedih imam rasakan saat membuka mata. imam lihat Sekar masih berdiri di hadapan imam dengan tersenyum. Pandangan imam terasa lebih terang.

 "Jadi seperti ini rasanya jika mata batin sudah terbuka? Tanya imam.

 Sekar mengangguk, kemudian melayang mendekati jendela.

 Tunggu, yang ada di samping Sekar itu siapa, yang sedang menatap imam dari luar jendela dengan kedua mata yang hanya terlihat bagian putihnya saja. Wajahnya nampak tak asing, bahkan sering imam lihat saat menonton film horror. Wajah gosong yang terbalut kain putih yang terikat berkuncir di atas kepalanya. "Itu kayak pocong" Gumam imam dengan suara pelan.

 "HAHH, POCOOONG!!!"

 Pipi imam seperti di tepuk-tepuk seseorang. imam membuka mata perlahan. imam lihat Ibu sama Ayu dengan tatapan panik sedang bersimpuh di samping imam yang saat ini terbaring di lantai di bawah jendela kamar. imam mencoba bangun dengan bantuan Ibu dan Ayu, lalu beranjak untuk duduk di atas pinggir tempat tidu.

 "Abang kenapa tadi teriak begitu terus pingsan, bikin Ibu khawatir aja. Abang sakit?" Kata Ibu sambil menempelkan telapak tangannya di kening imam. imam hanya menggeleng, imam lihat Sekar sedang duduk di atas meja belajar dengan senyuman meledek.

 "Imam tadi kepeleset, bu." Jawab imam berasalan.

 "Ya, allah. Kepala kamu ga apa-apa bang?" Ucap ibu dengan nada panik sambil meraba-raba belakang kepala imam. Ayu juga nampak khawatir, dia mencoba mengurut-urut paha imam.

 "Imam ga apa-apa koq, Bu. Udah, ibu ga usah khawatir. Imam mau mandi dulu yah" Sahut imam lalu berjalan menuju kamar mandi.

 "Suee tuh jin perempuan, kena imam di kerjain. Kalau tau ada pocong di luar jendela, kenapa dia harus buka mata batin imam sekarang?" Kata imam sambil mulai membuka baju.

 Dinginnya air kolam memaksa imam untuk mempercepat durasi mandi. Tadinya imam berniat untuk mandi plus plus setelah menelpon Viny berjam-jam, tapi gara-gara tuh pocong sialan imam jadi malas untuk bermain-main dengan si 'Imin'.

 "Kamu kenapa tadi teriak kencang sekali, Kang Mas?"Tanya Sekar pada imam yang sedang memakai baju di kamar.

 Dari nada suaranya yang terselip sedikit tawa, imam tau dia sedang mengejek imam. Seperti biasa, dia selalu membuang muka saat imam berpakaian. Imam sempat melirik Sekar sebentar, lalu sebuah ide konyol muncul di otak imam yang hampir jenius. imam yang masih berbalut handuk yang menutupi bagian 'Imin' memanggil Sekar. Jin wanita itu menoleh ke arah imam. Dengan cepat imam buka handuk imam dan memamerkan 'Imin' imam di depannya. Sekar seketika menjerit dan langsung melayang secepat kilat menembus dinding kamar imam. imam tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan itu semua.

 "Siapa suruh imam dikerjain pake pocong" Kata imam setengah berteriak sambil tertawa keras.

 Hari ini Minggu, imam bisa berleha-leha di rumah. Terbebas dari segala rutinitas harian imam. Sepupu imam Rio tadi sempat menelpon katanya mau main ke rumah. imam juga sempat ber WA dengan Viny yang sudah membalas pesan imam tadi subuh. Sekedar percakapan basa-basi seorang remaja laki-laki yang berniat modusin seorang cewe. Kalimat-kalimat seperti lagi ngapain, sudah makan belum, sudah mandi belum, kalau belum mandi bareng aja nyok.. Hahaha..

 Suara nyaring motor sport milik Rio yang memasuki pekarangan rumah imam terdengar bising. Imam lihat Ibu langsung keluar dan memarahinya.

 "Sukurin lu, emang enak di omelin pagi-pagi" Ejek imam ke Rio yang sudh duduk di samping imam.

 Dia Cuma memonyongkan bibir bawahnya sebagai balasan. imam yang sedang asyik ber WA dengan Viny tidak begitu menanggapi Rio yang mulai berbicara.

 "Si Kambing, lagi ngomong malah di tinggal mainin HP mulu." Kata Rio sambil merebut Hp yang imam pegang.

 imam menoca merebutnya kembali, tapi emng bodi nya Rio yang jauh lebih gede di banding imam, harus memaksa imam untuk pasrah saat dia dengan muka antusias menatap dan menggerak-gerakkan scrool key Hp imam .

 "Lu udah jadian sama Viny?" Tanya nya dengan wajah penasaran.

 "Belom, baru lagi usaha. Udah sini balikin" Jawab imam ke Rio sambil kembali mencoba mengambil Hp di tangan nya.

 Tanpa perlawanan, sepupu imam itu mengembalikan benda yang beberapa hari ini selalu imam rindukan deringannya saat sebuah WA di terima.

"Kamu mau tidak jadi pacar imam?" Kata imam membaca sebuah pesan yang imam sendiri tidak merasa mengetiknya apalagi mengirim.

 imam langsung menatap tajam Rio. Dia Cuma tersenyum penuh arti. imam tendang kakinya dengan keras. Lumayan buat sekedar membuat nya sedikit pincang.

 "Kambing lu, ngirim WA begitu ke Viny" Kata imam dengan nada kesal. Tanpa memperdulikan Rio, imam meninggalkannya masuk ke dalam kamar.

 Asli imam kesal. Kadang-kadang cara bercandanya memang keterlaluan. Kalau bukan sepupu, udah imam bikin tuh orang terkapar di tanah.

 imam lempar HP imam ke atas kasur lalu mengambil Ipod dan menyumpal kedua telinga imam dengan headset. Dentuman musik cadas membuat perasaan imam sedikit tenang. 

 Tiba-tiba Rio masuk ke kamar imam. imam langsung memejamkan mata, sambil menepuk-nepuk paha imam mengikuti alunan musik. imam membuka mata saat Rio mengoyang-goyangkan kaki imam. Wajahnya terlihat memelas sambil menggerakkan bibirnya berkali-kali. imam tau dia lagi berbicara ke imam. Headset yang masih tertanam di telinga imam akhirnya imam cabut.

 "Sorry, Men. aku cuma Becanda" Kata Rio dengan menyalakan sebatang rokok.

 imam menatapnya sinis, lalu mengambil pengharum ruangan yang ada di atas meja imam dan menyemprotkannya ke seluruh ruangan. Ada sebagian yang imam semprotkan ke arah Rio. Dia mengibas-ngibaskan tangannya berusaha mengusir bau semprotan.

 "Becanda lu norak. Kaya bocah" Kata imam lalu mengambil sebatang rokok milik Rio.

 "Iya, aku minta maaf Men." Jawabnya dengan mengiba.

 "Males imam ama lu Men" Jawab imam. Dalam hati sebenarnya imam udah maafin sepupu imam yang kelakuannya kadang mengesalkan. Sengaja aja imam mainin emosinya, imam pengen lihat sejauh mana usahanya untuk minta maaf ke imam.

 "aku traktir deh seminggu di kantin sekolah" Ucapnya lagi.

 "Oke, deal" Sahut imam seketika sambil meraih tangannya untuk berjabat tangan.

 "Njirr, cepet amat lu maafin imam" Ucap Rio heran.

 imam terkekeh mendengarnya. Lumayan lah mulai senin besok imam bisa makan sepuasnya di kantin selama seminggu.