webnovel

Imam VS Ramon

Sore itu, imam bersama kelima teman baik imam kembali Hang Out di SE**L. Kami berkali-kali tertawa terbahak-bahak jika ada yang mengeluarkan guyonannya. Beberapa pasang muda-mudi ada yang menatap kami dengan sinis, tapi sama sekali tidak kami hiraukan. Ini tempat umum, siapapun bebas melakukan apa saja selama masih di dalam koridor norma yang berlaku, dan menurut imam tertawa keras itu ga melanggar norma apapun.

"Nanti malam aku mau latihan Judo di Tang-Sel, pelatih imam dapat undangan lawan tanding dari teman nya" Kata Rendi yang baru meyalakan sebatang rokok.

"imam juga udah lama nih ga main Silat, Men. Sibuk banget akhir-akhir ini" Kata imam menambahkan kalimat Rendi.

"Lu mah sibuk pacaran sama Tasya, kambing" Sahut Rio, tangannya sempat ingin mengepret bahu imam tapi langsung imam tangkis.

Sudah seminggu, sejak imam patah hati karena Viny, imam memang menjadi dekat dengan seorang cewek anak SMUN..Depok yang bernama Tasya. Orangnya asyik, enak buat di ajak ngobrol nyambung banget sama imam. Nah kalau di part sebelumnya imam sempat kaget melihat sosok yang selalu ada di dekat Tasya, tapi selama beberapa hari imam dekat dengan nya, bahkan sempat jemput doi di sekolahnya, imam ga lihat tuh sosok menakutkan lagi. Mungkin karena takut dengan Sekar yang terus mengikuti imam kemana pun. Nah, anehnya lagi, Sekar itu tidak pernah menghindar saat imam sedang bersama Tasya, beda dengan reaksinya ke Viny. Entah sebabnya apa, imam juga enggan bertanya pada Sekar.

"Eh. terus gimana, Men. Udah jadian kan lu sama Tasya?" Tanya Rio lagi dengan wajah antusias.

imam meneguk minuman yang ada di atas meja. Keempat teman imam tidak ada yang berbicara lagi. seolah-olah menunggu jawaban imam atas pertanyaan Rio Barusan.

"Jadi gini, imam sama Tasya kalau boleh di bilang sih, udah lumayan dekat, Cuma imam ga mau terburu-buru buat nembak, karena imam masih belom yakin 100% dengan perasaan imam ke dia atau sebaliknya. imam takut kejadian antara imam dan Viny terulang lagi ke Tasya" Jelas imam sambil menghembuskan asap rokok ke atas.

Saat imam selesai berbicara, imam sempat menoleh ke arah jalan raya. Posisi imam duduk persis menghadap kesana. imam lihat seorang laki-laki dengan pakaian kumal berjalan tertunduk menuju ke tengah-tengah jalan yang ramai oleh kendaraan berlalu lalang. Mata imam terbelalak mana kala laki-laki asing tersebut melompat tiba-tiba ke sebuah mobil truk besar yang dengan kencangnya melaju. Dan BRAKK.. Suara tubuh tertabrak terdengar keras.

"ASTAGHFIRULLAH!!!" Teriak imam membuat semua orang terkejut.

imam langsung berlari kencang ke arah jalan. Keempat teman imam ikut juga berlari menyusul imam dari belakang.

Pandangan imam menjelajahi tiap sudut jalan, mencoba mencari sosok yang barusan imam lihat tertabrak. Tapi semua tampak normal. Tak ada mayat yang tergeletak dengan bersimbah darah di atas jalan. Bahkan, jejak satu tetesan darah pun tidak ada.

"Lu liat apaan si, koq tiba-tiba lari ke sini, Men?" Tanya Rio dengan nafas tersengal-sengal.

imam hanya bisa tertegun tanpa memberikan jawaban ke Rio. Semua teman-teman imam menatap dengan pandangan heran. Saat imam memutuskan untuk kembali ke tempat kami duduk, imam melihat lagi sosok yang seharusnya tadi tertabrak sedang berdiri mematung di tepi jalan. Wajahnya sudah tidak lagi berbentuk karena kepalanya hancur. Bajunya nampak basah bermandikan darah.

"Kau seharusnya sudah bisa membedakan antara manusia dengan mahluk gaib, Kang Mas" Ucap Sekar yang sudah berdiri di samping imam.

imam masih terdiam. Dalam benak imam masih di penuhi kilasan balik peristiwa tragis yang imam lihat tadi.

" Itu adalah jin qorin manusia yang kau lihat menabrakan dirinya sendiri, sampai kiamat menjelang, jin itu akan terus melakukan hal serupa" Lanjut Sekar.

imam bergidik ngeri mendengar penuturannya. Sungguh suatu kesia-siaan yang sangat besar bagi orang yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

"Akhir-akhir ini, aku sering liat lu bertingkah aneh, Mam" Kata Rio saat kami sudah duduk kembali.

imam memandangnya sesaat, lalu menyulut sebatang rokok lagi.

"Lu tiba-tiba bisa teriak sendiri, mengejar sesuatu yang tidak ada kaya tadi barusan" Tambah Rendi.

"Memangnya ada apa dengan lu, Men. Ceritain aja ke kita klo emang lu mau cerita. Klo ada beban yang lu rasakan, jangan anggap kita orang lain, Men" Terang Joni sambil memegang bahu imam.

imam yang mulanya merasa tersentuh dengan penuturan mereka, langsung meralat anggapannya begitu Joni dengan mesranya menyenderkan kepalanya di bahu imam.

"Kampret lu, perasaan omongan lu tadi lagi bener banget, Men. Kenapa kumat lagi sakit lu sekarang?" Sahut imam sambil mendorong kepalanya menjauh.

Joni hanya cengengesan lalu memberi salam tos ke Rio.

"Eh, ada cewek cakep tuh. Arah jam 11" Celetuk Mail. Nih anak kalo urusan cewe cakep lewat langsung aja responnya cepet, lain halnya kalo di suruh piket, malesnya minta ampun.

Kami menoleh ke arah yang Mail maksud. Cewe dengan rambut sebahu dan berdandan tipis layaknya anak kuliahan, terlihat berjalan bergandengan tangan dengan seorang pemuda.

"Itu kan si Ramon, pacar nya Viny" Gumam imam pelan yang sepertinya terdengar juga oleh Rio.

"Hah, yang bener men. Itu yang namanya si Ramon yang udh bikin lu patah hati" Serunya dengan suara sengaja di keraskan.

"Kambing lu, sekalian aja pas dibagian imam patah hati nya lu umumin di toa mushola samping rumah" Kata imam menggerutu.

Rio hanya terkekeh. imam kembali mengamati Ramon dengan cewe yang sepertinya selingkuhannya tersebut, mereka sudah duduk di sebuah tempat yang tidak jauh dari kami.

Sesaat kemudian, pandangan Ramon bertemu dengan imam. Dia menatap sinis, imam sih masih santai. imam lihat Ramon berdiri dan berjalan mendekat ke arah imam dan teman-teman imam.

"Eh, lu cowo yang waktu itu sama Viny kan, yang di tolak gara-gara aku kan?" Tanya nya dengan nada meledek.

imam langsung berdiri berhadapan dengannya. Pandangan kami kembali bertemu namun kali ini dengan jarak yang cukup dekat.

"Lu selingkuhin Viny?" Tanya imam singkat.

"Kalo iya, emang kenapa. Masalah buat lu, hah?" Jawabnya dengan nada ketus.

imam mencoba untuk bersabar dan mengontrol emosi. Rio mendadak bangkit di susul teman imam yang lain. Tapi imam suruh mereka untuk tetap tenang dan duduk kembali. imam juga sempat melirik ke arah Sekar yang saat ini sudah melayang turun dan berdiri di belakang imam. Tatapannya tajam menatap ke arah ramon.

"Lu ga suka aku selingkuhin Viny, Lu siapa nya emang hah?" Tanya Ramon lagi, kali ini dia menunjuk-nunjuk dada imam.

"Kalo emang cewe ga ada perasaan apa-apa buat lu, ya udah jangan di paksa" Ucapnya lagi.

"Lu mo ribut, jangan di sini" Jawab imam singkat sambil menatap nya tajam.

Kedua kepalan tangan imam sudah terkepal. imam lihat Ramon tersenyum meledek imam. Sengaja untuk memancing emosi imam yang sudah mulai tersulut.

"Kenapa diem aja lu, takut sama imam?" Belum lama imam berhenti berbicara.

BUGGH!!! Sebuah pukulan mendarat di pipi kanan imam. imam sempat terhuyung satu langkah ke belakang. Pandangan imam sesaat berkunang-kunang. Keempat teman imam kembali berdiri, imam langsung menghadang mereka yang sepertinya hendak menyerang Ramon. Sekar terlihat sudah berubah ke wujud Kolong Wewe. Matanya nanar menatap Ramon.

"Biarkan aku yang mengurus sendiri, kau tunggu saja" Kata imam dalam hati ke Sekar.

Kolong Wewe tersebut sejenak memandang tajam ke arah imam. imam menganggukan kepala melihatnya. Beberapa detik kemudian, sosok menyeramkan itu berubah kembali menjadi Sekar. Sementara Ramon masih dengan tersenyum mengejek, berdiri sambil bertolak pinggang.

"Gimana, mau nambah lagi?" Katanya setengah berteriak.

imam tidak menjawab, hanya terus berjalan menghampirinya.

"Pukulan lu kaya cewe, ga ada rasanya" Ejek imam lalu meludah ke lantai.

Ramon sepertinya terpancing dengan ejekan imam. Dengan cepat dia kembali memukul imam. Kali ini, imam juga terkena tendangannya tepat di atas perut. imam duduk terjatuh, nyeri dan sesak terasa di bagian itu. Emosi imam benar-benar sudah memuncak. imam kembali berdiri dan mulai merasakan rasa panas menjalar dari bahu hingga ke seluruh tubuh. Suara nafas imam terdengar memburu. Mata imam menatapnya tajam, layaknya hewan pemangsa yang sedang menatap buruannya dengan nafsu untuk membunuh. Ramon yang tersurut mundur beberapa langkah ke belakang. Sepertinya dia ketakutan akan sesuatu atau seseorang. Bukan, ini bukan imam. imam merasa tidak bisa mengontrol diri imam sendiri.

Sebuah pukulan mendarat di dada sebelah kiri Ramon hingga membuatnya terlempar ke belakang dan mendarat tepat di atas sebuah meja. Pandangan imam menatap nanar ke semua orang yang berada di situ. imam merasa tubuh imam sedang di pegangi banyak orang, tapi semua terpental ke belakang ketika imam mencoba berontak. Ramon yang sepertinya jatuh pingsan, sedang di pegangi seorang wanita sambil menangis. imam terus berjalan menghampiri Ramon dan wanita itu. imam seperti melihat Sekar dalam bentuk manusianya berusaha menghadang imam sambil menitikkan airmata, namun imam hempaskan tubuhnya dengan sekali gerakkan. Tiba-tiba bahu imam seperti di sentuh seseorang dari belakang, rasanya panas sekali. Saat imam menoleh, semua berubah menjadi gelap, sangat gelap.

"Bangunlah, Ngger" Kata sebuah suara yang kedengarannya tidak asing.

imam membuka mata perlahan dan mendapati diri imam sudah berada di sebuah ruangan yang berwarna serba putih. Di hadapan imam, nampak Ki Suta duduk dengan tersenyum. Tasbih putih di tangan kanannya terus ia putar dengan jarinya.

"Bagaimana keadaan mu, Ngger?" Tanya nya dengan suara lembut namun berwibawa.

"Alhamdulillah, Eyang" Jawab imam lalu duduk mendekat dan mencium tangannya.

NYESS, tangan imam seperti sedang memegang sebongkah Es. imam yang terkejut langsung melepaskan pegangan tangan. Ki Suta terlihat tersenyum kembali.

"Maaf Eyang, jika saya boleh bertanya sedang dimanakah gerangan saat ini?" Tanya imam dengan sungkan.

Ki Suta, memainkan jenggot putihnya yang panjang.

"Apakah kau ingat peristiwa yang kau alami terakhir kali sebelum kau ku bawa kesini?" Tanya Ki Suta.

imam terdiam berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi dengan imam terakhir kali. Kilasan kejadian dimana imam sedang berada di sebuah tempat nongkrong anak muda mulai muncul di benak imam. Saat imam berkelahi dengan Ramon dan saat imam merasa tidak bisa menguasai diri sendiri juga mulai berbayang.

"Itu adalah kekuatan tasbih yang tertanam di bahu mu, Ngger. Sayangnya emosi muda mu membuat kekuatannya yang telah bersatu dengan mu saat itu sedikit menghitam. Beruntung, Eyang mu yang sudah renta ini tidak terlambat datang untuk meredam kekuatannya" Jelas Ki Suta.

imam tertegun mendengar penuturannya. Mencoba mencerna tiap kalimat yang bergulir dari lisannya barusan.

"Ingatlah pesan ku, Ngger. Jangan sekali-kali nafsu amarah membutakan mata hati mu yang bersih, dampaknya akan sangat buruk untuk mu atau pun orang lain. Ingat lah Asma Allah dalam hatimu selalu, amarah sehebat apapun akan luntur jika dihatimu masih terukir Asma Allah" Nasihat Ki Suta terasa sangat adem terdengar di telinga imam dan meresap jauh ke lubuk hati.

"Sekarang, pejamkan matamu, aku akan membawamu pulang" Perintah Ki Suta.

imam menuruti pesannya dan mulai memejamkan kedua mata. Tiba-tiba tubuh imam seperti terangkat ke atas dan melayang turun dengan sekejap.