1 My wedding

Hai aku Agis, dan kenalkan ini pacarku Panji. Kami sudah berpacaran sejak kami lulus SMP tepatnya pada umur 15 tahun. Pada umurku yang ke 22 aku bertanya ke padanya, "Nji, kenapa kamu nggak ngelamar aku sih? , nanti aku keburu dilamar sama yang lain.",. "Nggak bakal terjadi itu kan temen temen kita udah tau kalo aku itu milikku.". Dan seketika wajahku menjadi merah, "Gimana kalo aku lamar kamu Minggu depan waktu anniversary kita yang ke 7 ?, kalo aku sih dah siap nge-lamar kamu", "aku juga dah siap kok".

~

Minggu depan

"Cieeh yang mau di lamar" kata mbak Elva, "iih kak jangan bikin aku malu dong !"

Ting~Tong

"Ah itu Panji." "Assalamualaikum" kata Panji beserta keluarganya, "Waalaikumsalam" jawabku, "Silahkan masuk Pak, Buk, Mas Bimo, Mbak Hasna". "Wah, ini yang mau ngelamar anak saya yang ini ya?" , kata ayahku sambil menunjuk ke arah Mas Bimo. "Eh..bukan pak adek saya yang mau ngelamar.. Panji." kata Mas Bimo , Aku pun melihat ke arah Panji sepertinya dia mau berbicara.

"Pak saya mau minta restu untuk menikahi Agis, saya janji akan menjaga Agis pak" kata Panji. Seketika Ayah, ibu Panji, Mas Bimo, mbak Hasna dan ayahku pun kaget. Kakak dan ibuku hanya cengar-cengir di balik tirai dekat pintu, aku pun menahan agar wajahku tidak memerah saat itu juga. "Wah....wah kalau saya tidak setuju bagaimana nih"..."Ayahh tadi kan ayak sudah bilang bahwa...". "Haha ayah hanya bercanda Agis". Dalam hati ku berteriak "CANDAAN AYAH MEMBUAT JANTUNGKU MAU COPOT YAHH"." Kalau begitu kau berjanji pada ayah ya Panji, kau akan selalu menjaga Agis dengan sepenuh hatimu" kata ayahku, "Ya, saya berjanji yah".

Setelah meminta restu dari ayahku Panji mengajakku pergi ke sebuah restoran paling terkenal di kota. Lalu dia mengucapkan kata-kata yang tidak mungkin aku lupakan.

"Agis, Will you marry me?" katanya sembari menyodorkan cincin berlian. Aku terkejut mendengarnya, sembari menangis aku pun tersenyum dan berkata "Yes".

Akhirnya tanggal 11 November pun datang, ini adalah hari pernikahanku dan Panji. Saat Ijab Kabul Panji sangat gugup, dan sepertinya ayahku belum siap untuk melepaskan ku. "Saya terima nikahnya Agis bin Agus dengan mas kawin perhiasan emas 24 karat sebesar 12 gram dibayar tunai." "Para saksi sah?". "SAHHH". Ini adalah hari terbahagiaku tak kusangka akan secepat ini, lalu Panji melihatku dan langsung memelukku. Ayahku pun menangis melihatku, dia belum siap untuk melepaskan ku. Lalu ayahku memeluk ku dan berkata "Huhuhu, Anak ayah kok udah nikah aja ya, kembali jadi kecil lagi dong gis!". Aku pun ikut menangis aku tak menyangka bahwa aku akan berpisah dengan ayah. Panji pun mengajakku untuk ke panggung untuk melemparkan bunga, aku pun melemparnya dan ternyata yang mendapatkan nya adalah Mas Bimo. "Bimo, kamu kan udah punya istri ngapain masih nangkep bunga itu!?" kata Mbak Hasna. "Eh, sorry Na, ya udah bunga ini buat kamu aja deh" kata Mas Bimo. "Oow so sweet", dan para jomblo yang melihatnya pun iri, lalu Calvin berkata "Kapan kita bisa kayak mereka yak romantis-romantisan? , dua orang couple di kelas dulu udah nikah".

"Suruh siapa jomblo" kata dua anak bersamaan, ternyata mereka adalah Mina dan Mona anak dari Mas Bimo dan Mbak Hasna. Walaupun mereka masih berumur 5 tahun tapi mereka mengetahui banyak hal, mungkin melebihi aku. "Mina Mona sini" panggil Panji, "Kita di suruh apa om?" kata mereka berdua bersamaan, "Ambilin bunga 1 bucket dong buat Tante Agis nih!" bisik Panji ke 2 kembar itu. "Asal ada upah kita mau om", lalu mereka pun pergi mungkin sebentar lagi mereka akan. kembali. "Kau menyuruh mereka apa?" tanyaku, "Secret, honney". Akhirnya dua kembar itu kembali, "nihh om bunganya". Lalu Panji pun mengambilnya dan memberikan bunga itu padaku sembari berkata "Nice to marry you, honney"

avataravatar
Next chapter