webnovel

CEO itu adalah Ayahku

Kehidupan gadis bernama Misty Connors berubah sejak kedua orang tuanya meninggal. Misty berpikir dia akan kehilangan segala-galanya. Rumah, kuliah dan kehidupannya. Namun sebelum Misty kehilangan semua itu, seorang malaikat penyelamat datang menolongnya. Gadis itu tidak pernah tahu jika dia memiliki ayah baptis yang tampan bernama Zach Leroux, seorang CEO perusahaan Leroux di Paris yang belum menikah. Saat itulah Misty mengetahui jika Zach adalah teman dekat orang tuanya semasa kuliah. Tinggal berdua dengan pria menawan seperti Zach merupakan ujian yang berat bagi Misty. Pasalnya dia harus sport jantung menahan perasaannya kepada Zach. Namun siapa sangka, Zach pun merasakan yang yang sama. Sayangnya jalan menuju bersatunya cinta mereka tidaklah mudah. Terutama status ayah baptis yang disandang Zach membuat hubungan ini tampak terlarang. Ditambah keluarga Zach yang tidak mudah dihadapi. Akankah Misty harus melepaskan perasaannya kepada Zach? Atau dia memilih untuk memperjuangkan perasaannya yang membawa gadis itu menuju resiko yang begitu besar?

Marrygoldie · Teen
Not enough ratings
15 Chs

4. Salah Paham

On n'est point toujours une bête pour l'avoir été quelquefois. -Denis Diderot-

~ Menjadi bodoh kadang – kadang tidak membuat seseorang menjadi bodoh sepanjang waktu. ~

* * * * * *

Misty membuka matanya dan melihat langit-langit berwarna putih. Kemudian gadis itu menunduk dan melihat selimut menyelimuti tubuhnya. Kemudian gadis itu pun menegakkan tubuhnya. Dia melihat sekelilingnya lalu mendapati dirinya berada di kamar tidur di dalam pesawat. Misty berusaha mengingat apa yang terjadi. Terakhir dia ingat masih duduk di luar. Tapi sekarang dia berada di atas ranjang.

"Apa aku ketiduran?" gumam Misty.

Kemudian gadis itu menyibak selimut itu kemudian turun dari ranjang. Dia berjalan menuju pintu sembari merapikan rambut dan kaos merah yang dikenakannya. Gadis itu membuka pintu dan melihat Zach yang sedang duduk menoleh ke arahnya.

"Kau sudah bangun?" tanya Zach.

Misty menganggukkan kepalanya. "Apa aku ketiduran?"

"Sepertinya kau bosan melihat hamparan awan lalu kau tertidur. Karena itu aku menggendongmu ke kamar."

"Kau menggendongku?" terkejut Misty.

"Benar. Apakah aku salah? Aku hanya tidak ingin kepalamu terantuk dan badanmu pasti akan terasa sakit jika tidur dalam posisi duduk."

"Tidak. Kau sama sekali tidak salah, Zach. Hanya saja aku merasa malu. Tubuhku pasti sangat berat."

Zach tergelak mendengar penjelasan Misty. Dia pikir dia sudah melakukan kesalahan hingga membuat gadis itu sangat marah. Pria itu pun berdiri kemudian menghampiri Misty.

"Tenang saja. Kau sama sekali tidak berat. Mudah sekali bagiku untuk mengangkatmu. Apa kau lapar?"

Misty menyentuh perutnya yang memang kelaparan. "Bukankah aku melewatkan jam makan siang?"

"Tidak masalah. Aku akan meminta pramugari menyiapkan makan siang untukmu. Duduklah."

Misty pun menghampiri tempat duduk yang semula di duduki oleh Zach. Sedangkan pria itu berbicara dengan pramugari untuk menyiapkan makan siang Misty. Sampai di kursi Zach, Misty bisa melihat dokumen terbuka di atas meja. Gadis itu tertarik untuk membaca isi dokumen itu. Dia terkejut melihat dokumen itu berisi tentang rumahnya. Misty melanjutkan bacanya dan mengetahui jika dokumen itu adalah dokumen penjualan rumah Misty. Seketika darahnya mendidih saat mengetahui Zach akan menjual rumahnya.

"Sebentar lagi pramugari akan membawakan makan siangmu, Misty." Ucap Zach menghampiri gadis itu.

Misty mendongak menatap pria yang berdiri di sampingnya. Tatapannya yang tajam berbeda dari sebelumnya. Gadis itu pun berdiri di hadapan Zach.

"Apakah kau berniat menjual rumahku?" tanya Misty.

Zach tampak terkejut mendengar ucapan Misty. "Soal itu aku bisa menjelaskannya, Misty."

"Menjelaskan? Sudah jelas dokumen itu ada di sini." Misty menunjuk dokumen yang baru saja dibacanya.

Misty tak lagi bisa menahan amarahnya. "Aku tahu kau sangat kaya, Zach. Mungkin bagimu rumah kecil seperti itu sangatlah tidak berharga. Karena itu kau memilih menjualnya karena berpikir aku tidak akan kembali ke sana lagi. Tapi bagiku rumah itu sangatlah berharga, Zach. Semua kenangan orang tuaku ada di sana. Aku bahkan memilih berhenti kuliah agar aku tidak menjual rumah itu. Tidakkah kau mengerti betapa berharganya rumah itu untukku?"

Zach bisa melihat air mata mengalir di pipi Misty. Dia mengulurkan tangannya hendak menghapus air mata itu. Namun dengan kasar Misty menepis tangan Zach. Dia segera kembali menuju kamar tidur dan menguncinya. Misty tidak percaya Zach melakukan hal itu. Dia semula percaya pada pria itu. Tapi sekarang haruskah dia tetap percaya padanya? 

Misty menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Dia memeluk lututnya kemudian menangis. Dia mendengar Zach mengetuk pintu dan memanggil namanya. Namun Misty sama sekali tidak mempedulikannya. Kehidupan indah yang semula dibayangkannya mulai hancur. Dia tidak tahu bagaimana dia harus menghadapi Zach nanti setelah mendarat.

* * * * * 

Misty yang duduk di kursinya hanya diam memandang keluar jendela. Pesawat sudah mendarat dengan sempurna. Sejak pertengkarannya dengan Zach, gadis itu sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun.

Zach yang duduk tak jauh dari Misty tampak begitu sedih melihat gadis itu. Dia bingung bagaimana caranya agar Misty mendengarkan penjelasannya. Gadis itu bahkan menghindari dirinya. Jika tidak demi keselamatan, Zach yakin Misty masih mengurung diri di kamar. Setelah aman, Zach melepaskan sabuk pengaman dan menghampiri Misty. Gadis itu juga melepaskan sabuk pengaman dan segera keluar dari pesawat. Dia tidak mempedulikan Zach yang hendak berbicara dengannya.

Setelah turun dari pesawat, Misty berdiri memandang sekelilingnya. Ekspresi wajahnya sedikit melunak. Tapi segera dia menampilkan ekspresi dingin ketika Zach sudah berada di sampingnya. Sebelum pria itu mengatakan sesuatu, Jeremy menghampirinya.

"Mr. Leroux. Ada sedikit masalah dengan perusahaan. Saya sudah mempersiapkan agar diadakan meeting satu jam lagi. Karena itu kita harus segera kembali ke perusahaan." Jelas Jeremy.

Zach menoleh menatap Misty. Lalu kembali berbalik ke arah sekretarisnya. "Tidak, Jeremy. Aku yang akan kembali ke perusahaan. Kau antarkan saja Misty ke rumah."

"Baik, Mr. Leroux. Saya akan menyiapkan sopir untuk mengantarkan anda. Misty, kau bisa ikut denganku."

Misty menatap Jeremy kemudian berjalan mengikuti pria itu tanpa menoleh ke arah Zach. Melihat hal itu, Zach hanya bisa menghela nafas berat. Dia memutuskan nanti akan mencari cara untuk bisa menjelaskannya kepada Misty.

Jeremy membawa Misty menuju mobil sedan hitam. Dia membuka pintu belakang dan mempersilahkan Misty masuk. Gadis itu menatap bangku belakang mobil lalu beralih pada Jeremy.

"Bisakah aku duduk di depan saja bersamamu, Jeremy? Aku merasa tidak nyaman duduk di belakang sendirian." Pinta Misty.

"Tentu saja bisa, Misty. Silahkan." Jeremy menutup pintu belakang dan membuka pintu penumpang di depan.

Misty masuk ke dalam dan mengucapkan terimakasih kepada Jeremy. Setelah menutup pintu, Jeremy bergegas memutari mobil kemudian masuk ke dalam mobil. Dia menghidupkan mobil itu sebelum akhirnya menjalankannya.

"Jeremy, bukankah kau sekretaris Mr. Leroux?" tanya Misty saat dalam perjalanan.

"Benar, Misty."

"Apakah kau juga tahu tentang Mr. Leroux yang menjual rumahku?"

"Mr. Leroux menjual rumahmu?" Jeremy tampak terkejut.

"Aku ingin tahu bisakah kau membantuku agar Mr. Leroux tidak menjualnya? Rumah itu sangat berharga untukku. Dan aku tidak mengenal siapapun di sini selain kau dan Mr. Leroux. Jadi kupikir kau bisa membantuku membujuk Mr. Leroux agar tidak menjual rumahku."

"Kau tidak perlu membujukku, Misty. Mr. Leroux tidak pernah berniat menjual rumahmu."

Mata Misty membulat mendengar ucapan Jeremy. "Apa maksudmu Mr. Leroux tidak berniat menjual rumahku? Jelas-jelas tadi aku membaca dokumen penjualan rumahku di mejanya."

"Kau salah paham, Misty. Dokumen itu memang dokumen penjualan rumahmu. Tapi yang menjual bukanlah Mr. Leroux. Melainkan pamanmu."

"Pa-pamanku?" Misty terkejut. Lalu dia teringat pria gendut menyeramkan yang mengatakan jika dia adalah sepupu ibunya. Namun sejak pemakaman orang tua Misty selesai, dia tidak pernah melihat pria itu lagi.

"Benar. Pamanmu berniat menjualnya setelah mendengar Mr. Leroux mengambil alih perwalian atas dirimu. Karena tahu rumah itu menjadi sumber kenanganmu dengan orang tuamu, Mr. Leroux bermaksud membelinya mengatasnamakan dirimu."

" Oh, tidak!" Misty menggunakan kedua tangannya untuk menutup mulutnya yang terbuka Karena terkejut. "Aku sudah salah paham dengan Mr. Leroux. Aku marah padanya karena mengira dia akan menjual rumahku. Bagaimana ini, Jeremy? Pasti Mr. Leroux membenciku." Misty menunduk sedih.

"Mana mungkin Mr. Leroux membencimu, Misty. Dia sangat menyayangimu. Mungkin kau bisa minta maaf padanya."

Misty menoleh ke arah Jeremy. "Minta maaf? Kalau begitu bisakah kau mengantarku ke kantornya?"

"Maafkan aku, Misty. Aku tidak bisa melakukannya. Mr. Leroux sedang mengatasi masalah perusahaan. Jika aku mengantarkanmu ke sana sekarang, kau tidak akan bisa menemuinya. Jadi lebih baik kau menunggunya pulang nanti sore."

Kedua bahu Misty terkulai lemas. Dia benar-benar merasa bersalah karena bersikap kasar pada Zach. Padahal pria itu bermaksud baik ingin membeli rumah itu untuknya. Tapi dia justru menuduh Zach yang tidak-tidak. Misty ingin sekali memukul dirinya sendiri karena sangat bodoh.

* * * * *