webnovel

CEO Dadakan

Kenyataan pahit harus ditinggal oleh Ayahnya membuat Imelda harus menerima kenyataan, meninggalkan masa mudanya untuk berjuang mempertahankan perusahaan Ayahnya... Perusahaan ini satu2nya mimpi terbesar ayahnya, ketika ayahnya meninggal, perusahaan sedang dimasa krisisnya, Imelda yang masih sangat mudah dan belum berpengalaman harus berjuang mempertahankan satu2nya mimpi ayahnya...

msarie · Fantasy
Not enough ratings
251 Chs

Trisemester Pertama

Dave menyiapkan semua dokumen yang harus di tanda tangan oleh Putra. Dia membawakan kopi dan croissant juga. Makanlah dulu ini untuk menjaga perutmu, aku tau kalau kamu tidak lapar. Tapi kita akan melakukan perjalanan yang panjang malam ini. Aku memang tidak meminta Shinta menyiapkan makan siang untukmu, di situasi seperti ini aku tau kamu tidak akan makan apa pun.

Putra mengambil kopi di depannya dan meminumnya lalu menggigit makanan favoritnya tersebut. Kamu sudah mendapat kabar tentang Imelda? Aku menghubungi Zepri ternyata dia sedang mengurus administrasi di kampus ditemani Michael.

Habiskan dulu makananmu, ada dokumen yang tertinggal. Setelah semua selesai, kita akan berangkat ke airport.

Dave!! Kamu belum menjawab pertanyaanku.

Aku ambil dokumen sebentar setelah itu kita mengobrol. Tunggu sebentar. Dave memang sengaja menghindari pertanyaan Putra.

Dave menghelakan nafas berat setelah menutup pintu Putra.

Ada apa Tuan Dave?

Shinta, aku dan Putra akan berkantor di Jerman sampai bulan depan. Semua hal-hal rutin digantikan oleh Tuan Danny tapi untuk hal-hal yang bersifat pengambilan keputusan dan kebijakan maka kamu harus atas seizin Tuan Eka. Jerman dan Indonesia memiliki perbedaan waktu 5-6 Jam lebih cepat. Maka untuk rapat bisa kamu lakukan mulai pukul 08 pagi - 12 siang. Yang berarti di Jerman itu Jam 13.00 - 18.00.

Baik Tuan!! Kapan Tuan akan berangkat?

Sebentar lagi kami akan ke bandara. Tuan Danny sudah mengetahui hal ini, dan bekerjalah seperti biasa seperti kami ada di sini. Karena hanya tempat dan cara penyampaian dokumen saja yang berubah.

Baik Tuan!!

Dave kembali keruangannya, mengambil tas dan laptopnya. Semua sudah selesai, sudah waktunya Putra mengetahui kondisi Imelda.

Dave melihat Putra sudah selesai memakan semuanya. Shinta mengambil dokumen yang sudah di tanda tangan oleh Putra.

Shinta, kamu sudah mendengar semuanya dari Dave. Kami akan berkantor di Jerman, tolong bantu Tuan Danny dengan baik.

Baik Tuan Eka!!

Dave duduk di sofa samping Putra, Chan sudah di bandara mengurus check in dan bagasi. Sebentar lagi kita berangkat ujar Dave. Sebelum itu ada yang harus aku bicarakan denganmu.

Putra melihat serius ke arah Dave.

Aku minta maaf karena baru sekarang bisa memberi tahu mu. Kondisi Imelda sepertinya serius, Zai dan Dokter Zain membawanya ke rumah sakit tadi pagi.

Putra mengambil handphonenya dan menelepon ke Ibu Imelda tapi tidak di angkat.

Dia menghubungi Dokter Zain dan Zai, tapi mereka tidak mengangkat teleponnya.

Kirimlah pesan Put, katakan kamu sudah mengetahui tentang kehamilan Imelda. Mereka mencoba menghindarimu pasti karena permintaan Imelda.

Zep, pantau kondisi Imelda di rumah sakit. Aku akan berangkat pesawat malam ini, pastikan dia baik-baik saja.

Baik Tuan.

Kamu mengirim pesan ke siapa?

Zepri, jawab Putra... Ayo kita berangkat sekarang ujarnya.

Sepanjang perjalanan Putra hanya diam saja.

Pikirannya ke Imelda, dia bingung apa yang harus dilakukan sesampainya di sana. Dia tau kalau kehamilan Imelda bermasalah, dia harus memilih antara mempertahankan atau melepaskannya. Dia berharap datang ke Jerman setidaknya kondisi Imelda baik-baik saja, jadi bisa membahas terkait kehamilan Imelda ini dengan baik tapi dia tidak menyangka malah harus melihat Imelda di rumah sakit.

Chan sudah menunggu mereka di Pintu kedatangan. Put, apakah ada masalah?

Dave memberikan tanda ke Chan dengan matanya. Sesampainya di lounge Dave mengambilkan satu gelas coffe untuk Putra.

Chan bisik Dave, Imelda kondisinya tidak baik, tadi pagi dibawa ke Rumah Sakit oleh Dokter Zain.

Pantas saja Putra moodnya jelek sekali, dia pasti sangat tertekan. Ini pilihan yang sulit baginya.

Dave menganggukkan kepalanya!!

Put, aku tau kamu belum siap tapi menurutku yang terbaik sekarang adalah mendukung keputusan Imelda.

Walaupun bisa membahayakan nyawanya jawab Putra sambil mengaduk kopi di depannya.

Setidaknya jika Imelda nanti harus kehilangan anaknya, dia masih memilikimu.

Anak kami ucap Putra mengulang kata-kata Chan.

Ya, anak kalian. Jawab Chan sambil tersenyum ke Putra. Come On... Imelda lagi dalam kondisi butuh supportmu, jangan kamu lihatkan mukamu yang seperti ini. Kamu akan menambah beban untuknya.

Iya aku juga tau jawab Putra. Akan aku ubah mukaku setibanya di Jerman jawab Putra. Dave dan Chan tertawa.

Tuan Dave!! Aku tidak bisa melihat kondisi Nyonya Imelda. Nyonya Imelda berada di ruang ICU.

Dave menjatuhkan sendok di tangannya. Karena kaget membaca pesan Zepri.

Ada apa Dave?

Oh, tidak! Sendoknya basah jadi lepas dari tanganku.

Chan dan Putra membicarakan terkait keinginan Chan membuka Cabangnya di Jerman.

Bu, apakah bang Putra menghubungi ibu?

Ya, tapi tidak ibu angkat.

Menurut ibu, apakah Bang Putra akan marah?

Entahlah!! Putra sangat mencintai Imel dan dia anak baik. Selama ini Imel sakit dulu, dia sangat sabar menemaninya.

Zai, Imel sudah sadar ucap Dokter Zain. Mereka bergegas memasuki ruangan dan berganti pakaian.

Bagaimana keadaanmu nak?

Bu, ibu membawa HP ku kan?

Ya, Nyona Zen mengeluarkan dari dalam tasnya.

Imelda membalas pesan Putra.

Maafkan aku Puku, aku lupa meletakkan HP ku jadi aku tidak membalas pesanmu. Aku baik-baik saja, kamu jangan lupa makan dan istirahat ya.

Putra melihat tajam ke HP nya, sudah di rumah sakit saja masih berbohong.

Siapa?

Imel, sepertinya dia sudah bisa memegang handphone.

Syukurlah, setidaknya dia sudah sedikit baikkan.

Putra hanya membaca pesannya dan memasukkan hp ke saku jasnya.

Sudah waktunya kita boarding ucap Dave.

Imel, bagaimana kondisimu tanya Zai?

Aku baik-baik saja bang. Kenapa aku bisa di sini?

Kami sudah mengupayakan di rumah Imel, tapi kamu sempat tidak sadarkan diri. Jika kami tidak membawa mu ke Rumah Sakit, maka tidak hanya bayi dikandunganmu. Kamu pun bisa dalam bahaya ucap Zain.

Imelda mencoba bangun tapi badannya benar-benar lemah. Di bukanya oksigen yang terpasang padanya.

Apakah Zepri tau?

Kenapa kamu masih memikirkan Zepri tau atau tidak, kondisimu lebih utama.

Tapi kalau Zepri tau kalian ada di sini, dia pasti akan melaporkan ke Putra kalau kalian ada di sini.

Sudahlah bukan waktunya kamu untuk memikirkan itu, sekarang waktunya kamu mengistirahatkan dirimu agar bayi dikandunganmu baik-baik saja ucap Zai.

Imel melihat ke HP nya tapi tidak ada balasan pesan dari Putra, sedangkan di situ jelas bahwa pesan itu sudah dibaca.

Dia mencoba menghubunginya tetapi tidak aktif. HP nya habis batere gumam Imelda.

Imel menurut Abang, ada baiknya sekarang waktunya kamu istirahat. Jika kondisimu sudah stabil, kita akan pindah ke kamar. Setelah makan kamu langsung istirahat ya, kami akan menjagamu di luar. Jika butuh apa-apa kamu telepon kami.

Baik Bang, terima kasih ya... Maafkan aku merepotkan abang semua.

Kamu sudah menjadi adik bungsu kami, jadi tidak ada istilah tidak enak. Abang akan berusaha yang terbaik untukmu. Prof Stephen adalah dokter terbaik untuk perawatanmu dan abang akan selalu mendampingi selama kehamilanmu. Yang penting sekarang kamu harus makan dan istirahat yang cukup.

Bu, malam ini biar aku dan bang Zain yang menjaga Imel. Ibu istirahat dulu di rumah ya, dari kemarin bahkan ibu belum tidur. Aku akan mengantar ibu.

Baiklah!! Ibu titip Imel ya Zain. Kabari ibu jika dia kembali mengalami mual muntah lagi. Bagaimana pun dia pasti lebih nyaman jika ibu yang berada di sampingnya.

Ibu tenang saja jawab Zain sambil merangkul Nyonya Zen.

Semenjak kehadiran Zain dan Zen di kehidupan mereka, Nyonya Zen merasa ke kosongan selama ini terisi. Mereka mengambil tanggung jawab selama Putra tidak ada. Zai setiap ke Indonesia pasti menginap di rumah Imelda, bahkan sekarang kamar Meldyan sudah seperti kamarnya sendiri karena barang-barang Zai sudah di pindah ke sana ketika pertukaran pelajaran selesai dan Dokter Zain kembali ke negaranya.