1 Prolog

BATAVIA, 1925

"Kamu gila."

Kresna melirik pria androgini di sampingnya, Azazel, lalu menyeringai. Seringainya kali ini tidak menyebalkan seperti biasanya, itu menyedihkan karena dia terlihat seperti bisa menangis kapanpun.

"Ya, aku gila karenanya."

"Sudah berapa tahun ini? Seribu tahun? Oh, atau lebih?"

"Seribu dua ratus lima puluh lima tahun." Kresna meralat ucapan Azazel.

"Oh, benar. Apa kamu tidak bosan?"

Kresna hanya mendengus.

"Ikutlah denganku kembali ke neraka," ucap Azazel serius. "Ada lebih banyak gadis cantik di sana dan mereka, ehem, lebih menggoda."

"Pergi dari hadapanku," ucap Kresna dingin.

"Hei, aku berusaha menyadarkanmu!" Azazel menjadi kesal karena diusir. Dia bermaksud baik, oke? Kenapa pria ini begitu tidak tahu berterima kasih?!

"Pergi."

"Kamu..."

Sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, dia melihat seorang pria tinggi dengan kemeja putih bersih yang keluar dari toko roti di seberang jalan dan terpaku untuk beberapa saat. Pria itu melihat Kresna dan menghampirinya, benar-benar mengabaikan Azazel yang berdiri tepat di samping Kresna.

"Kenapa kamu masih di sini?" tanya Gabriel dengan dahi berkerut.

"Apa kamu menghapus ingatannya lagi?" Kresna balik bertanya.

"Ya."

"Bajingan!" Kresna langsung mendorong Gabriel hingga terjatuh lalu memukulinya habis-habisan, melampiaskan amarah yang sudah dia pendam entah selama beberapa ribu tahun.

Gabriel yang dipukuli tidak bisa mengatakan apapun karena Kresna akan memukulnya semakin keras saat dia mencoba berbicara.

"Kenapa?! Kenapa dia tidak boleh mengingatku, hah?! Kalian semua... bajingan!" Kresna terus berteriak sambil memukuli pria itu tanpa henti.

Azazel hanya berdiri sambil menatap adegan itu dengan tatapan jenaka. Dia tidak berminat membantu Gabriel dari surga yang merupakan lawan mereka, iblis dari neraka. Yah, lagipula itu cukup menyenangkan untuk melihat musuhnya mengalami penderitaan.

"Kamu iblis brengsek! Berhenti!" Gabriel yang sudah tidak tahan mendorong Kresna menjauh hingga pria itu juga ikut terjatuh.

Dia segera bangkit lalu dengan sekali jentikan jari, penampilannya kembali seperti semula.

Azazel mengagumi sihir yang digunakan Gabriel. Uh, sayang sekali bahwa orang-orang di neraka jarang sekali yang mau menggunakannya.

Dia merasa mual saat mengingat hal ini. Orang-orang di bawah sana tidak pernah membersihkan tubuh dan tempat tinggal mereka dengan berbagai macam alasan. Entah karena selera unik mereka atau apapun itu, tempat di bawah sana selalu gelap dan lembab hingga tempat itu ditumbuhi lumut dan jamur. Dia bahkan tidak yakin apakah mereka pernah mengganti pakaian mereka.

"Peraturan kelima: Ingatan malaikat tentang malaikat lainnya yang mengalami kejatuhan akan dihapus." Gabriel berkata sambil memberi Krisna senyuman standar. Tetapi, seandainya seseorang memperhatikannya dengan cermat, mereka akan bisa melihat kedinginan di mata pria itu.

"Kamu sudah menghapusnya," ucap Kresna yang masih terbaring di tanah. "Setiap seratus tahun."

"Itu karena kamu terus muncul di hadapannya," sahut Gabriel. "Merepotkan karena aku harus mengeceknya dan menghapus ingatannya di setiap pertemuan."

Kresna memejamkan matanya. "Dia bahkan bukan malaikat."

"Dia masih memiliki hati malaikat. Uh, itu kurang tepat tapi yah... masih berlaku," ucap Gabriel dengan senyum yang tak kunjung luntur dari wajahnya.

Kresna tidak menjawab. Dia bahkan tidak membuka matanya sedikit pun seakan-akan dia sudah lelah dengan semua yang terjadi.

Gabriel bertukar tatapan dengan Azazel sebelum mendesah. "Oke, sampa jumpa seratus tahun lagi, yah, itu pun kalau kamu masih belum menyerah," ucapnya.

Dia melambaikan tangannya dan menghilang bersama cahaya yang menyilaukan mata di detik berikutnya.

Azazel mengalihkan tatapannya ke Kresna yang masih terbaring. Dia berjongkok lalu menyentuh tubuh Kresna yang tidak bergerak. "Hei, apa kamu mati?"

"Uh, itu tidak mungkin. Mereka akan dihukum kalau salah satu dari mereka membunuh seseorang dari neraka," gumamnya.

Kresna yang tidak bergerak tiba-tiba membuka matanya, membuat Azazel ketakutan sampai mati. Tanpa mengatakan apa-apa, Kresna berdiri, membenahi pakaiannya yang agak berantakan, lalu berjalan menuju toko roti di seberang jalan.

Azazel buru-buru menghalanginya. "Kamu, idiot, apa yang akan kamu lakukan?"

"Kamu tahu apa yang akan aku lakukan."

"Tidak, kamu tidak bisa melakukannya. Kembalilah ke neraka bersamaku!"

"Apa yang akan terjadi kalau aku membawa gadis itu bersamaku ke neraka?"

"Dia akan menjadi manusia biasa jika dia berbuat dosa," ucap Azazel. "Setan tidak akan membiarkanmu melakukan hal-hal bodoh. Di neraka nanti gadis itu hanya akan menjadi budak, dia juga tidak akan bisa bertemu denganmu. Kamu..."

Azazel segera menutup mulutnya, sadar bahwa dia telah memperburuk keadaan.

"Lalu menyingkirlah!" desis Kresna.

Azazel buru-buru mundur dua langkah.

Kresna mendengus sebelum melangkah pergi, memasuki toko roti.

Azazel menundukkan kepala dengan sedih. "Pria bodoh, tunggu saat orang yang ada di atas mengetahui kesalahanmu," gumamnya. "Kamu akan menderita lebih dari ini."

avataravatar
Next chapter