webnovel

PROLOG

"Kamu nyebelin banget, Cav," celutuk Vana asal.

"Sungguh? Apa aku semenyebalkan itu?" tanya balik Cava.

Vana tidak menjawab, ia dengan lesu menjitak kepala cowok menyebalkan yang kini duduk di sampingnya. Dia sudah kehabisan kata-kata lagi untuk mendeskripsikan makhluk astral satu ini.

"Ack—" pekik Cava. "Kenapa kamu tiba-tiba menjitak kepalaku? Memangnya kali ini aku salah apa?"

Cava memelas layaknya anak kecil yang habis dimarahi ibunya. Tetapi kali ini, ia tidak benar-benar memasang tampang menyedihkannya lagi. Dia tau kondisi saat ini. Dia paham betul apa yang sebenarnya ingin Vana katakan.

Keheningan menyelimuti. Dua sosok manusia yang duduk di bawah naungan bintang-bintang di langit, mengingat kembali masa-masa indah mereka bersama. Masa-masa dimana tiada hari tanpa canda tawa.

Cowok nakal yang dulunya senang menjahili temannya, tetapi mahir bermain ukulele.

Cewek tempramental yang suka marah-marah,  tetapi hatinya lembut. Dan ada seorang teman lagi, yang menganggap dirinya kalem, tapi aslinya bobrok.

"Besok, acaranya kan?" tanya Cava.

"Hm," jawab Vana.

"Kalau begitu, sampai bertemu besok. Pastikan kamu jangan sampai telat," ucap Cava seraya berdiri dan membersihkan bajunya dari debu.

Entah untuk alasan apa, Vana merasakan kegelisahan. Ia tidak tau ada hal buruk apa yang akan terjadi. Mengingat mimpinya semalam, kegelisahan tak mampu ia sembunyikan dengan senyuman lagi.

Sebelum Cava beranjak pergi, tangannya reflek menarik cowok itu.

"Hm? Ada apa? Ini sudah malam, aku juga harus pulang. Kamu juga harus tidur, besok kita akan bertemu lagi," ucap Cava.

Vana terdiam. Ia termangu untuk beberapa saat.

Cava yang melihat cewek yang biasanya aktif ini menjadi sedikit pendiam, akhirnya duduk kembali. Ia merentangkan tangannya dan memeluk Vana.

"Hey... Ada apa, hm? Apa ada masalah?" tanya Cava dengan suara setenang mungkin. Akan tetapi, melihat reaksi Vana yang iya-iya saja dia peluk, perasaannya menjadi tidak enak. Cava mundur, meletakkan tangannya pada kedua bahu Vana dan menatapnya penuh tanda tanya.

Biasanya cewek ini akan menendangnya atau memukulnya jika sampai melakukan kontak fisik.

Jika dia menerima saja seperti ini, artinya Vana memang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.

"Cav... Aku mendapat mimpi buruk...." ucap Vana pelan.

"Mimpi buruk, ya?... Bisa jadi itu adalah pertanda. Ada apa di dalam mimpimu?" tanya Cava.

Vana diam sejenak. Setelah dirasa hatinya cukup tenang, ia menjawab.

"Kita... Akan berpisah."

.

.

.

Entah sejak kapan kehangatan keduanya terjalin seperti ini. Padahal dulunya, mereka hanyalah seorang cowok jahil dan cewek tempramen.

Kisah ini, dimulai sejak hari itu.

Hari pertama ekstrakulikuler Pramuka di sekolah.

To be continued...