webnovel

Bab 1 Kekuatan Doa (Dessy Nataliani).

Dahiku mengernyit ketika melihat angka-angka di "rekeningafschriften"1".Gawat!p bisa gagal rencana pulang kampung. Dengan jumlah euro seminim itu, tentu tak cukup untuk membeli tiket pesawat buat kami bertiga, bahkan dengan jadwal last minute dari maskapai yang termurah sekalipun.Padahal, sudah sebulan ini bayangan wajah orang tua dan sanak-keluarga dikampung kerap menghiasi mimpi-mimpiku. Rindu. Mereka pun ingin melihat cucu mereka yang lahir jauh dirantau.

Rasa-rasanya sejak tidak lagi menerima beasiswa,aku dan suamiku telah berusaha menekan biaya hidup dengan mengandalkan gaji suamiku yang berada di bawah UMR-nya Belanda. Namun, memang dasarnya biaya hidup di sini semakin hari semakin tinggi. Apalagi sejak peralihan mata uang gulden ke euro, harga-harga menggila.Kalau tidak ingat bahwa kami harus menyelesaikan studi, rasanya kami ingin cepat-cepat saja kembali ke Tanah Air.

Aku sadar,bukan suatu keputusan mudah untuk menikah dan mempunyai anak ditengah masa studi, apalagi diluar negeri.Tapi, Itulah yang dinamakan takdir.Bahwa rezeki,jodoh,dan maut hanya Allah jualah yang tahu.Aku sendiri bahkan tak pernah berpikir akan bertemu dan menikah dengan suamiku disini.Keputusan menjalankan peran sebagai orang tua juga bukan atas tuntutan atau Keputusan tersebut kami ambil karena memang ingin segera memanggul amanah sebagai orang tua.Selain itu,usiaku dan suami juga sudah tidak muda lagi.

Teman-teman dan dosenku berseru takjub ketika kukabarkan kehamilanku.Mereka pun selalu memberikan dukungan dan bantuan yang membuatku merasa nyaman.Tak banyak hambatan, kehamilanku sama sekali tidak mengganggu aktivitas belajarku.Hanya saja, ketika usia kandunganku sudah memasuki bulan kesembilan, professorku menyarankan supaya aku menunda dulu pembuatan research paper dan berkonsentrasi pada persiapan melahirkan.Aku setuju, meskipun aku sadar bahwa setelah melahirkan nanti aku harus melanjutkan kewajiban penulisan research paper tanpa beasiswa. Namun,aku bersyukur karena masih memiliki hak-hak sebagai mahasiswa untuk menggunakan beberapa fasilitas kampus.

Dalam kenyataannya, berkurangnya pendapatan karena habisnya beasiswa sangat berpengaruh terhadap kehidupan keluarga kecil kami.Kami harus mencukup-cukupkan pengeluaran bulanan supaya dapat tetap bertahan sampai masa belajar kami dinegeri rantau ini selesai.Inilah kondisi yang mesti kami hadapi dengan penuh ketabahan.Sembari tetap memanjatkan doa,aku berharap bisa menyelesaikan studi secepatnya dan araki ke kampung halaman.

"Gimana mbak, jadinya pulang bulan apa??"

Suara ibuku terdengar berlapis-lapis dalam percakapan kami di jarak belasan ribu mil di ujung sana,dipusat kota Jakarta.Maklum untuk menghemat pulsa aku menggunakan kartu telepon yang termurah, yang risiko kualitas suara yang rendah tentunya.

"Belum jelas,Bu.Nantilah saya kasih tau lagi...Bu.udah dulu ya.Sikecil mulai nangis nih... Assalamualaikum!". Terburu-buru aku memutuskan hubungan telepon dengan ibuku, bukan karena tangis anakku, tetapi takut ibu tahu kalau