webnovel

Casanova Dipaksa Menikahi Bocah

RiiJambi · Urban
Not enough ratings
1 Chs

Pernikahan

Hari yang diharapkan, telah tiba. Hari ini adalah, hari pernikahan Keyran dan Kanaya. Mereka berdua ikut serta saja, dalam melakukan yang dipinta oleh kedua orangtua.

"Bagaimana para saksi?"

"Sah." Jawab semua orang yang hadir.

Setelah selesai dengan ijab qobul, pak penghulu membacakan doa.

'Sekarang dia suamiku, bagaimana bisa ini terjadi. Aku dan dia, bahkan tidak ada kecocokan sifat.' Batin Keyran.

Di kejauhan dua orang, sibuk membicarakan pernikahan dadakan ini.

"Eh Tino, mendadak sekali pernikahan Keyran dan Kanaya." Ucap Gilang.

"Apa ini yang dinamakan terpaksa menikah dengan casanova?" Jawab Tino.

"Aduh kamu berbicara sudah seperti orang yang akting drama. Kagak lucu sama sekali." Ujar Gilang.

"Tidak menyuruh kamu untuk tertawa." Jawab Tino.

Kanaya yang setengah buta, tidak banyak protes. Hanya menurut saja, barang kali bagian dari pilihan hidup. Mungkin dengan menikah, Kanaya bisa mendapatkan kebahagiaan pikirnya.

#BackStory

Beberapa hari yang lalu, Kanaya hendak membeli buku. Kanaya berjalan dengan hati-hati, namun sebuah mobil menabraknya yang berada di sisi jalan. Kanaya tersungkur, hingga kepalanya terbentur batu. Darah bercucuran, dari lubang telinganya.

Di rumah sakit, Keyran disuruh oleh orangtuanya untuk menikahi Kanaya. Akhirnya Keyran menyetujuinya, karena tidak ingin ribet. Dengan persetujuan dari pamannya, Kanaya menikah diusianya yang masih 18 tahun.

#FlashbackOff

Di kamar pengantin.

"Rumah ini luas sekali, kenapa kamarnya banyak." Kanaya tampak berpikir.

Keyran keluar dari kamar mandi, dengan handuk yang melilit pada pinggangnya. Melihat Kanaya yang tampak memikirkan sesuatu.

"Ngapain kamu melamun?"

Kanaya melihat ke arah sumber suara, sontak dia terkejut dan memalingkan wajahnya. "Tidak apa-apa tuan."

Keyran membuka lemari dan memakai baju santainya, setelah itu dia duduk di kursi.

"Bagaimana dengan penglihatan kamu, apa masih bekabur?" Tanya Keyran.

"Iya, kadang susah untuk melihat." Jawab Kanaya.

"Yang terpenting, aku sudah menanggung beban hidupmu." Ucap Keyran.

"Iya tuan, aku paham." Jawabnya.

'Tidak sebahagia yang aku pikirkan.' Batin Kanaya.

Pikirannya yang masih labil, merasa enggan untuk menikah. Namun apalah daya, ini semua juga sudah disetujui oleh pamannya.

Keyran dan Kanaya keluar dari kamar, untuk makan malam bersama. Namun, Kanaya mendapat sambutan tidak enak.

"Mata Tante sakit, kenapa kamu bisa memilih istri yang tidak berkualitas." Acha berdecak kesal.

"Tante, sudahlah lebih baik kita makan. Terima saja, siapapun yang menjadi istriku." Jawab Keyran.

'Ponakanmu yang memintaku untuk menikah dengannya, kenapa Tante menghinaku seperti ini. Dia laki-laki tidak jelas, seperti cahaya bola duniaku yang telah direnggut olehnya. Aku pikir, menikah dengannya bisa menghilangkan sedikit beban paman. Namun, sama saja dengan jatuh tertimpa tangga pula.' Batin Kanaya.

"Kalian harus menghargai pilihanku. Aku senang bisa menikah dengannya." Ucap Keyran terpaksa.

"Iya, iya, terserah kamu saja. Dibilangin juga akan tetap keras kepala." Jawab Acha.

Banyak dari sepupu Keyran tidak suka, dengan kehadiran si Kanaya. Mereka berencana akan mengganggu bocah itu.

"Eh, kita kerjain saja." Sarah mengusulkan idenya.

"Heheh... Kamu benar juga." Jawabnya.

Setelah selesai makan, Kanaya kembali duluan ke kamar. Kanaya menangis tersedu-sedu, karena kehilangan penglihatannya yang jelas.

Keyran masuk ke kamar, lalu segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang tidur. Kanaya merasa risih, dia segera beranjak dari posisi duduknya.

"Hei Kanaya, kamu itu labil sekali. Dasar bocah, tidak tahu siapa aku." Ujar Keyran.

"Kamu pikir aku harus tahu. Kamu pikir penting untuk aku." Jawab Kanaya.

Keyran melingkarkan tangan kanannya, pada pinggang Kanaya. "Kamu mau kemana?" Masih menahan tubuh Kanaya, agar tidak berdiri.

"Aku mau mengambil air minum ke dapur." Jawab Kanaya.

"Aku tidak percaya, tadi kamu baru saja makan dan minum." Ujar Keyran.

"Apa penting jujur sama kamu." Jawab Kanaya membantah.

Ponsel Kanaya berbunyi, dia tidak ingin mengangkat panggilan tersebut. Tertera nama Astar di sana, berulang kali dia tetap menelepon. Kanaya segera menekan tombol matikan daya, supaya ponselnya tidak bisa dihubungi.

"Siapa yang menghubungi kamu? Kenapa tidak diangkat?" Keyran bertanya dengan berlipat ganda.

"Bukan siapa-siapa." Jawab Kanaya gugup.

Kanaya segera merebahkan tubuhnya, di atas ranjang tidur. Keyran mematikan lampu, supaya hanya ada cahaya remang-remang.

"Muach." Keyran mencium bibir Kanaya.

"Apaan sih kamu, kenapa harus melakukan ini. Sepupu dan Tante kamu tidak suka aku, kamu juga dipaksa menikah denganku." Ucap Kanaya ketus.

"Memang dipaksa, tapi bukan berarti casanova tidak bisa memaksa bocah." Jawab Keyran.

"Kamu jangan macam-macam iya. Aku tidak mau, ngapa-ngapain dengan kamu." Ucap Kanaya.

"Aku tidak peduli." Jawab Keyran.

Tangan Keyran menyusup ke dalam bajunya, meremas lembut daging kenyal milik Kanaya. Istrinya itu meronta-ronta, meminta untuk dilepaskan. Keyran mencium kembali bibir Kanaya, sambil melahapnya dengan rakus.

"Kamu gila iya, aku hanya ingin merubah hidup. Aku tidak ingin kamu memaksa aku." Pekik Kanaya, setelah berhasil mendorong Keyran.

"Kanaya ayolah, kita sudah sah juga." Jawab Keyran memaksa.

Kanaya mengelak, Keyran berusaha menangkap tubuh kecilnya. Keyran memeluk tubuh Kanaya, tanpa ingin melepaskan dirinya.

"Lepaskan Keyran, kamu harus ingat dengan kesepakatan. Kamu sendiri, yang menginginkan aku memanggil kamu tuan muda." Kanaya berusaha menghentikan Keyran.

"iya memang, tapi bukan berarti kita nikah kontrak. Berteriak lah bocah, bila kamu ingin mempermalukan dirimu sendiri." Keyran tersenyum menantangnya.