webnovel

CAROLINE

Hidup Caroline berubah 180 derajat setelah ulang tahun ke-18 nya. Mengetahui seluruh anggota keluarga angkatnya ternyata adalah werewolf masih belum cukup, Ia harus menerima kenyataan bahwa kakaknya, Alex, adalah pasangan matenya. Belum lagi kenyataan bahwa selama ini sebenarnya Ia bukan manusia biasa. Caroline adalah Leykan terakhir yang hidup, bangsa superior yang sangat ditakuti dan dibenci oleh para werewolf. Apakah Ia harus melarikan diri atau menghadapi takdir barunya?

ceciliaccm · Fantasy
Not enough ratings
252 Chs

Chapter 57

Hanya dalam seratus langkah aku sudah sampai di pinggiran hutan yang berbatasan langsung dengan jalan raya. Langit sudah mulai gelap tapi tidak ada penerangan satupun di jalan yang sepi ini. Aku berdiri sambil menggigil kedinginan, kalau duduk aku takut Alex akan melewatiku begitu saja.

Hutan apa ini sebenarnya? pikirku sambil menatap lelah ke sekelilingku. Yang jelas ini bukan hutan yang sama dengan yang dulu.

Sekitar lima menit kemudian aku mendengar suara deru mobil yang menuju ke arah sini. Dengan penuh harap pandanganku tertuju pada persimpangan jalan di ujung sana, dan benar saja mobil hitam Alex muncul beberapa detik kemudian dengan kecepatan tinggi yang sesaat membuatku berpikir Ia tidak akan melihatku karena lajunya yang kencang.

Mobilnya berhenti tiba-tiba sekitar sepuluh meter dari tempatku berdiri, suara decitan ban nya terdengar nyaring. Alex keluar dari pintu kemudi, kedua matanya sudah berwarna keemasan dan hampir menyala dalam kegelapan. Ekspresinya lelah sekaligus panik membekas di wajahnya.

Kubuka mulutku untuk memanggilnya tapi tiba-tiba Ia berlari ke arahku. Alex menarikku ke dalam pelukannya dengan sangat erat hingga aku sulit bernafas, Ia membenamkan kepalanya di rambutku lalu menarik nafasnya dalam-dalam.

"Maafkan aku, Cara." katanya dengan suara yang terdengar sedikit pecah.

"Al—Alex... aku tidak apa-apa." jawabku dengan suara seceria mungkin. Tubuhnya sedikit bergetar saat Ia menghela nafasnya.

"Aku tidak bisa..." gumamnya masih sambil memelukku. Aku tidak bisa melihat ekspresinya saat ini.

"Kenapa? Ada apa?" tanyaku khawatir. Akhirnya setelah beberapa saat Alex menarik dirinya, tapi kedua tangannya masih berada di pundakku.

"Caroline, aku tidak bisa hidup tanpamu lagi." ucapnya dengan kedua matanya yang sedikit berkaca-kaca, "Aku tidak bisa hidup seperti ini lagi, tiba-tiba kau menghilang dan tidak bisa ditemukan... Aku... Aku tidak bisa melewati hal seperti ini lagi."

Kugigit bibirku untuk menahan isakan yang kutahan, "Apa maksudmu?"

Alex memandangku dengan pandangan yang membuat hatiku hancur berkeping-keping. "Setelah masalah dengan Dimitri selesai, kurasa kita harus berpisah untuk sementara."

"Apa?" bisikku dengan bingung sekaligus takut karena untuk pertama kalinya Alex lah yang memintaku untuk berpisah. Kutarik kedua pundakku dari tangannya dengan marah.

"Cara..." Alex mengangkat tangannya lagi untuk memelukku tapi aku menghindarinya. "Kau akan lebih aman berada di Pack Yellowstone milik Alpha Sam. Vincent dan Miss Lance akan menemanimu."

"Bagaimana denganmu?!" tanyaku dengan marah karena ucapannya barusan membuatku merasa seperti dibuang.

"Lebih baik kita melanjutkan pembicaraan ini di rumah." katanya sambil menjulurkan tangannya padaku.

"Tidak!" bentakku, sekilas aku merasakan getaran di bawah kakiku. Dengan sedikit terengah aku menatap kedua kakiku yang kotor.

"Caroline... saat ini kedua matamu sudah mulai berubah violet lagi." ucap Alex di depanku.

Kugigit bibirku dengan keras saat beberapa butir air mata jatuh membasahi kakiku. "Aku tahu." bisikku lemah. Kekuatanku sudah semakin sulit untuk dibendung.

"Ayo pulang. Kita bicara besok saja, aku berjanji tidak akan mengambil keputusan sepihak. Jika kau ingin tinggal, kau bisa tinggal."

Setelah berusaha menguasai diriku aku mendongak lalu mengangguk padanya. Alex masih mengulurkan tangannya, sebuah senyuman sedih menghiasi wajahnya. "Maafkan aku, seharusnya aku tidak membicarakan ini sekarang."

Kuraih tangannya lalu kami berjalan menuju mobilnya. Alex mencopot hoodie hitamnya dan memakaikannya padaku, Ia juga memasangkan seatbeltku sebelum masuk ke kursi kemudi.

Kami berkendara dalam diam, mobilnya menyusuri jalanan hutan yang gelap dan sepi. "Dimana ini?" tanyaku padanya sambil memandang ke luar jendela.

"Hutan Valdivian."

Aku menoleh tajam ke arah Alex yang sedang mengemudi, "Bukankah... hutan Valdivian sangat jauh dari rumah?" tanyaku dengan tenggorokan tercekat. "Aku juga tidak melewati Tanah Abu sejak tadi."

"Tempat ini adalah sisi paling utara hutan Valdivian. Hutan itu sangat luas jadi tidak heran kau bisa tersesat. Aku hanya bersyukur Vincent menemukanmu lebih dulu dari Edward Adler."

Ucapan Alex membuatku semakin memucat. "Adler? Memangnya Ia tahu aku ada di hutan itu?"

Alex terdiam sangat lama sebelum menjawabku, "Aku tidak yakin... Tapi tempat ini berbatasan langsung dengan teritori Pack Silver Moon."

Keheningan kembali menyelimuti kami. Ternyata aku berada sangat dekat dengan teritori Edward Adler... Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Kenapa aku bisa terbangun di hutan itu?

"Bagaimana Vincent bisa mengeluarkanmu secepat itu?" tanya Alex tba-tiba memecahkan keheningan.

"Ia... Ia berubah ke wujud serigalanya." jawabku, masih sedikit shock karena ternyata hutan itu bersebelahan dengan teritori Silver Moon.

Alex menghela nafasnya dengan khawatir. "Kuharap mereka tidak bisa mendeteksi bau Leykan yang ditinggalkan oleh serigala Vincent di hutan itu."

***

Karena sangat lelah aku tidak ingat apa saja yang terjadi setelah kami sampai di rumah Pack. Kurasa Alex mengatakan sesuatu tentang siapa saja yang tahu saat aku menghilang kemarin. Aku tertidur hampir sehari penuh, saat membuka mata lagi langit di luar sudah kembali gelap. Alex membawakanku makanan ke kamar karena aku masih agak lemas. Jake mampir sebentar untuk mengecek kondisiku sebelum diusir oleh Alex karena Ia menggangguku.

Kusendok sup ayam hangat ke dalam mulutku sambil menonton Alex yang sedang mengupas Apel untukku. "Apa sudah ada kabar dari Vincent?" tanyaku sebelum menyendok sup lagi karena aku sangat lapar.

"Belum. Kurasa Ia baru akan kembali besok." jawab Alex yang sedang berkonsentrasi mengupas.

"Bagaimana dengan Luca dan Jordan? Mereka sudah pulang?"

Alex mengangguk kecil. "Iya. Jake yang mengantar mereka kemarin pagi."

"Lalu Bastien?"

"Bastien... Ia tinggal di apartemen lamaku." Alex memotong apel menjadi empat bagian lalu menyusunnya di piring.

Kuhabiskan supku dalam diam sementara Alex berlanjut mengupas buah berikutnya. Aku ingin bertanya tentang pembicaraan kami kemarin tapi sepertinya sekarang bukan saat yang tepat. Aku juga tidak bisa merasa tenang sebelum Vincent kembali dengan selamat.