webnovel

CAROLINE

Hidup Caroline berubah 180 derajat setelah ulang tahun ke-18 nya. Mengetahui seluruh anggota keluarga angkatnya ternyata adalah werewolf masih belum cukup, Ia harus menerima kenyataan bahwa kakaknya, Alex, adalah pasangan matenya. Belum lagi kenyataan bahwa selama ini sebenarnya Ia bukan manusia biasa. Caroline adalah Leykan terakhir yang hidup, bangsa superior yang sangat ditakuti dan dibenci oleh para werewolf. Apakah Ia harus melarikan diri atau menghadapi takdir barunya?

ceciliaccm · Fantasy
Not enough ratings
252 Chs

Chapter 51

"Ia menyetujuinya?" balasku dengan heran. Baru beberapa hari yang lalu Vincent mengatakan tidak ingin menjadi bagian dari Pack manapun.

Alex mengangkat kedua bahunya sebelum kembali menyelesaikan dokumen yang sedang diketiknya. Aku menunggunya sambil memikirkan kata-katanya barusan. Tidak mungkin pamanku setuju begitu saja, Vincent bukan orang yang mau menuruti permintaan orang lain... apalagi permintaan Alex.

"Apa yang kau tawarkan hingga Ia mau bergabung dengan pack ini?" tanyaku dengan curiga.

"Tidak ada..." jawab Alex dengan singkat, tiba-tiba Ia juga mengerutkan keningnya. "Vincent hanya bertanya padaku tentang apa saja perlindungan Pack pada anggotanya..."

"Aneh sekali." gumamku, "Ia mengatakan padaku tidak akan bergabung dengan Pack beberapa hari yang lalu."

Alex menghela nafasnya, "Mungkin Ia sudah berubah pikiran."

Aku menggeleng padanya, "Vincent bukan orang yang seperti itu."

***

Kabar Vincent yang baru saja bergabung menjadi anggota Pack menjadi topik hangat di antara penghuni rumah pack saat sarapan pagi ini. Aku tidak bergabung sarapan dengan yang lain jadi aku tidak tahu respon mereka secara langsung, tapi Jake bilang semuanya sudah tidak sabar bertemu dengan Vincent secara resmi. Tentu saja Jake masih kesal dengannya, Ia menjadi salah satu yang enggan menyambut Vincent ke Pack ini.

Vincent berkunjung siangnya dengan Evelyn, mereka disambut oleh beberapa anggota Pack karena Alex masih belum kembali sejak mengantarkan dokumen pagi ini. Rasanya aneh sekali melihat Vincent bersosialisasi dengan anggota Pack ini, pamanku bukan orang yang menyukai pack atau kerumunan. Bahkan aku bisa melihat senyum antusiasnya yang terlihat palsu dengan jelas di wajahnya. Orang-orang bertanya tentang duel semalam, dan bagaimana Ia bisa mengalahkan orang seperti Igor Stratovsky. Satu-satunya yang tidak terlihat antusias hanyalah... Evelyn, malah wajahnya terlihat agak pucat.

Aku ingat Vincent mengatakan Evelyn sedang dalam masa awal kehamilan. "Evelyn, apa kau mau jalan-jalan sebentar di luar bersamaku?" bisikku padanya.

Ia mendongak lalu tersenyum kecil, "Ayo." gumamnya sebelum berdiri. Vincent melirik ke arah kami sekilas sebelum melanjutkan obrolannya.

"Apa kau tidak apa-apa?" tanyaku padanya saat kami berjalan keluar dari rumah Pack. "Vincent bilang kau sedang... mengandung."

"Ah... apa Ia tidak memberitahumu? Kupikir aku memang sedang hamil, tapi ternyata saat itu aku hanya keracunan makanan. Aku sempat menelponnya agar kita bisa bertemu dan berbicara langsung, Vincent mengira aku akan memberitahunya kalau aku hamil." jelasnya dengan senyuman kecil.

"Oh... Kupikir kau sedang hamil karena wajahmu terlihat pucat." balasku sambil menghembuskan nafas lega. Kami berjalan menyusuri halaman rumah pack yang sangat luas dalam keheningan. Selama dua puluh menit lamanya kami hanya melangkah dengan santai mengelilingi halaman, sepertinya Evelyn sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya khawatir. Tapi aku tidak ingin mendesakknya, jadi aku menunggunya hingga Ia berbicara sendiri padaku.

Tiba-tiba Evelyn menghadapku lalu menarik kedua tanganku dan menggenggamnya. "Caroline, kau harus menghentikannya." desaknya dengan kerutan khawatir di keningnya.

"Apa? Ada apa?"

"Dante... maksudku Vincent, apa Ia benar-benar membunuh Igor Stratovsky dalam duel itu?" tanyanya dengan suara sedikit putus asa. Aku tidak bisa langsung menjawabnya, apa Vincent belum mengatakan Ia setengah Leykan pada Evelyn?

"Ada apa, Evelyn?" ulangku dengan tenang agar tidak membuatnya semakin khawatir.

"Semalam Vincent pulang pukul tiga pagi... tapi Ia kembali dengan—"

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Vincent memotong ucapan Evelyn dari belakang kami. "Eve, Alex baru saja tiba Ia ingin menemuimu di kantornya." ujarnya dengan lembut. "Apa kau mau kutemani?" tawarnya.

Evelyn menatap Vincent seperti sedang menatap orang asing. Bagiku interaksi mereka saat ni terlihat agak aneh. "Tidak... Tidak perlu. Aku akan menemui Alpha sebentar." pamitnya pada kami, kerutan khawatir di wajahnya sudah menghilang. Lalu dengan langkah agak terburu-buru Evelyn kembali ke rumah pack.

"Apa yang Eve katakan padamu barusan?" tanya Vincent tanpa berbasa-basi lagi.

"Ia belum sempat mengatakan apa-apa." gumamku sambil menatapnya dengan seksama. Luka bekas duelnya dengan Igor Stratovsky sudah mulai sembuh dan hanya meninggalkan memar di sebagian wajahnya. "Apa yang kau lakukan?" tanyaku balik, tanpa berbasa basi juga. Kupikir Vincent akan berpura-pura tidak tahu dan menghindari pertanyaanku, tapi Ia membalas tatapanku dengan ekspresi serius yang membuat perasaanku tidak enak.

"Semalam aku pergi untuk membunuh mereka." jawabnya.

Rasanya perutku agak mual saat mendengar jawabannya, sepertinya aku bisa menduga siapa 'mereka' yang dimaksud olehnya. "Mereka?" tanyaku untuk memastikan.

"Tujuh anggota Pack Silver Moon yang datang ke duel. Edward Adler dan Betanya berhasil lolos karena mereka tidak pulang bersama rombongan itu." balasnya dengan sedikit ekspresi marah, "Ah... delapan orang jika termasuk Igor Stratovsky."

"Apa kau sudah gila?" desisku dengan suara rendah walaupun tidak ada siapapun di sekitar kami yang bisa mendengar pembicaraan ini.

"Memangnya kenapa?" tanyanya balik, "Apa kau pikir aku hanya akan diam saja setelah Edward Adler dan Packnya menculik mateku?"

Kupejamkan kedua mataku dengan perasaan frustrasi. Sepertinya aku sudah meremehkan Vincent karena Ia terlihat baik-baik saja ketika tahu Evelyn ditahan di Pack Silver Moon. Seingatku Ia hanya kehilangan kontrol di awal saat tidak bisa menemukan Evelyn. Ternyata itu semua sudah direncanakan olehnya agar tidak terlihat mencurigakan.

"Kau sendiri yang memintaku agar tidak menarik perhatian! Apa kau sudah memastikan tidak ada jejak yang tertinggal?" berondongku padanya.

"Aku hanya sedikit terbawa suasana setelah membunuh Igor." balasnya dengan santai. "Tenang saja, aku tidak meninggalkan apapun... kecuali mayat mereka."

"Dasar psikopat." umpatku dengan suara rendah. Pantas saja Ia menyempatkan diri mengamati wajah setiap anggota Pack Silver Moon yang hadir kemarin. "Apa itu alasanmu bergabung di Pack ini? Untuk berlindung jika perbuatanmu ketahuan?"

Vincent membalasku dengan ekspresi pura-pura terluka. "Caroline, aku bergabung di Pack ini karena aku menyukai orang-orangnya. Aku juga kagum dengan Alpha Brennan." nada sarkasme terdengar jelas dalam suaranya.

"Vincent... Perbuatanmu akan menjadi boomerang bagi Pack ini suatu saat nanti."

Ia mengangguk setuju, "Aku yang akan bertanggung jawab jika saat itu tiba."

Aku menatap wajah tidak berdosanya sambil menggelengkan kepalaku. Pamanku benar-benar sudah gila. "Apa Evelyn tahu?"

Vincent menggeleng. "Jangan beritahu dia." balasnya dengan serius.

"Pantas saja Ia terlihat shock." gerutuku, "Lalu, apa kau akan memberitahu Alex?"

"Sebaiknya kita tidak memberitahunya. Jika Alex tahu, artinya Ia juga ikut bersekongkol dengan menutupi kejadian itu." jelasnya.

"Lalu kenapa kau memberitahuku?" tanyaku dengan heran. "Bukannya itu artinya aku juga bersekongkol denganmu?"

Vincent melemparkan senyuman polosnya hingga membuatku bergidik, aku ingat Ia pernah tersenyum seperti itu saat mengajakku ke Prom. Wajah polosnya sangat berbanding terbalik dengan perbuatannya. "Karena kau adalah keponakan kesayanganku. Dalam hidup ini kita adalah partner in crime. Kau ingat, kan? Jika kau mati, aku juga mati." Senyuman polosnya masih menempel di wajahnya, "Jadi sekalian saja kuberitahukan seluruh perbuatan busukku padamu."