webnovel

CAROLINE

Hidup Caroline berubah 180 derajat setelah ulang tahun ke-18 nya. Mengetahui seluruh anggota keluarga angkatnya ternyata adalah werewolf masih belum cukup, Ia harus menerima kenyataan bahwa kakaknya, Alex, adalah pasangan matenya. Belum lagi kenyataan bahwa selama ini sebenarnya Ia bukan manusia biasa. Caroline adalah Leykan terakhir yang hidup, bangsa superior yang sangat ditakuti dan dibenci oleh para werewolf. Apakah Ia harus melarikan diri atau menghadapi takdir barunya?

ceciliaccm · Fantasy
Not enough ratings
252 Chs

Chapter 48

Pada akhirnya Alex gagal bernegosiasi dengan kedua regulator yang memimpin duel ini. Karena Vincent sudah mengumumkan dirinya sebagai wakil, tidak ada yang bisa menggantinya kecuali jika wakil itu sendiri yang mengundurkan diri.

Paman Brent dan Reagan yang sejak tadi bersosialisasi dengan Pack lain mendatangi kami dengan ekspresi bingung sekaligus khawatir. Aku melihat mereka berbicara pada Alex, ketiganya berdebat hingga akhirnya berhenti saat Alex menggelengkan kepalanya.

Jake di lain pihak, terlihat puas. Ia melipat tangannya sambil menyandarkan punggungnya di salah satu pohon, tidak jauh dari tempatku menonton.

"Berapa menit taruhanmu? Lima? Sepuluh?" desak Vincent lagi, dengan nada yang lebih menyebalkan dari sebelumnya. Aku tidak menghiraukan pertanyaanya.

"Apa kau yakin bisa menyembunyikan kekuatan Leykanmu di antara werewolf ini?" tanyaku padanya.

"Tsk. Aku tidak akan menggunakan kekuatan Leykanku." jawabnya sambil menatap ke arah Igor.

"Lalu kau mau bunuh diri? Kau dengar sendiri tadi Igor Stratovsky adalah Enforcer paling kuat." balasku.

Ia menoleh padaku dengan ekspresi heran, "Alex benar. Kau ini terlalu meremehkan kekuatan werewolf."

Setelah keributan di sekitar kami mereda, kedua regulator yang berdiri di pinggir lapangan mengangkat tangannya. "Wakil dari Pack Silver Moon, wakil dari Pack Night Walker. Silahkan maju!"

Vincent melangkah ke tengah arena lapangan, begitu juga Igor. Keduanya berdiri berhadapan dengan jarak sekitar sepuluh meter dari satu sama lain. Alex melangkah ke sebelahku, ekspresi murkanya masih terlihat jelas di wajahnya.

"Jangan khawatir, Vincent tidak akan kalah dengan mudah." kataku padanya.

"Bukan itu yang kukhawatirkan." sahutnya sementara pandangannya masih tertuju pada kedua wakil yang berdiri di tengah lapangan. Di langit bulan sudah mulai beranjak ke atas kami, cahayanya ikut membanjiri arena duel.

"Ah, tunggu sebentar." seru Vincent tiba-tiba sambil mengangkat tangannya, "Duel ini baru bisa selesai sampai salah satu dari kami mati, kan? Maaf, aku masih agak ragu karena ini adalah pengalaman pertamaku."

Dari belakang kami suara samar erangan sebal Jake terdengar. Aku bisa melihat wajah khawatir sekaligus simpati dari delegasi yang menonton di sekitar lapangan. Igor yang berdiri di depan Vincent hanya menyeringai kecil.

Alpha Thomas yang sepertinya berpikiran sama dengan para delegasi membalasnya dengan anggukan bersimpati. Berbeda dengan Alpha Sam yang terlihat sangat tertarik pada Vincent, sebuah senyuman aneh melintasi wajahnya sebelum Ia memberi aba-aba pada kedua wakil.

"Silahkan dimulai!"

Atmosfer di sekitar arena Tanah Abu berubah seketika. Aura mendominasi yang sangat kuat dari Igor membuatku sedikit terkejut karena auranya hampir sama dengan aura Alpha Alex. Ia melepaskan jaket hijau militernya lalu melemparkannya ke pinggir lapangan. Selama beberapa menit lamanya keduanya hanya berdiri dan saling memandang, kurasa keduanya sama-sama sedang menunggu.

Tiba-tiba wajah penuh luka Igor terlihat marah hingga membuat ekspresinya semakin bengis, kedua jari-jari tangannya memanjang dan ditumbuhi bulu serta cakar yang tajam. Sepertinya karena Vincent baru saja membisikkan sesuatu padanya, aku tidak bisa melihat wajahnya karena Ia berdiri memunggungi kami. Igor menginjakkan kakinya ke tanah dengan marah lalu mendekati Vincent. Kedua mata hitamnya berkilat, tidak seperti mata Alex yang berubah keemasan saat serigalanya mengambil alih. Tiba-tiba Ia menerjang ke depan dengan salah satu tangan bercakarnya ke arah wajah Vincent. Tapi Vincent berhasil menghindarinya dengan merunduk lalu melemparkan tanah ke wajah Igor.

Igor meraung marah, Ia harus berhenti sejenak untuk membersihkan debu dan tanah dari kedua matanya. Aura membunuhnya dapat terasa sangat jelas dari tempatku berdiri. Saat aku melirik ke arah Vincent, Ia sedang tersenyum pada Igor.

Pamanku terlihat sangat menikmati duel ini.

"Kau!" Raung Igor saat pengelihatannya sudah kembali, tubuhnya gemetar karena serigalanya berusaha keluar tapi semua orang tahu tidak ada yang bisa berubah wujud di atas Tanah Abu. "Setelah aku membunuhmu, aku akan membunuh seluruh sanak saudaramu!" ancamnya dengan marah.

"Igor... ini bukan Rusia, kau tidak boleh membunuh orang lain seenaknya di sini." tegur Vincent dengan santai.

Kedua mata Igor melotot hingga pembuluh darah di pelipisnya terlihat jelas. Ia kembali menerjang Vincent, kali ini dengan sangat cepat. Keduanya terjatuh ke atas tanah, dan tanpa membuang waktu Igor meninju wajah Vincent berkali-kali dengan cakarnya sementara cakar satunya mencengkeram leher Vincent.

Darah menciprati tanah abu di sekitar mereka. Igor yang sudah gelap mata berusaha berdiri sambil mencengkeram sekaligus menjambak kepala Vincent dengan mudah seperti boneka manekin lalu membantingnya ke tanah.

Tarikan nafas tajamku sepertinya mengalihkan perhatian Alex dari arena karena tiba-tiba Ia menoleh padaku. "Ia tidak apa-apa." katanya saat melihatku meringis.

"Lalu kenapa Ia tidak membalas?"

"Karena jika Vincent menang tanpa terluka sedikitpun akan terlihat mencurigakan. Apalagi lawannya Enforcer terkuat saat ini. Ini belum ada apa-apanya, Ia masih harus terlihat terluka lebih parah dari ini." jelasnya.

Dan benar saja, selama tiga menit berikutnya Igor menghantam, mencakar, menggigit, dan membanting Vincent dengan sangat sadis hingga darah Vincent melumuri sebagian wajahnya. Aku bersyukur aku belum makan malam sebelum datang kemari. Wajah semua orang yang menonton terlihat tegang, sepertinya mereka berpikir Vincent sudah sekarat karena Ia hanya terbaring di atas tanah.

Pandanganku tidak sengaja menangkap ekspresi Alpha Sam, hanya dia satu-satunya yang terlihat agak bosan di tempat ini walaupun pandangannya masih tertuju pada Vincent. Bahkan sejak tadi Alpha Sam tidak mempedulikan Igor sama sekali. Ia seperti sedang menunggu sesuatu. Aneh, pikirku sebelum kembali mengalihkan perhatianku ke tengah arena.

"Hanya segini saja? Kemana mulut besarmu tadi, hah?!" teriak Igor pada Vincent yang masih terbaring di tanah.

"Aku sedang menghitung waktu." kata Vincent tiba-tiba, Ia mendongak dengan wajah penuh luka dan darah. Semua orang yang menonton terlihat terkejut. Ia berdiri dengan mudah, seakan bantingan dan pukulan Igor barusan bukan apa-apa. Ia meludahkan darah ke tanah lalu tersenyum, "Aku sudah berjanji pada nona yang disana untuk menyelesaikan duel ini di bawah sepuluh menit." Tiba-tiba Ia menunjuk ke arahku, membuat seluruh mata yang hadir di tempat ini tertuju padaku.

"Dasar gila, aku tidak pernah mengatakan itu." gumamku dengan suara rendah. Alex melangkah ke depanku untuk menutupiku dari tatapan orang-orang. Aku tidak tahu ekspresi apa yang ada di wajahnya saat ini, tapi aura Alphanya memancar dengan sangat kuat hingga semua orang mengalihkan pandangannya kembali ke arena.

"Nona itu matemu? Aku akan membunuhnya setelah ini." ancaman Igor membuatku melangkah ke sebelah Alex agar bisa melihat lagi.

"Jangan banyak bicara, mari selesaikan ini secepatnya. Waktuku tinggal tiga menit lagi." desak Vincent yang berhasil memancing kembali amarah Igor. Tanpa berbicara lagi Igor melompat sambil menhunuskan cakarnya ke leher Vincent, saat bertabrakan keduanya jatuh bergulingan ke tanah. Igor menindih Vincent seperti seekor beruang yang sedang tidur di atas batang kayu. Posenya terlihat aneh karena setelah jatuh Igor tidak bergerak lagi, tubuhnya terlihat... lunglai?

Lalu perlahan Vincent mendorongnya hingga Igor tergeletak dalam posisi telentang. Darah segar membasahi kaos yang Ia kenakan, sebuah luka besar yang menganga terlihat di dadanya. Pandangan kosong kedua mata hitamnya tertuju pada langit di atas.

Tidak ada sedikit pun suara yang terdengar di arena saat ini. Semua orang terlalu terkejut untuk bersuara. Vincent berdiri dari tempatnya. Tangannya sudah berubah, entah sejak kapan, seperti milik Igor hanya saja cakar Vincent terlihat lebih tipis dan tajam serta berwarna hampir silver saat terkena pantulan cahaya bulan.

Tangannya yang satunya juga sama, hanya saja warnanya merah karena lumuran darah yang menetes dari sesuatu yang sedang Ia genggam. Butuh dua detik sebelum aku sadar apa yang ada di tangan kanannya.

Vincent berjalan perlahan ke arah gerombolan Pack Silver Moon, atau lebih tepatnya menuju Edward Adler. Ia berhenti beberapa langkah dari Adler lalu melemparkan jantung Igor yang masih berlumuran darah ke kaki Edward Adler hingga mengotori celana dan sepatu pantofelnya yang sebelumnya mengkilap.

"Hadiah perkenalan dariku." kata Vincent sambil membungkuk singkat di depan Adler yang terlihat sangat berang hingga tubuhnya bergetar.