webnovel

CAROLINE

Hidup Caroline berubah 180 derajat setelah ulang tahun ke-18 nya. Mengetahui seluruh anggota keluarga angkatnya ternyata adalah werewolf masih belum cukup, Ia harus menerima kenyataan bahwa kakaknya, Alex, adalah pasangan matenya. Belum lagi kenyataan bahwa selama ini sebenarnya Ia bukan manusia biasa. Caroline adalah Leykan terakhir yang hidup, bangsa superior yang sangat ditakuti dan dibenci oleh para werewolf. Apakah Ia harus melarikan diri atau menghadapi takdir barunya?

ceciliaccm · Fantasy
Not enough ratings
252 Chs

Chapter 44

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Alex dengan suara kesal.

"Menurutmu apa? Aku ingin menguping kalian pacaran." balasnya dengan seringaian menyebalkan. Aku hampir tidak percaya saat mendengar ucapannya.

"Apa pamanmu memiliki kepribadian ganda?" bisik Alex kepadaku, sepertinya apa yang dipikirannya saat ini sama denganku. Aku juga merasa sedikit takjub dengan sikapnya yang berubah dari laki-laki manis yang mengajakku ke Prom lalu menjadi werewolf berdarah Leykan yang pemarah, dan sekarang Vincent berubah lagi menjadi pamanku yang menyebalkan.

"Aku ingin berbicara dengan Caroline." selanya sambil berjalan ke arah kami, lalu Vincent menatap ke arah Alex, "Aku ingin berbicara berdua dengannya."

Mereka berpandangan sesaat tapi akhirnya Alex mengalah dan berjalan keluar, "Aku ada di ruang kerjaku jika kau membutuhkanku." ucapnya padaku.

Vincent mengambil tempat duduk di seberangku, Ia memandang ke sekeliling kami yang sepi sekilas lalu selama beberapa saat Ia tidak berbicara dan hanya menatapku.

"Ada apa?" tanyaku dengan sedikit tidak sabar sekaligus penasaran.

"Caroline, apa Alex mengatakan sesuatu tentangku akhir-akhir ini?"

"Alex? Tidak, Ia tidak mengatakan apa-apa tentang—" Tiba-tiba aku teringat ucapan Alex beberapa hari yang lalu mengenai Enforcer.

Tatapan Vincent semakin intens saat kalimatku terpotong, "Apa yang Ia katakan?"

Apa aku harus memberitahunya? Pikirku dengan ragu.

"Apa yang dikatakan Alex?" desaknya lagi.

"Ia... ingin merekrutmu ke dalam Pack ini." jawabku dengan sedikit enggan. Cepat atau lambat Vincent juga akan mengetahuinya sendiri, lebih baik aku memberitahunya sekarang. "Lalu Ia berencana menominasikan namamu ke dalam pemilihan Enforcer."

"Ke dalam... apa?" ulangnya kali ini dengan wajah kesal.

"Ah, Enforcer adalah organisasi—"

"Aku tahu apa itu Enforcer." potongnya, "Apa Ia berpikir aku akan melakukannya begitu saja?" tanyanya dengan nada sedikit takjub.

Lihat kan? Mana mungkin Vincent bersedia menuruti keinginan Alex begitu saja. "Alex berpikir jika Evelyn ada disini maka kau juga akan menjadi anggota Pack ini juga."

"Ah... pantas saja..." gumamnya masih dengan nada kesal, "Tadi pagi saat Evelyn meneleponku Ia mengatakan hal yang aneh... Ia memintaku untuk menghormati keputusan 'Alpha Alex'. Padahal Evelyn tahu betapa aku tidak menyukai anak itu." tambahnya dengan dengusan.

"Apa Evelyn baik-baik saja?"

Vincent mendongak menatapku, "Selama Ia tidak berada di sisiku, aku tidak akan menganggapnya sedang baik-baik saja."

"Lalu... apa yang akan kau lakukan setelah Ia kembali? Bagaimanapun juga Evelyn masih menjadi anggota Pack ini dan aku ragu Alex akan mengijinkannya keluar dari Pack jika Evelyn memintanya." Karena rencana kami untuk berlari sudah tidak berguna lagi, aku tidak tahu apa rencana Vincent selanjutnya.

"Tentu saja Evelyn akan tetap menjadi anggota Pack ini, keluarganya ada disini juga... Aku tidak ingin memaksanya melakukan apa yang tidak ingin Ia lakukan." jawab Vincent dengan enteng, "Aku akan hidup sama seperti sebelumnya, bersembunyi di antara para manusia."

"Tapi Alex bilang pada akhirnya kau akan bergabung dengan Pack ini karena Evelyn adalah matemu, bukannya mate biasanya berada dalam satu Pack?" tanyaku dengan sedikit bingung, hingga saat ini aku belum memahami seluruh peraturan dalam Pack.

"Alex mengatakan hal seperti itu?" Tiba-tiba sebuah senyuman kesal muncul di wajahnya, "Biasanya mate yang berbeda wilayah atau Pack akan bermigrasi dan bergabung dalam satu Pack. Tapi dalam kasusku dan Evelyn, aku tidak perlu bergabung dengan Pack ini... karena aku belum me-marknya. Secara legal Evelyn Lance belum terikat dengan werewolf manapun."

"Mengapa kau tidak melakukannya?" tanyaku lagi walaupun sepertinya aku sudah mengetahui alasannya.

"Me-mark Evelyn hanya akan membahayakannya. Saat ini hubungan kami hanya diketahui segelintir orang. Jika aku memberinya mark, dan melegalkan hubungan mate kami maka semua orang akan mengetahuinya dari tanda dan bau yang berubah. Para werewolf itu juga pasti akan bertanya-tanya tentang asal-usulku dan mencurigaiku karena aku tidak memiliki Pack." jelasnya dengan ekspresi suram yang membuatku merasa bersimpati padanya. Hingga kini keberadaan kami memang seperti pedang bermata dua, kami tidak bisa selalu hidup dalam pelarian tapi dilain pihak mengungkapkan identitas sebagai Leykan juga sama saja seperti bunuh diri. Dan sekarang aku dan Vincent sama-sama menemukan mate kami.

"Alex juga sedang melakukan hal yang sama denganku." katanya tiba-tiba, membuyarkan pikiranku. "Ia belum mengumumkanmu sebagai Luna secara resmi. Hingga kini hanya anggota Pack ini saja yang tahu kau adalah mate Alex, selain Edward Adler tentu saja. Ia tahu mengumumkanmu sebagai Luna Pack Night Walker akan membuat identitasmu terbongkar lebih cepat."

"Alpha dari Misty Willow dan Yellowstone juga sudah mengetahui tentang identitasku." ungkapku padanya. "Mereka adalah regulator duel yang akan berlangsung di Tanah Abu. Keduanya sudah memberikan dukungan pada Pack ini jika... jika suatu saat nanti identitasku terbongkar."

Vincent menghela nafasnya lalu tersenyum lelah, "Jangan khawatir, apapun yang terjadi nantinya aku akan selalu melindungimu, Caroline. Sesuai janjiku pada ibumu."

***

Sore harinya Alex mengajakku mampir ke rumah orangtua kami untuk makan malam. Aku sedikit bersemangat karena ini adalah pertama kalinya aku keluar sejak kejadian di hutan Ripper. Biasanya Mum dan Dad yang menjengukku di rumah Pack, jadi pulang ke rumah kali ini terasa lebih spesial karena aku sangat merindukan kamarku. Mum sudah mengepak sisa pakaianku agar aku bisa membawanya kembali ke rumah Pack.

Aku sangat menikmati perjalanan kembali ke rumah Pack di malam harinya. Hanya ada aku dan Alex di dalam mobilnya, walaupun diselimuti keheningan tapi tidak ada perasaan canggung di antara kami. Hanya ada keheningan yang nyaman dan perutku yang sangat kenyang karena Mum mengisi penuh piringku dengan casserole buatannya. Karena lokasi rumah Pack yang berada di pinggiran kota yang berbatasan langsung dengan hutan, kami melewati jalanan sepi yang dikelilingi oleh pepohonan lebat. Pemandangan ini mengingatkanku kembali pada saat Alex mengajakku makan malam dan memberitahuku bahwa aku adalah matenya untuk pertama kalinya. Tanpa bisa kucegah, sebuah senyuman menghiasi wajahku. Rasanya kejadian itu sudah terasa lama sekali.

"Ada apa?" tanya Alex tiba-tiba dari sampingku. Di tengah kegelapan mobilnya aku menoleh ke arahnya, pandangan Alex masih fokus tertuju pada jalanan di depannya tapi entah bagaimana Ia bisa tahu aku sedang tersenyum.

Kusandarkan bahuku ke jok mobil agar aku bisa memandangnya lebih lama. "Aku hanya ingat... saat kau memberitahuku tentang werewolf pertama kali." ucapku sambil terus tersenyum. Dari samping siluet wajah seriusnya perlahan berubah.

"Aaaahhh... kau tidak tahu berapa kali aku mengulang kejadian itu di dalam ingatanku." akunya dengan sedikit malu. "Hari itu adalah salah satu hari terburuk sekaligus terbaik di dalam hidupku."

Aku tertawa mendengar pengakuannya. "Memangnya kenapa?"

"Aku sudah membuatmu ketakutan dan terluka karena gigitanku. Tapi hari itu juga menjadi hari pertama kita sebagai mate yang resmi." jawabnya sambil berdeham. "Jika aku bisa mengulangnya lagi, aku tidak akan melakukannya seperti itu."

Tiba-tiba sebuah ide terlintas di kepalaku, "Kalau begitu kenapa tidak mengulangnya lagi?"

"Apa?" tanyanya sambil menoleh sekilas.

"Alex, aku ingin melihat serigalamu lagi." Rasanya sudah lama sejak aku terakhir melihat wujud serigalanya, "Kita bisa kembali ke tempat itu!" tambahku dengan bersemangat.

"Sekarang?" balasnya dengan terkejut.

"Apa tidak boleh?" pintaku dengan suaraku yang paling menyedihkan lalu dibalas oleh tawanya.

"Tentu saja boleh. Keinginanmu adalah perintah untukku."