webnovel

CAROLINE

Hidup Caroline berubah 180 derajat setelah ulang tahun ke-18 nya. Mengetahui seluruh anggota keluarga angkatnya ternyata adalah werewolf masih belum cukup, Ia harus menerima kenyataan bahwa kakaknya, Alex, adalah pasangan matenya. Belum lagi kenyataan bahwa selama ini sebenarnya Ia bukan manusia biasa. Caroline adalah Leykan terakhir yang hidup, bangsa superior yang sangat ditakuti dan dibenci oleh para werewolf. Apakah Ia harus melarikan diri atau menghadapi takdir barunya?

ceciliaccm · Fantasy
Not enough ratings
252 Chs

Chapter 42

"Edward... Adler?" ulang Vincent masih dengan suara rendah yang penuh amarah. "Si brengsek itu lagi?" Tiba-tiba Ia berdiri dari sofa lalu menuju ke arah pintu.

"Tunggu, mau kemana?" tanyaku, ikut berdiri.

"Pack Silver Moon." balasnya, "Aku akan membunuhnya malam ini."

"Vincent! Aku belum selesai memberitahumu tentang semuanya." sergahku sebelum Ia membuka pintu dan keluar.

"Apa ada hal lain yang harus kudengar?" tanyanya dengan suara rendah yang mematikan. "Karena jika Ia melukai satu helai saja rambut Evelyn—"

"Kau tidak bisa membunuhnya malam ini. Night Walker dan Silver Moon akan melakukan duel di Tanah Abu. Lagipula Evelyn Lance dalam keadaan baik-baik saja, aku bisa menjaminnya dengan sumpahku." potong Alex dengan nada Alphanya yang absolut.

Vincent berbalik lalu menatap Alex dengan mata hijau gelapnya yang berkilat, "Aku tidak peduli dengan sumpahmu sebagai Alpha. Kata-katamu sama tidak berartinya dengan sampah bagiku jika aku tidak bisa memastikan keadaan Evelyn sendiri."

Alex menggertakkan rahangnya dengan marah, tapi di luar dugaanku Ia berhasil mengendalikan emosinya dan menjawab Vincent dengan suara yang terdengar normal. "Besok pagi kau bisa menelepon Miss Lance untuk bertanya langsung padanya."

"Tentang tanah Abu... Itu artinya kau dan Adler akan duel sampai mati?"

"Duel sampai mati... dengan legal. Walaupun aku tidak terlalu menyukaimu, tapi tujuan kita saat ini sama." balas Alex.

"Jangan samakan aku denganmu." desis Vincent.

Jake yang terdiam sejak tadi berdiri dengan marah. Badannya terlihat sedikit gemetar, seakan Ia hampir kehilangan kontrol, "Jaga ucapanmu saat berbicara dengan Alpha!"

Vincent membalasnya dengan tawa sinis, "Ia bukan Alphaku."

Kuhela nafasku yang terasa berat, dikelilingi oleh tiga pria yang saling ingin mendominasi satu sama lain bukan hal yang mudah. "Jake, kumohon... untuk sekali ini saja kau harus memaklumi sikap Vincent, bagaimanapun juga yang paling berada dalam bahaya saat ini adalah matenya."

"Tapi ini memang sikap naturalku saat berada di tengah orang-orang bodoh." gumam Vincent dengan suara rendah, Jake yang mendengarnya kembali menatapnya dengan penuh amarah. "Kapan duelnya?" tanya Vincent, kembali mengalihkan perhatian pada Alex yang duduk di sebelahku.

"Tiga hari lagi. Kau boleh ikut menyaksikan jika menginginkannya."

Vincent membalasnya dengan senyuman dingin, "Oh, tentu saja aku harus menyaksikan Edward Adler mati dengan kedua mataku sendiri... Tapi ingat Brennan, jika besok pagi aku tidak bisa memastikan keadaan Evelyn langsung, aku tidak akan menunggu hingga 3 hari."

"Tentu saja, aku mengerti."

"Kalau begitu aku akan kembali, hubungi aku jika ada kabar baru. " kata Vincent hanya padaku, Ia membuka pintu tapi berhenti lagi dan membalikkan badannya, "Ah... Apa kau yakin akan menang dari Adler?"

Alex terlihat sangat kesal tapi Ia berusaha menutupinya dengan menarik nafasnya dalam-dalam, "Apa kau mau menilainya sendiri besok pagi?"

Aku menoleh ke arah Alex dengan terkejut.

"Sparring denganku." tambah Alex tanpa mengalihkan tatapan dinginnya dari Vincent.

"Dengan senang hati." gumam Vincent dengan senyuman kecil sebelum akhirnya keluar dari ruang kerja.

Jake lah yang pertama berdiri setelah Vincent menutup pintu, ekspresi marah di wajahnya belum menghilang sejak tadi. "Biar aku yang sparring dengannya."

"Dan membiarkanmu bersenang-senang sendiri?" tanya Alex. "Aku sudah menunggu sangat lama untuk bisa menghajarnya dengan tanganku sendiri, Jake."

Mereka berbicara seakan aku tidak ada disini juga, "Apa kalian tidak sadar Vincent adalah pamanku? Ia adalah setengah Leykan!"

Jake menoleh ke arahku dengan kerutan di keningnya, "Cara, kami hanya akan sparring, bukan saling membunuh."

"Bagaimana jika Vincent menggunakan kekuatan Leykannya? Bukannya anggota Pack ini belum tahu tentang identitas kami?" desakku lagi.

"Aku yakin Vincent tidak akan seceroboh itu, Ia sudah menyembunyikan identitas Leykannya selama hampir 100 tahun." Alex berdiri dari sofa lalu menuju ke arah jendela besar di sudut ruang kerjanya, "Lagipula aku juga harus mengukur langsung sejauh mana kekuatannya..." gumamnya sambil menatap siluet Vincent yang berjalan menuju gerbang.

"Alex... apa kau berpikir untuk merekrutnya?" suara Jake terdengar curiga.

Merekrut? Untuk apa?

"Ia adalah mate Miss Lance. Lagipula Ia tidak memiliki pack, yang artinya sama saja dengan Rogue." sebuah senyuman penuh perhitungan tiba-tiba muncul di wajahnya.

"Alex, kau sudah gila." gumam Jake dengan nada tidak percaya.

"Merekrut apa?" tanyaku tiba-tiba, tapi keduanya menghindari tatapanku.

Jake menghela nafasnya, "Aku harus kembali juga, sebentar lagi waktunya training anak-anak." Jake, Alex, dan beberapa werewolf lain bergantian melatih bertarung para werewolf muda lima kali dalam seminggu.

Aku menunggu hingga Jake pergi sebelum mengulangi pertanyaanku pada Alex, "Merekrut Vincent untuk apa?"

Alex menatapku sekilas lalu duduk di kursinya, "Ah... merekrutnya untuk jadi anggota Pack ini."

Kupandang Alex dengan tatapan curiga, "Lalu kenapa Jake menentangnya?"

"Karena... kau tahu sendiri kan, Jake membenci pamanmu." Alex menatap handphonenya sekilas lalu bertanya, "Apa kau sudah lapar? Aku akan memesankan pizza jika kau mau juga."

Jelas sekali Ia sedang berusah mengalihkan perhatianku. Aku melangkah dan berhenti di sebelah kursinya, "Alex... kau bilang tidak akan menyembunyikan apapun dariku lagi."

Ia membalas tatapanku dengan pandangan yang terlihat bersalah... tapi hanya sedikit. "Setelah menjadi anggota Pack ini, aku berencana merekrutnya sebagai Enforcer."

"Enfor—apa?" tanyaku dengan kening berkerut.

"Enforcer." ulangnya, senyuman penuh perhitungan kembali menghiasi wajah tampannya. "Kami memiliki organisasi werewolf independen yang terlepas dari masing-masing Pack, tujuan dibentuknya Enforcer adalah untuk mengeksekusi hukuman dan memburu Rogue yang berbahaya. Sedangkan anggota Enforcer dinominasikan oleh masing-masing Alpha, karena itu aku bisa mengusulkan nama Vincent jika Ia sudah resmi menjadi anggota Pack ini."

"Lalu kenapa Jake menentangnya?" ulangku lagi dengan keras kepala.

"Enforcer memiliki maksimal 5 orang anggota, walaupun saat ini hanya ada 3..." balas Alex masih dengan senyumannya yang kini terlihat menyebalkan, "Proses menjadi anggotanya memang cukup berat, tapi aku yakin Vincent bisa lolos jika Ia memang memiliki kekuatan setengah Leykan seperti yang kau katakan. Jika Ia menjadi Enforcer maka kedudukan Pack Night Walker akan meningkat diantara Pack lain. Enforcer memiliki hak untuk mengadili dan mencampuri urusan Pack lain saat dibutuhkan, jadi akan ada banyak jalan yang akan terbuka jika Enforcer berada di pihak kita. Alasan Jake menentangnya adalah karena Ia ragu pada kesetiaan Vincent, Ia berpikir Vincent tidak akan pernah loyal pada Pack ini karena darah Leykannya."

Alex kembali menatapku dengan senyuman puas, "Tapi aku tidak membutuhkan kesetiaan atau rasa loyal Vincent selama Evelyn Lance masih berada di tanganku, bukan?"

Aku menatapnya dengan bibirku yang sedikit terbuka. Jake benar... Alex sudah gila jika Ia berpikir bisa memanipulasi Vincent—yang selama ini bertahan menjadi Rogue—untuk masuk ke dalam Pack ini menuruti keinginannya.

Tapi nyatanya aku dan Jake salah, karena di masa depan nanti Alex memang berhasil mendapatkan apa yang Ia inginkan.