webnovel

CAROLINE

Hidup Caroline berubah 180 derajat setelah ulang tahun ke-18 nya. Mengetahui seluruh anggota keluarga angkatnya ternyata adalah werewolf masih belum cukup, Ia harus menerima kenyataan bahwa kakaknya, Alex, adalah pasangan matenya. Belum lagi kenyataan bahwa selama ini sebenarnya Ia bukan manusia biasa. Caroline adalah Leykan terakhir yang hidup, bangsa superior yang sangat ditakuti dan dibenci oleh para werewolf. Apakah Ia harus melarikan diri atau menghadapi takdir barunya?

ceciliaccm · Fantasy
Not enough ratings
252 Chs

Chapter 41

Aku melangkah ke dalam diikuti oleh Alex dari belakangku, ruangan ini terlihat hampir sama luasnya dengan ruangan kerja Alex. Sebuah piano berdebu diletakkan di sudut ruangan, Alex berjalan menuju tirai salah satu jendela besar lalu menariknya hingga sinar matahari menerangi ruangan yang sebelumnya gelap.

"Awalnya tempat ini akan menjadi ruang kerja Alpha, tapi dekorasinya terlalu... unik untuk dijadikan ruangan kerja formal." ucap Alex sambil menunjuk ke arah langit-langit. Aku ikut mendongak dan memandang ukiran penuh warna yang terlihat seperti lukisan di langit-langit plafon.

"Wow." gumamku dengan kagum. Walaupun warnanya sudah memudar tapi tidak mengurangi kemegahannya. Sepertinya ukiran di pintu dan di langit-langit masih berhubungan karena pola dan tema hutannya sangat mirip. "Seperti buku cerita yang diukir."

"Yeah, karena itu aku tidak bisa menggunakan ruangan ini sebagai tempat kerja." sahut Alex dari belakangku.

Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari langit-langit, entah kenapa ukiran tersebut terlihat familiar. Tepat di tengahnya ukiran besar seorang gadis kecil berambut coklat keemasan terlihat seperti sedang tertidur dikelilingi oleh kelinci dan tupai. Perasaanku berubah menjadi tidak enak ketika melihat gadis itu.

"Apa kau mau pindah..."

Aku tidak mendengarkan kalimat Alex yang selanjutnya. Ucapan Vincent saat kami kabur bersama tiba-tiba kembali lagi ke dalam kepalaku. Kuedarkan pandanganku ke arah lantai yang tertutup karpet biru tua dan beberapa kardus besar. Langkahku terasa berat ketika berjalan menuju salah satu sudut ruangan.

"Cara?" suara Alex memanggilku tapi aku tidak menghiraukannya.

Dentuman jantungku terasa keras di telingaku sendiri saat berdiri tepat di atas pintu rahasia di balik lantai ini. Walaupun tertutup oleh karpet tapi aku tahu persis disinilah ruanganku bersembunyi seratus tahun yang lalu... sebelum Theodore Brennan menemukanku. Aku menatap kakiku dengan nafas tertahan, suara langkah kaki Alex terdengar mendekat dari belakangku. Kutelan ludahku untuk membasahi tenggorokanku yang kering tapi aku tidak bisa membuka mulutku.

Di dalam kepalaku suara Theodore Brennan menggema memanggilku lagi.

'Aku menemukanmu... gadis kecil.'

"Cara!"

Aku terlonjak kecil dan menatap Alex yang kini sudah berdiri di depanku, kedua tangannya sedang mengguncang bahuku. "Ada apa?" tanyanya kebingungan. Wajah Alex terlihat sangat mirip dengan Theodore... mengingatnya membuatku merasa mual. Kudorong Alex menjauh lalu berlari keluar dari ruangan itu menuju pintu ruang kerja Alex yang terbuka lebar. Vincent dan Jake berdiri bersamaan dari sofa ketika melihatku masuk.

"Cara, bagaimana kabar Eve—"

Aku terus berlari menuju kamar mandi di ruang kerja Alex lalu menguncinya, selang beberapa detik kemudian kumuntahkan seluruh sarapanku ke toilet hingga tidak ada yang tersisa di perutku lagi. Samar aku mendengar ketukan dan suara Alex yang memanggilku dari balik pintu. Kubersihkan muntahanku lalu mencuci mulutku di wastafel sementara Alex terus mengetuk pintu. Kupejamkan mataku erat-erat hingga rasa mual di perutku menghilang, saat membuka mataku lagi aku disambut oleh pantulan pucat wajahku di cermin.

"Cara, aku akan mendobrak pintu ini jika kau tidak membukanya sekarang juga."

Kututup keran air dengan tanganku yang sedikit bergetar lalu membuka pintu kamar mandi. Alex masih berdiri di depan pintu dengan wajah paniknya. "Ada apa? Apa kau sakit?"

Aku masih terlalu lemas untuk menjawabnya jadi aku hanya mengangguk kecil lalu berjalan dengan langkah gontai ke arah sofa.

"Aku melihat pintu di ujung lorong terbuka, apa kalian yang berada di tempat itu tadi?" tanya Vincent pada Alex.

"Iya." balas Alex pendek sambil membantuku duduk.

"Dasar bodoh." gumam Vincent dengan suara yang cukup keras untuk di dengar.

"Apa yang baru saja kau katakan?!" tanya Jake dengan marah. Kupejamkan kedua mataku sekilas untuk meredam rasa sakit di kepalaku saat mendengar suara keras Jake.

"Tempat itu adalah kamar Gabriella. Apa kalian tidak pernah mempelajari sejarah Pack kalian sendiri?!" suara Vincent terdengar rendah tapi penuh dengan kebencian.

Aku bisa merasakan Alex membeku di sebelahku sementara keheningan menyelimuti ruangan ini.

"Gabriella... siapa?" tanya Jake dengan suara bingung sekaligus kesal. Saat aku menoleh ke arah Alex, Ia sedang memandang coffee table di depannya dengan ekspresi yang tidak bisa kubaca.

"Vincent... hentikan."

Ia membalasku dengan tatapan tajam, "Memangnya kenapa? Apa kau akan terus menyembunyikannya tapi muntah setiap mengingat sesuatu tentang rumah ini? Aku tidak mengerti mengapa kau ingin menyiksa dirimu sendiri dengan kembali ke tempat ini."

Tiba-tiba Alex berdiri lalu menerjang Vincent, "Jika kau mengucapkan satu patah kata lagi, aku bersumpah... akan menyembunyikan Evelyn Lance hingga kau tidak akan pernah bisa melihatnya lagi."

Ancaman Alex berhasil mengalihkan perhatian Vincent dariku. "Coba saja, Brennan." balasnya dengan nada ancaman yang sama, "Ah... Apa aku perlu memberitahumu apa saja yang dilakukan Alpha Theodore malam itu pada kakak perempuanku? Tapi aku tidak ingin membuat Caroline semakin mual saat melihat wajahmu."

Alex mendorongnya menjauh dengan marah sekaligus jijik.

"Hentikan, kalian berdua. Saat ini ada hal yang lebih penting. Vincent, aku yakin kau ingin mengetahui kondisi Evelyn saat ini." Saat aku menyebut nama Evelyn, Vincent kembali menatapku lagi.

"Dimana Evelyn? Apa aku sudah bisa menghubunginya?"

"Duduk." Perintahku pada ketiga pria yang masih berdiri sejak tadi. Ketiganya duduk di sofa walaupun berjauhan, Alex mengambil tempat di sebelahku.

"Dimana dia?" ulang Vincent dengan tidak sabar.

Kutarik nafasku sebelum menjawabnya, "Saat ini Evelyn berada di wilayah Pack Silver Moon."

Saat aku pertama kali melihat Vincent di sekolah, sebelum aku tahu siapa Ia sebenarnya, aku berpikir Vincent adalah pria yang ramah. Mungkin karena wajah polosnya yang tampan, mungkin juga karena salah satu lesung pipinya yang muncul setiap kali Ia tersenyum. Tapi Vincent yang menatapku saat ini terlihat sangat berbeda, seakan inilah wajah sebenarnya yang bersembunyi di balik sikap ramah dan polosnya. Wajahnya mengeras saat mendengar ucapanku, tidak ada sedikitpun keramahan yang terlihat dari kedua mata hijau gelapnya.

"Ia... ada dimana?" sebuah geraman marah menyertai pertanyaannya. Aku bisa merasakan atmosfir yang berubah di ruangan ini, dan bukan berasal dari Vincent saja... aura Alpha Alex juga terasa mendominasi di sekitar kami. Bahkan Jake juga bisa merasakannya karena pandangannya beralih dariku dan tertuju fokus pada Vincent, seakan Ia sedang bersiap jika Vincent menyerang.

Kutelan ludahku untuk menyembunyikan perasaan bersalahku, "Vincent, maafkan aku. Sepertinya Edward Adler sudah menculik Evelyn."