webnovel

CAROLINE

Hidup Caroline berubah 180 derajat setelah ulang tahun ke-18 nya. Mengetahui seluruh anggota keluarga angkatnya ternyata adalah werewolf masih belum cukup, Ia harus menerima kenyataan bahwa kakaknya, Alex, adalah pasangan matenya. Belum lagi kenyataan bahwa selama ini sebenarnya Ia bukan manusia biasa. Caroline adalah Leykan terakhir yang hidup, bangsa superior yang sangat ditakuti dan dibenci oleh para werewolf. Apakah Ia harus melarikan diri atau menghadapi takdir barunya?

ceciliaccm · Fantasy
Not enough ratings
252 Chs

Chapter 40

Pagi berikutnya terasa sangat... sangat canggung untukku. Sepertinya Alex menggigitku dengan sangat bersemangat hingga bekas gigitannya memerah dan terlihat jelas di leherku. Dan bagian terburuknya... semua orang juga bisa melihatnya walaupun aku sudah mengenakan kemeja berkerah.

Aku ingin memukul kepalaku sendiri setiap menangkap tatapan dari anggota Pack Alex. Yang paling parah adalah respon Jake, jika Ia merespon dengan ejekan atau lelucon aku masih bisa menerimanya tapi Jake hanya menatap leherku sekali lalu memalingkan wajahnya jauh-jauh dariku dengan wajah merah padam. Si sialan itu berhasil membuatku semakin malu karena sikapnya.

Setelah turun sarapan bersama anggota Pack muda lainnya, aku mencari Alex di ruang kerjanya tapi tidak menemukannya.

"Apa Alex sedang pergi?" tanyaku pada salah satu anggota Pack paling muda bernama Peter yang sedang lewat.

Ia terlihat sedikit terkejut karena aku mengajaknya berbicara, "Ah... Alpha sedang sparring dengan Mr. Brent." jawabnya dengan sedikit malu.

"Sparring?"

"Sparring... err, Ia sedang latihan berkelahi. Yang lain juga sedang menonton mereka."

Kukerutkan keningku sejenak, "Dimana?"

"Di halaman belakang, Luna."

Senyumku sedikit membeku saat mendengar panggilannya untukku, tapi aku tidak mengoreksinya lalu pergi menuju halaman belakang setelah mengucapkan terimakasih. Dan benar saja, salah satu pojok halaman belakang kini sudah dipenuhi kerumunan anggota Pack yang sedang menonton. Terdengar suara seruan bersemangat dari beberapa orang saat aku mendekat. Aku harus menyelinap di antara beberapa orang agar bisa melihat dengan jelas, saat aku sampai di deretan penonton terdepan kedua mataku tertuju pada Alex yang baru saja menghantam kepala Paman Brent dengan tangan kosong. Keduanya bertelanjang dada dan berkeringat, darah juga mengalir dari luka di wajah dan dada mereka.

Tiba-tiba Alex menoleh dengan tajam ke arahku saat menyadari kehadiranku, Paman Brent tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan memukul rahangnya dengan sangat keras hingga aku bisa mendengar suara retakan dan Alex tersungkur ke tanah.

"Ahhh!!!" pekikku dengan terkejut dan ngeri. Semua mata tertuju padaku bersamaan dengan suara seruan yang tiba-tiba mereda. Aku berlari ke arah Alex dengan perasaan panik, tapi Ia sudah bangun dan mendongak padaku dengan tatapan terkejut.

"Kau tidak apa-apa?!" tanyaku saat melihat wajahnya yang babak belur dan cipratan darah di tubuhnya.

"Cara? Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya dengan suara bingung.

"Aku... Aku tadi mencarimu tapi katanya kau sedang 'sparring' disini." balasku sambil menghapus darah dan keringat di wajahnya dengan tanganku. Alex sedikit mengernyit kesakitan saat jariku tidak sengaja menyentuh lukanya. "...tapi aku tidak menyangkah kalian benar-benar berkelahi hingga seperti ini?!"

Alex berkedip beberapa kali saat mendengar nada suaraku. Dari belakangku aku mendengar suara tawa geli Paman Brent yang membuatku membalikkan badanku ke arahnya. "Cara, jangan khawatir, kami hanya berlatih biasa. Ini adalah sparring yang rutin dilakukan anggota Pack."

Aku melangkah ke belakang hingga menabrak dada Alex saat menyadari seluruh tatapan anggota Pack yang tertuju padaku, "Oh..." balasku dengan gugup, "Kupikir... kalian sedang berkelahi sungguhan."

Aku berdiri dengan canggung selama beberapa detik lalu mulai melangkah menjauh dengan wajah merah padam, "Kalau begitu aku kembali dulu." dengan langkah cepat aku berjalan melintasi halaman menuju ke rumah pack. Aku ingin segera kembali ke kamarku lalu membenamkan wajahku di bantal untuk mengatasi rasa maluku.

"Cara, tunggu, ada yang harus kita bicarakan." Sebelum aku sampai ke rumah Pack, tiba-tiba Alex meraih tanganku untuk menghentikan langkahku.

"Ada apa?" tanyaku dengan sedikit terkejut karena Ia masih bertelanjang dada, berkeringat, dan berdarah. Tapi ekspresi di wajahnya membuat perasaanku tidak enak.

"Ini tentang Evelyn Lance."

***

Aku berjalan mengelilingi ruang kerja Alex dengan tidak sabar sementara menunggunya mandi. Kabar ditemukannya Evelyn tentu saja membuatku senang karena itu artinya aku tidak perlu merasa bersalah pada Vincent lagi. Tapi ekspresi Alex saat mengatakannya tadi membuatku tidak tenang.

Lima menit kemudian pintu kamar mandi ruang kerjanya terbuka, Alex dengan rambutnya yang masih setengah basah duduk di sofa lalu menghela nafasnya. Ia mengenakan kaos putih dan celana hitam yang sedikit kusut.

"Dimana Evelyn?" tanyaku dengan tidak sabar lalu ikut duduk di seberangnya, sedangkan Jake hanya berdiri di sebelah sofa.

"Cara, Evelyn baik-baik saja. Tapi Ia tidak bisa kembali sekarang."

"Apa?" tanyaku dengan ekspresi tidak percaya, "Alex, kau tahu Ia hanya ingin melindungi matenya. Bukankah mengeluarkan Evelyn dari pack terlalu kejam—"

"Evelyn Lance ada di pack Silver Moon." potong Alex tiba-tiba.

Keheningan menyelimuti kami hingga aku bisa membuka mulutku lagi, "Bagaimana... Ia bisa ada disana?"

"Sejak awal aku hanya ingin memperingatkannya, setelah menjatuhkan hukuman itu aku menyuruh salah satu anggota Pack untuk menjemputnya lagi. Tapi tidak ada yang bisa menemukan Evelyn... Karena itu hingga saat ini aku belum bisa mencabut hukumannya." Alex menatapku dengan sedikit khawatir, "Setelah Ia menghilang aku mengirim intel untuk melacak keberadaannya. Tapi tadi pagi Sam Harrison menghubungiku, Ia bilang Ia melihat Evelyn di Silver Moon saat mengunjungi pack itu."

Kukerutkan keningku dengan bingung saat mendengarnya, "Alpha Sam mengunjungi pack Silver Moon?"

Alex mengangguk dengan ekspresi kaku, "Tanggal pertarungannya sudah ditentukan semalam."

Kusandarkan punggungku ke sofa lalu memejamkan kedua mataku untuk berpikir. Sekarang masalah ini sudah semakin rumit. Bagaimana Evelyn bisa berada di pack Silver Moon? Apa Edward Adler menculiknya setelah tahu Ia anggota pack ini? Sial... masalahnya aku tidak tahu bagaimana cara memberitahu Vincent tentang kabar ini. Evelyn adalah matenya dan sepertinya Ia sedang mengandung, jika Vincent tahu Alex lah yang menyebabkan ini semua... aku tidak yakin apa yang akan terjadi setelahnya.

"Apa Evelyn baik-baik saja disana?" tanyaku lagi.

"Aku sudah mencoba menghubungi pack Silver Moon, tapi mereka menolak permintaanku untuk berbicara pada Evelyn. Tapi Sam bilang Ia terlihat baik-baik saja."

Aku berdiri dari tempatku lalu mulai berjalan ke pintu, "Aku harus memberitahu Vincent."

"Aku sudah memanggilnya. Ia akan datang sebentar lagi."

Aku berbalik memandangnya dengan terkejut, "Apa yang akan kau katakan padanya?"

Alex menghela nafasnya lalu tersenyum dingin, "Semuanya, tentu saja."

"Alex! Ia akan membunuhmu! Bagaimanapun juga Vincent adalah setengah Leykan."

"Cara, apa kau pikir aku selemah itu?" tanyanya sebelum berdiri dari sofa lalu mengambil minuman di kulkas kecil. "Setelah apa yang Ia lakukan pada 'mateku', bukankah ini balasan yang setimpal?" tambahnya sambil menekankan kata 'mateku'.

Ah, kupikir Ia sudah melupakannya... "Alex, aku yang akan memberi tahu Vincent."

"Cara, aku yang akan memberitahunya." balasnya dengan pandangan yang menantangku untuk melawannya.

Dasar keras kepala, pikirku sambil melempar pandangan kesal padanya. "Kuharap Vincent menghajarmu." gerutuku dengan suara pelan.

Alex yang sedang minum dari botol air mineral tersedak saat mendengarnya, "...Apa?" Ia menutup botolnya lalu meletakkannya di atas kulkas. "Apa yang barusan kau katakan?" ulangnya lagi.

Kuputar kedua bola mataku dengan kesal lalu berdiri dari sofa.

"Mau kemana?" tanyanya sambil mengikutiku dari belakang saat aku berjalan ke pintu.

"Menunggu Vincent."

"Kau bisa menunggunya disini." kata Alex.

Kubuka pintu ruang kerjanya lalu berhenti sejenak karena pandanganku menangkap sesuatu yang tidak kulihat sebelumnya. Di ujung lorong menuju ruang kerja Alex terdapat pintu lain, sebelumnya kupikir pintu itu terlihat sama dengan lainnya tapi dengan sinar matahari pagi yang terang aku bisa melihat ukiran yang menghiasi daun pintunya. Aku bisa merasakan Alex yang masih mengikutiku dari belakang saat aku berjalan menuju pintu tersebut.

"Apa ini kamar juga?" tanyaku padanya sambil mengamati ukiran rumit di pintunya yang menggambarkan hutan dan binatang-binatang di dalamnya.

"Bukan, ruangan ini hanya gudang." balasnya, "Aku juga berpikir untuk mengubahnya menjadi kamar, tapi aku belum sempat melakukannya."

"Oh ya..." kusapukan jari tanganku menyusuri ukiran yang mulai terlihat berdebu, tapi kedua mataku tidak bisa beralih dari ukiran itu.

"Apa kau mau pindah ke ruangan ini? Tempat ini lebih dekat dari ruang kerjaku." tawar Alex dari sebelahku lalu Ia membuka pintunya.