webnovel

CAROLINE

Hidup Caroline berubah 180 derajat setelah ulang tahun ke-18 nya. Mengetahui seluruh anggota keluarga angkatnya ternyata adalah werewolf masih belum cukup, Ia harus menerima kenyataan bahwa kakaknya, Alex, adalah pasangan matenya. Belum lagi kenyataan bahwa selama ini sebenarnya Ia bukan manusia biasa. Caroline adalah Leykan terakhir yang hidup, bangsa superior yang sangat ditakuti dan dibenci oleh para werewolf. Apakah Ia harus melarikan diri atau menghadapi takdir barunya?

ceciliaccm · Fantasy
Not enough ratings
252 Chs

Chapter 39

Alex mengerutkan keningnya sejenak, "Kami menduga Adler akan memilih Tanah Abu sebagai tempat perang nanti."

"Tanah Abu?"

"Tempat itu adalah salah satu wilayah netral, tapi werewolf tidak bisa mengeluarkan wujud serigala mereka di Tanah Abu." jelasnya, "Beberapa ratus tahun yang lalu terjadi perang besar antar werewolf, beberapa ribu dari kami mati di tempat itu karena perang. Saat itu musim dingin yang sangat panjang, hampir tidak mungkin untuk mengubur semua jasad korban perang di tanah yang sudah mengeras karena salju. Jadi pihak yang berwenang saat itu memutuskan untuk membakar seluruh jasad sekaligus bersamaan hingga menjadi abu. Sekarang tempat itu menjadi wilayah sakral bagi werewolf."

"Tapi kalian diperbolehkan perang di tempat itu?" tanyaku karena penjelasannya tidak terdengar masuk akal, seharusnya tempat sakral menjadi tempat yang suci dan dilindungi.

Alex mengangguk, "Jika Edward Adler mengajukan Tanah Abu menjadi lokasi perang, itu artinya kita tidak perlu melibatkan anggota pack dari masing-masing pihak... Karena satu-satunya perang yang boleh dilakukan di Tanah Abu hanyalah pertarungan sampai mati, satu lawan satu."

Kurasakan kedua mataku yang membesar karena terkejut. "Sampai... mati? Lalu satu lawan satu artinya kau akan melawan Edward Adler?"

"Siapa yang akan maju dari packnya adalah keputusannya, tapi aku yang akan maju dari pack kita." balas Alex dengan suara yang absolut, tidak akan ada yang bisa menentangnya dalam keputusan ini. "Tapi itu artinya pertandingan ini akan selesai dalam satu hari." lanjutnya dengan ekspresi suram, "Padahal tujuanku memulai perang antara pack adalah untuk mengalihkan perhatian Alpha lain darimu dan mengulur waktu lebih lama lagi... Sepertinya Edward Adler sudah menyadari rencanaku."

"Alex... apa kau sudah gila?"

Pertanyaanku kelihatannya membuatnya terkejut. "Apa kau ingin mengorbankan anggota packmu yang tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa hanya untuk mengalihkan perhatian mereka dariku? Bahkan Paman Brent yang merupakan Alpha pack ini sebelumnya tidak tahu siapa diriku sebenarnya."

"Kita tidak bisa memberitahu mereka dengan gegabah." balasnya. "Kau tahu sendiri Charmaine menyusup ke dalam pack ini karena perintah Adler."

Ucapannya membuatku kembali teringat kejadian di hutan Ripper beberapa hari lalu. Alex tidak pernah menanyakan tentang kejadian itu, tapi sepertinya Ia sudah mengetahui semuanya walaupun aku belum memberitahunya. "Apa... Apa kau sudah mengecek tempat aku... membunu—"

Alex memotong pertanyaanku, "Kau tidak perlu khawatir, aku sudah membereskannya." Kedua tangannya terkepal erat di atas meja. "Cara... maafkan aku."

"Untuk apa?" tanyaku dengan canggung.

"Sepertinya aku tidak pernah ada di sisimu saat kau membutuhkanku. Seharusnya tugasku adalah melindungimu." Ia terlihat marah sekaligus sedikit malu. "Tapi sejauh ini yang bisa kulakukan hanya minta maaf padamu."

"Alex..." aku menunggunya hingga Ia menatapku lagi sebelum melanjutkan, "Apa kau lupa aku adalah Leykan? Bahkan aku lebih kuat darimu." kataku sambil tersenyum kecil.

Alex tidak membalas senyumanku, malah ekspresinya terlihat semakin suram. "Seharusnya aku melindungimu... agar kau tidak perlu mengotori tanganmu dengan darah."

Kugigit bagian dalam pipiku untuk mengalihkan ingatanku dari Charmaine dan anggota Pack Silvermoon yang sudah kubunuh, aku hampir bisa mencium bau anyir darah saat mengingatnya. Alex menatapku dengan kedua matanya yang terlihat menderita, sekarang aku menyadari alasannya menjauh dariku beberapa hari ini. Bukan karena Ia marah atau membenciku setelah aku melarikan diri... Alex sedang menghukum dirinya sendiri.

Di dalam sejarah werewolf kakeknya tercatat sebagai Alpha yang seharusnya membunuhku, lalu takdir membalasnya dengan lelucon kejam dan menjadikanku mate Alex. Dan sekarang, Ia harus menyembunyikan mate Leykannya dari hukuman mati... Aku tidak bisa membayangkan apa yang sebenarnya dirasakan olehnya di balik topeng Alphanya.

Seharusnya aku mempercayai Alex dari awal, seharusnya aku memberitahunya tentang Vincent dan rencana kami, seharusnya kami tidak saling menyembunyikan informasi satu sama lain. Tapi penyesalan selalu datang terlambat.

"Kau tidak akan bisa selalu melindungiku, Alex." Aku tahu ucapanku terdengar tidak berarti baginya, tapi tidak ada lagi yang bisa kukatakan untuk memperbaiki semua ini. "Apa kau akan tetap melindungiku walaupun itu artinya kau harus membunuh juga?"

Alex mendongak marah saat mendengar pertanyaanku, "Cara, apa kau masih tidak mengerti juga? Tidak ada hal yang tidak akan kulakukan untuk bisa melindungimu, bahkan nyawaku sekalipun."

"Mengapa?" tanyaku dengan suara pelan. "Kau ingin menebus dosa kakekmu?"

Seketika ekspresi bersalah menghantui wajahnya, Alex memalingkan wajahnya untuk menyembunyikannya tapi aku sudah melihatnya dengan jelas. Kedua mataku terasa panas saat menatapnya. Ternyata sampai kapanpun kami akan dihantui oleh masa lalu itu.

"Apa..." suaraku terdengar tercekat saat berbicara lagi, "...hubungan mate bisa dibatalkan?"

Alex menoleh ke arahku dengan cepat, "Tidak!" Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku melihat ekspresi takut di wajah Alex dan Ia tidak menyembunyikannya. "Jangan pernah mengatakannya. Aku akan melakukan apapun, tapi jangan pernah berpikiran tentang hal itu, Cara."

"Alex..." Entah kenapa melihatnya seperti ini membuatku sedikit panik. "Aku tidak bermaksud—"

"Jangan."

Aku berdiri dari kursiku lalu berjalan memutari mejanya hingga berada di sisinya, pandangan Alex yang terkejut mengikutiku tanpa berkedip. Aku sedikit membungkuk di sebelahnya lalu berbisik padanya, "Alex, aku tidak akan lari lagi. Maafkan aku jika aku membuatmu berpikir seperti itu."

Kedua mata coklatnya berubah sedikit keemasan saat tertuju padaku hingga atmosfer di antara kami berubah menjadi lebih intens. Mengapa hubungan kami berubah menjadi seburuk ini? Aku ingin kembali pada Alex yang dulu lagi... Aku tidak ingin melihatnya berubah menjadi dingin dan menjauh dariku.

"Aku ingin menciummu." katanya tiba-tiba dengan suara rendah yang sedikit bergetar. Ucapannya membuatku membeku sejenak, sebelum aku sempat menanggapinya Alex menangkup wajahku dengan kedua tangannya. Wajahnya semakin mendekat lalu Ia menutup kedua matanya dan menciumku. Sama seperti suaranya, bibirnya juga sedikit bergetar saat menyentuh bibirku. Ia menciumku dengan lembut seakan sedang mencium sesuatu yang sangat berharga. Aku dapat merasakan nafasnya yang panas di pipiku sementara jari-jarinya menyusuri wajahku perlahan. Kukalungkan kedua tanganku di lehernya lalu duduk di pangkuannya. Samar di tengah ciuman kami aku mendengar erangan tertahan dari Alex, kubuka kedua mataku perlahan lalu menjauhkan wajahku untuk menatapnya tapi Alex masih memejamkan matanya dengan erat. Ekspresi wajahnya terlihat kesakitan.

"Alex?"

Sepasang mata amber keemasan terbuka perlahan dan menatapku dengan tajam, aku ingat Alex pernah mengatakan padaku saat warna matanya berubah keemasan itu artinya sisi serigalanya lebih dominan daripada sisi manusianya. Saat ini warna coklat di matanya hampir tidak terlihat.

"Milikku." katanya dengan geraman yang membuat bulu halus di tengkukku meremang. Kedua tangannya menahan pinggangku saat aku akan turun dari pangkuannya. Alex membenamkan wajahnya di leherku lalu mengendus tempat Ia pernah menggigitku sebelumnya.

"Alex..."

Bibirnya bergerak menyusuri leherku dengan sangat perlahan. Kedua tanganku berada di dadanya awalnya karena aku ingin mendorongnya menjauh tapi sekarang pikiran itu sudah menguap begitu saja. Aku dapat merasakan debaran jantungnya di telapak tanganku.

"Milikku." ulangnya lagi dengan suara yang dalam dan janggal karena bercampur dengan geraman. Samar-samar aku bisa merasakan giginya menyusuri pangkal leherku, sebelum aku menyadari apa yang akan Ia lakukan... Alex menggigitku.

Bibirku terbuka lebar karena terkejut, "Alex!" kucengkeram kemejanya karena rasa sakit yang tiba-tiba kurasakan. Dengan cepat rasa sakit itu berganti menjadi rasa hangat yang menyelubungi tubuhku, kuhela nafasku untuk meredakan debaran kencang jantungku dan segala perasaan campur aduk yang kurasakan saat ini.

Alex menjilat darah dari gigitannya lalu kembali menciumnya dengan lembut. "Maafkan aku." katanya tiba-tiba dengan nada bersalah yang serak, suaranya sudah hampir kembali normal. Tapi kedua tangannya masih mencengkeram pinggangku dengan erat hingga aku tidak bisa bergerak.

Kusandarkan pipiku di atas kepalanya dengan sedikit lemas, membiarkan sisi serigala Alex mencium tanda gigitan di leherku hingga Ia puas. Sebuah senyuman kecil terukir di wajahku tanpa bisa kucegah lagi.

Chapter ini special untuk Maikhaaaa, terimakacih udah nungguin dan semangatin! Maaf terlambat ya manteman ;(

ceciliaccmcreators' thoughts