webnovel

Careless Youth and Perfectionist CEO

Han Sung Woo merupakan seorang pemuda ceroboh berusia dua puluh lima tahun yang berkerja sebagai staff keuangan di perusahaan brand kecantikan. Selalu menerapkan gaya hidup sederhana dengan tinggal di sebuah apartemen yang memiliki biaya rendah perbulannya, bersama putri dari kakak perempuannya yang masih berusia lima tahun. Hampir kehilangan pekerjaan karena sikap cerobohnya tersebut yang membuat dirinya harus berurusan dengan sang CEO di tempatnya berkerja yang sama sekali tidak menyukai sebuah kesalahan sekecil apapun. Beruntung sebelum dirinya kehilangan pekerjaan, hal baik pun datang yang perlahan membawa dirinya dan sang CEO menjadi dekat satu sama lain.

DGiunia · Urban
Not enough ratings
2 Chs

Prolog - Careless Youth and Perfectionist CEO

Plak!

Suara tamparan yang terdengar begitu nyaring menggema di dalam sebuah ruang keluarga dimana membuat lima orang yang berada di sana meringis pelan dengan tatapan mata yang terarah pada seorang pria paruh baya dengan tangan yang masih berada di udara dan seorang pemuda bertubuh mungil yang kini sudah tersungkur diatas karpet dengan sebelah pipinya yang memerah.

"Kau! Berani-berani nya kau berkata lancang seperti itu di hadapan ayah mu!" Ucap sang pria paruh baya dengan nada tinggi, menatap pemuda yang tersungkur di depannya dengan tatapan tajam.

"Jadi ini balasan yang kau berikan pada kedua orang tua mu dan kedua kakak mu setelah apa yang kami berikan kepada mu selama ini?! Kasih sayang, pendidikan, finansial, fasilitas memadai dan kau membalasnya dengan menunjukan jika kau memiliki kekasih seorang pria?!" Ucap pria paruh baya itu dengan nada semakin tinggi.

"Apa kau sama sekali tidak merasa malu dengan apa yang sudah kau lakukan saat ini?! Han Sung Woo! Jawab pertanyaan ayah mu ini!"

Suasana hening yang begitu sangat tegang kini mengudara didalam ruang keluarga itu.

Pemuda yang masih tersungkur di atas karpet pun langsung mengangkat kepalanya untuk melihat langsung kedua manik mata pria paruh baya itu dengan sorot mata tajam terpancar dari kedua manik matanya.

Pria paruh baya yang melihat tatapan tajam dari pemuda itu balas melayangkan tatapan tajam.

"Hah! Jadi kau sudah berani balas menatap ayah mu dengan sorot tajam?! Kau benar-benar sudah di perbudak oleh pria itu!" Seru sang pria paruh baya dengan nada yang semakin tinggi.

Perempuan paruh baya yang tidak tega melihat sang suami yang tengah memarahi putra bungsunya pun kini melangkahkan kakinya untuk menghampiri sang suami dan membujuknya untuk berhenti melukai putra mereka.

"Sayang, sudah hentikan. Kau tidak perlu menggunakan kekerasan pada putra kita."

Sang pria paruh baya yang merasakan usapan pada lengannya dan juga mendengar perkataan sang istri pun kini menolehkan kepalanya.

"Apa putra kita? Aku sama sekali tidak pernah mengingat jika aku sudah membesarkan seorang homosexual di rumah ini! Bagaimana kau masih bisa menyebutnya sebagai putra kita?"

Air mata menetes membasahi wajah sang perempun paruh baya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh sang suami.

"Kau tidak boleh berkata seperti itu sayang. Bagaimana pun juga Sungie-yah adalah putra kita. Kita tidak boleh menyalahkannya seperti ini, mungkin memang kita yang kurang ketat memperhatikan Sungie-yah sehingga dirinya menjadi seperti ini."

Dengusan sinis keluar dari bibir sang pria paruh baya dan kini sebelah tangannya terulur untuk mengambil sebuah map cokelat dan melemparkannya pada sang pemuda sehingga isi yang ada di dalam map cokelat itu pun bertebaran keluar.

"Kurang ketat katamu? Kurang ketat bagaimana lagi kita dalam mengawasi kelakuannya?! Meski kita sudah menasihati, memantau dan memperkerjakan para bodyguard untuk menjaganya, dirinya masih bisa untuk bermesraan dan bercumbu dengan kekasih pria nya?!"

Perempuan paruh baya itu menatap nanar isi dari map cokelat itu yang bertebaran dan ternyata adalah kumpulan foto yang berisikan sosok putranya bersama dengan pria lain yang tengah bermesaraan.

"Kau lihat sendiri bukan sekarang semua foto-foto yang sudah di ambil oleh orang suruhan kita untuk mengikuti apa yang dilakukan olehnya! Apa kau masih bisa, tanpa rasa malu menyebutnya sebagai putra mu??!"

Suasana hening kembali menyelimuti ruang keluarga itu, membuat sang pemuda yang masih tersungkur diatas karpet kini perlahan beranjak dari duduknya, membuat semua orang yang berada disana kini melayangkan tatapan mata kearahnya.

"Bagaimana pun juga aku akan tetap memilih hubungan ku dengan kekasih ku. Meski kalian semua menentang dengan hubungan yang tengah kami jalani saat ini!" Ucap sang pemuda, membuat semua orang yang berada disana membulatkan kedua mata mereka terkejut, tidak terkecuali kini sang pria paruh baya yang semakin melayangkan tatapan tajam pada pemuda itu yang juga tengah melayangkan tatapan tajam kepadanya.

"Jadi kau ingin tetap bersikeras menjalin hubungan dengan pria itu?Jika ya, maka aku tidak akan segan untuk mencoret nama mu dari keluarga ini dan kau sudah bukan lagi menjadi bagian anggota keluarga ini!"

Sang perempuan paruh baya serta keempat orang lainnya yang berada didalam ruangan itu semakin membulatkan kedua mata mereka mendengar perkataan yang di ucapkan oleh pria itu.

Sang pemuda yang mendengar apa yang dikatakan oleh pria itu pun mengulaskan seringai diwajahnya.

"Baiklah, aku sama sekali tidak keberatan dengan apa yang kau katakan tadi."

Desisan sinis pun keluar dari bibir pria paruh baya itu.

"Aku tidak pernah main-main dengan apa yang sudah ku katakan!" Gretak sang pria paruh baya menatap tajam pemuda itu.

Sang pemuda pun menaikan sebelah alisnya dengan seringai yang masih tercetak diwajahnya.

"Aku juga tidak pernah main-main dengan perkataan ku sendiri!"

Kini sang pemuda itu pun mengulurukan sebelah tangannya untuk merogoh saku jaketnya dan mengelarkan sebuah kunci motor dan mobil, meletakannya diatas meja yang ada disana. Lalu sebelah tangannya kembali terulur untuk merogoh saku celananya, mengambil dompetnya dan mengeluarkan beberapa kartu kredit miliknya dan meletakannya diatas meja itu juga.

"Aku sudah meletakan semua kartu dan kunci kendaraan yang kau berikan kepada ku sebagai fasilitas yang kuterima di keluarga ini." Ucap sang pemuda yang kini kembali melayangkan tatapan tajam kearah sang pria paruh baya.

"Mulai saat ini aku Han Sung Woo sudah bukan lagi bagian dari keluarga ini dan berhentilah untuk mengusik kehidupan ku lagi!"

Setelah mengatakan hal itu, pemuda itu pun berjalan melewati pria paruh baya itu, membuat perempuan paruh baya langsung memanggil namanya dengan nada bergetar.

"Sungie-yah, berhenti! Kau tidak serius dengan apa yang kau katakana bukan? Kau masih tetaplah putra bungsu ku!" Ucap sang perempuan paruh baya yang saat ini sudah memegang pergelangan tangan pemuda itu.

Sang pemuda yang pergelangan tangannya di genggam oleh perempuan paruh baya pun dengan lembut melepaskan cengkaraman tangan itu lalu menggelengkan kepalanya.

"Kali ini aku benar-benar serius dengan perkataan ku Eomma. Jika Appa menentang hubungan ku dengan kekasih ku, maka ini adalah satu-satu nya cara agar aku bisa hidup bahagia dengan kekasih ku." Ucap sang pemuda yang membuat sang perempuan paruh baya langsung menggelengkan kepalanya kuat.

"Tidak, kau tidak perlu sampai melakukan hal ini Sungie-yah. Eomma akan membujuk Appa mu agar merestui hubungan kalian bedua, eomma mohon kau jangan pergi dari rumah ini Sungie-yah." Bujuk sang perempuan paruh baya yang di balas dengan gelengan kepala oleh sang pemuda.

"Tidak eomma, aku akan tetap pergi dari rumah ini. Eomma harus menjaga kesehatan eomma selama aku tidak ada dirumah. Aku akan hidup dengan baik bersama kekasih ku, jadi eomma tidak perlu khawatir pada ku." Ucap sang pemuda lalu kini dirinya kembali melangkahkan kakinya untuk kelauar dari ruang keluarga itu, meninggalkan sang perempuan paruh baya yang terus memanggil namanya sambil menangis tersedu-sedu.

Sedang kan pria paruh baya yang melihat sang pemuda itu sudah keluar dari ruang keluarga dan sang istri yang kini masih nangis tersedu-sedu di dalam pelukan putrinya pun mengepalkan kedua tangannya kuat dan melayangkan tatapan tajam kearah foto-foto yang tersebar di atas karpet.

"Hapus semua akses Han Sung Woo dirumah ini, termasuk kartu kredit dan kartu debitnya! Bagaimana pun juga mulai saat ini dirinya sudah bukan lagi menjadi bagian dari keluarga ini!"