1 Caraku, Mencintaimu

Suara alarm dari ponsel berdering. Bagi seorang muslim di Negara yang memiliki minoritas sebagai kaum Muslim memang harus memiliki waktu untuk pengingat sendiri.

Seorang wanita berusia 20 tahun terbangun mematikan alarm ponselnya. Turun dari ranjang, dan perlahan melihat sekeliling kamarnya. Ia tersenyum melihat seorang lelaki yang dicintainya masih tertidur nyenyak dengan wajah bersinarnya. 

Pria itu adalah suaminya, bernama Naufal Ali berusia 31 tahun. Lalu, siapa wanita itu? Ya! Dia adalah Yoona moon. Wanita berdarah Korea ini telah menikah dengan pria dengan karakter dingin dan religius. 

"Kak, sudah bangun?" tanya Yoona berusaha manja.

"Em," jawab Naufal. "Aku wudhu dulu." Naufal turun dari ranjangnya. 

Sudah tiga bulan usia pernikahan mereka. Namun Naufal, masih saja memperlakukan istrinya seperti seorang adik. Bahkan, Naufal juga belum pernah menyentuh sang istri sama sekali. Mereka memang tidur dalam satu kamar dan satu ranjang. Akan tetapi, hanya tidur dan saling mempalingkan badannya ke sisi berlawanan. 

Yoona adalah adik angkatnya. Sejak usianya menginjak 9 tahun, Yoona diadopsi oleh orang tua Naufal kalau itu. Yoona seorang yatim piatu, yang di rawat oleh Bibinya yang kejam. 

Kakak Naufal yang berprofesi sebagai dokter lulusan satu universitas di Seoul merawat Yoona saat itu. Ia menderita sakit parah dan harus di larikan di rumah sakit. Sehingga bertemu dengan Kakak dari Naufal, yang kini menjadi kakak iparnya. 

Selesai sholat dan mandi, Naufal segera merapikan barang-barangnya yang hendak ia bawa ke restoran. Dia adalah pemilik dari restoran terkenal di Kota yang ditinggali saat ini. Sedangkan Yoona sudah bersiap hendak ke kampus dan menunggu Naufal untuk sarapan bersama. Naufal keluar dari kamarnya membawa beberapa barangnya. 

"Kak, kakak mau sarapan pakai apa? Roti, sayur, apa nasi goreng?" tanya Yoona dengan wajah sumringah.

"Sayur saja!" jawab Naufal singkat.

Naufal juga mengamati cara berpakaian istrinya dari atas sampai bawah. Kala itu, Yoona tengah menyiapkan sarapan untuknya perasaan bahagia. Meskipun Naufal bersikap sangat dingin kepada sang istri, namun Yoona tetap berusaha lembut kepada dirinya. 

"Kamu kuliah pakai baju itu?" tanya Naufal.

"Iya, kenapa? Ada yang salah, ya, kak?" tanya Yoona kembali.

Naufal meminum tehnya. Lalu berkata, "Aku tidak keberatan jika kamu memakai celana ke kampus. Tapi dengan jeans … ganti!" tegas Naufal merasa kesal.

"Ini lagi trend, loh, kak. Masa nggak boleh, sih?" ucap Yoona dengan nada manja.

"Terserah kamu," Naufal memalingkan wajahnya. "Jika kamu masih menghargai aku, tolong ganti. Tapi, kalau tidak … ya, terserah!" Naufal masih saja tidak terima jika istrinya memakai pakaian yang ketat. 

"Aku sarapan di restoran, assallamu'alaikum!" tukas Naufal langsung pergi.

"Wa'alaikumsallam." jawab Yoona dengan lemas. 

Akan tetapi, sebelum Naufal pergi, ia tetap mengulurkan tangannya agar Yoona dapat mencium tangannya. Hal itu selalu ia ingat dari pencerahan saudara kembarnya di desa sana.

Ya, Naufal memiliki saudara kembar di desa. Naufal memiliki dua kakak, kakak kandungnya bernama Fatimah dan kakak keduanya bernama Adam. 

Yoona tahu betul jika suaminya peduli dengannya. Tapi, cara yang Naufal lakukan itu salah bagi Yoona. Ia merasa suaminya jauh lebih dingin sejak istri pertamanya meninggal. Istri pertama Naufal memberikan amanah kepada Naufal untuk menikah lagi dengan Yoona sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. 

"Kak Naufal kok seperti itu ya sekarang. Kami sekarang benar-benar sangat jauh. Dulu, waktu aku kecil … padahal, dia yang paling sayang padaku." gumam Yoona, meneteskan air matanya. 

Bukan hanya dingin. Naufal juga selalu menyendiri ketika di rumah. Tak ada keharmonisan dalam rumah tangga mereka. Meski begitu, Yoona tetap berusaha bertahan, berharap jika suatu saat nanti, Naufal akan jatuh cinta dengannya.

Yoona segera masuk ke kamar dan mengganti pakaiannya mengenakan apa yang suaminya inginkan. Ia juga bergegas menyiapkan bekal dan mengirimkan ke restoran suaminya dan ingin meminta maaf. Bahkan dirinya sendiri sampai belum sempat sarapan.

"Kasihan Kak Naufal. Dia belum sarapan. Aku akan mengirimkan sarapan ini ke restoran. Siapa tahu, melihat aku sudah berganti pakaian seperti ini, dia tidak lagi marah denganku." gumam Yoona dengan senyum yang indah terlukis di bibirnya. 

***

Ketika di kereta bawa tanah, Yoona tidak sengaja bertemu dengan Nai dan teman-temannya. Nai ini adalah teman dari kakak ipar Naufal. Suami dari kakak Naufal yang menjadi dokter dan mengusulkan adopsi Yoona 11 tahun yang lalu. 

"Kak Nai, mau kemana? Kok, tumben naik kereta?" tanya Yoona dengan lembut. Ibu Nai juga dari Indonesia, jadi ia bisa berbahasa Indonesia seperti Yoona.

"Oh kamu. Aku mau ke suatu tempat. Kamu sama siapa? Suamimu mana?" Nai dengan mata yang mencari-cari.

"Aku berangkat lebih pagi, jadi Kak Naufal--" jawaban Yoona terputus.

Sebenarnya Nai sendiri sudah mengetahui ada yang tidak beres dengan Yoona. Tapi, ia tahu jika itu bukanlah urusannya. Mereka berbincang masalah lainnya.

"Suamimu pasti sibuk. Biasa kalau di pagi hari restoran … ya begitulah. Em, kalau begitu aku duluan ya, aku turun di stasiun setelah ini," ucap Nai berhati-hati. 

"Iya, Kak. Hati-hati, ya!" Yoona masih saja tersenyum tulus dengan orang lain. 

Tak lama kemudian, setelah stasiun kedua, Yoona turun. Sesegera mungkin, ia berlari ke restoran agar tidak terlambat membawakan sarapan untuk suaminya.

Sesampainya di restoran, Yoona melihat pemandangan yang mampu melukai hatinya. Dimana ia harus melihat suaminya tengah makan bersama dengan seorang karyawan restoran sana.

Yoona sangat terburu-buru mengantarkan makanan untuk suaminya. Sampai-sampai, ia terjatuh dan lututnya terluka. Namun yang ia lihat, Naufal sedang sarapan bersama beberapa karyawannya di resto.

"Dia bisa tertawa lepas seperti itu dengan yang lain? Apakah aku ini bencana baginya? Kak Naufal, aku mencintaimu kenapa kau--" Yoona meneteskan air mata.

"Nona Yoona, kau disini? Masuklah!" sambut salah satu pegawai resto yang baru saja sampai.

"Tidak, sebaiknya. Kamu bawa saja makanan ini untuk Kak Naufal. Aku terburu-buru soalnya. Tolong, bisakan?" lagi-lagi Yoona harus berbohong dengan hatinya. 

Karyawan itu mengambil rantang yang diberikan oleh Yoona. Yoona tidak ingin merusak senyum suaminya saat itu. Ia hanya memberikan kotak makannya kepada pegawai resto tersebut. Kemudian langsung pergi berlari ke halte bus, berangkat ke kampus.

Karyawan itu masuk masih dengan melihat ke arah Yoona yang terus berlari kencang menjauh dari restoran. Naufal menyadari bahwa rantang yang ada di tangan karyawannya adalah milik istrinya. 

Ia pun mendekati karyawan itu seraya bertanya, "Ini …."

"Oh, ini milik Nona Yoona, Tuan. Untuk anda," jawab karyawan itu memberikan kotak makannya.

"Lalu, dimana dia sekarang? Kenapa kau yang membawanya?" tanya Naufal lagi. 

"Baru saja pergi, Tuan. Nona bilang, dia sudah terlambat dan harus cepat sampai kampus." jawab karyawan itu, kemudian meninggalkan Naufal bersama dengan rantangnya. 

Naufal membawa rantang tersebut ke kantornya. Terus memandangi rantang itu dengan rasa bersalahnya. 

"Yoona, sampai kapan kita terus seperti ini? Apakah perlakuanku selama ini belum cukup untuk melukai hatimu?" batin Naufal.

"Aku belum siap dengan pernikahan ini. Kenapa kau tidak meninggalkanku, Yoona? Kau membuatku merasa bersalah dengan perlakuanku kepadamu" imbuhnya.

Pernikahan itu memang tak pernah Naufal inginkan sebelumnya. Siapa yang tak terluka jika usai ijab qobul, sang istri menghembuskan nafas terakhirnya dan malah meminta dirinya untuk menikahi adik angkatnya sendiri.

Mereka memang bukan sedarah dan tetap boleh menikah dalam syariat. Akan tetapi, bagi Naufal, Yoona tetaplah adiknya yang tak bisa ia cintai sebagai seorang istri.

"Bagaimana caraku, mencintaimu?" batin Yoona dan Naufal dalam satu waktu. 

avataravatar
Next chapter