2 Drama Pagi

"Don't touch me!" Ulang Kayra, ini sudah kali ketiga ia mengatakan hal yang sama, hanya saja kali ini, nada bicara nya lebih tinggi daripada sebelumnya.

Hal seperti ini sudah bukan hal yang baru lagi bagi siswa dan siswi di sekolah itu. Kejadian seperti ini setiap hari terjadi tanpa pernah absen.

"Give me a morning kiss, Baby!" Ucap Bian sambil menarik sudut bibirnya nya ke atas membentuk senyum sinis.

Namanya Febian Dirga Saputra, salah satu pangeran yang di idamkan kaum hawa di sekolah itu.

Boleh di katakan kalau Kayra dan juga Bian adalah orang yang sangat populer di sekolah. Mereka juga terkenal sebagai lawan yang cukup Sengit karena visi dan misi mereka, tiada hari tanpa bertengkar.

Selama kurang lebih enam bulan Kayra berada disini, sekalipun tak ada yang melihat dua orang itu baikan.

Kayra mendekati dirinya ke arah Bian, karena semakin ia meminta untuk dilepaskan, maka hal itu tak akan berguna sama sekali untuk Bian yang kurang belaian itu.

"Oh, jadi ini yang kamu mau? Kenapa tidak Katakan sejak tadi Bi, aku bisa memberikan nya tanpa harus membuat kita menjadi tontonan gratis seperti ini. Apakah kamu tidak lihat banyak sekali pasang mata yang menatap ke arah kita saat ini?" Ucap Kayra, ia menatap ke sekeliling nya yang saat ini sudah dipenuhi dengan siswa dan siswi yang mungkin tak pernah absen melihat drama mereka berdua itu.

Melihat akhirnya Kayra mengalah itu, membuat Bian tersenyum. Ternyata saran dari Putra, yang mengatakan bahwa wanita seperti Kayra ini harus sedikit dikeraskan agar ia tahu akan sebuah rasa takut.

Dengan cepat, Bian langsung mengangguk kan kepalanya sambil tersenyum.

Semakin dekat, Kayra terus berjalan untuk mengikis jarak antara mereka berdua.

Orang yang melihat itu terus saja menebak apa yang akan terjadi selanjutnya, apakah Kayra akan memberikan ciuman kepada Bian seperti mana yang diinginkan oleh laki-laki itu.

Jika itu terjadi, maka Kayra akan dibenci dengan permanen oleh seluruh kaum hawa yang sangat memuja Bian itu.

Tapi, tidak segampang itu furgoso. Jika Bian bisa mendapatkan apa yang dia inginkan dengan mudah seperti ini, maka itu akan terlihat begitu membosankan sekali untuk drama yang dimainkan kali ini. Sepertinya harus ada sesuatu yang ekstrim sedikit.

Plakk,

Sebuah tamparan mendarat dengan sempurna di pipi putih Bian hingga membuat semua orang langsung melebarkan matanya, tak terkecuali Bian dan juga Putra serta Angga, yang merupakan sahabat sejatinya. Dimana ada Bian pasti akan ada Putra dan juga Angga. Mereka seperti orang yang tak bisa dipisahkan.

Gambar tangan Kayra terlihat jelas di wajah ganteng Bian.

"Bagaimana? Enak bukan, morning kiss nya?" Ucap Kayra, ia menarik sudut bibirnya ke atas dan kemudian menarik tangan yang sejak tadi ditahan oleh Bian itu.

Ranti yang berada di belakangnya itu merasa begitu gugup dengan kejadian yang baru saja terjadi.

"Ayo Ran," ucap Kayra dan kemudian pergi meninggalkan tempat kejadian itu Dan juga Bian yang masih syok ditempat nya.

Ranti tak mengatakan apapun, ia berjalan di belakang Kayra yang sudah lebih dulu meninggalkan area drama itu.

Siswa dan siswi disitu menyebut perdebatan antara Kayra dan juga Bian adalah drama.

"Apalagi yang kalian liat huh? Bubar!" Ucap Putra mengusir semua orang yang ada disana. Sudah cukup mereka jadi tontonan gratis untuk pagi ini.

"Lo nggak apa-apa Bi?" Tanya Angga.

Bian masih belum sadar, ia menatap Kayra yang kini sudah hilang dari pandangan matanya. Rasa syok itu masih ada.

Putra datang menghampiri mereka berdua, ia menepuk punggung Bian untuk menyadarkan sahabatnya itu.

"Bi, Lo nggak matikan karena tamparan dari Kayra itu?" Tanya Putra, ia sedikit khawatir dengan keadaan Bian saat ini.

Diantara mereka bertiga, Putra merupakan orang yang paling sinis. Namanya Putra Arga Nata. Putra sulung dari pasangan donatur di sekolah ini.

Sementra Angga, ia adalah orang yang sangat irit bicaranya, namun jika sudah dekat ia akan menjadi orang paling humoris dan penuh kasih. Nama lengkap nya Angga Pratama Diandra. Selain orang tuanya juga merupakan donatur di sekolah ini, orang nya juga merupakan orang kaya di negeri ini.

"Nggak lah! Masa iya gue mati hanya karena tamparan yang kayak gitu doang." Jawab Bian, hatinya merutuki apa yang terjadi saat ini.

"Gila Kayra itu, makin lama makin ngelunjak banget dia. Apa Lo nggak mau cari target lain aja untuk bermain? Nggak usah Kayra deh, dia itu kasar!"

Bian menggelengkan kepalanya, meskipun Kayra kasar tapi entah kenapa hanya Kayra lah yang ia inginkan.

"Gue nggak mau yang lain, gue maunya Kayra. Dan gue akan buat wanita itu berlutut di hadapan gue minta gue balas cintanya." Jawab Bian dengan penuh keyakinan. Jika ia sudah bertekad maka semuanya itu harus terjadi. Tak peduli apapun itu, ia harus bisa membuat Kayra tunduk.

Apa yang terjadi hari ini akan ia perhitungkan nantinya dengan Kayra. Lihat saja nanti ketika Semuanya sudah bisa ia kuasai. Sekarang nikmati saja apa yang terjadi hari ini, sebuah kemenangan yang tak ada taranya karena berhasil menunjukkan betapa hebatnya dirinya itu di hadapan semua orang.

Angga yang berada di samping kiri Bian sama sekali tak mengatakan apapun, ia hanya diam saja karena dalam keadaan seperti ini, bicara pun rasanya akan percuma sekali.

Lagian ia tak ingin terlibat dalam masalah ini, biarkan saja Bian menyelesaikan semuanya sendiri.

Kring..kring.. kring

Suara bel berbunyi dengan nyaring hingga ke seluruh sudut sekolah menandakan bahwa pelajaran akan segera dimulai.

"Ayo kita masuk kelas, udah waktunya untuk masuk." Ucap Bian memberikan aba-aba kepada sahabatnya itu.

Baik Putra maupun Angga hanya menganggukkan kepalanya saja dan kemudian mereka berdua berjalan untuk meninggalkan tempat dimana tadi terjadi nya drama.

Apakah kalian pikir Bian akan menerima semuanya begitu saja?

Jiak iya, maka jawaban adalah salah. Saat ini, laki-laki itu telah memiliki sebuah ide yang sempurna di otaknya untuk membalas Kayra nanti.

Setelah ini, Kayra akan tahu siapa orang yang ia ajak untuk bertengkar itu.

"Lihat saja Nanti Kay, aku akan mengajarimu arti sebuah kata penyesalan setelah ini. Tunggu saja waktunya, dan aku yakin kamu akan benar-benar terpana dengan semuanya itu." Gumam Bian dalam hatinya.

Sepanjang perjalanan menuju ke dalam kelas, ia mengembang kan senyuman nya itu.

Memikirkan semua rencana yang akan ia lancarkan setelah ini saja, membuat Bian sudah bahagia, apalagi jika semuanya itu terjadi, rasanya ia seperti mendapat kan double kebahagiaan.

avataravatar
Next chapter