webnovel

Hutan Mayat

Rarvis tak menyangka jika Pandora juga memiliki pengikut di dunia ini. Orang-orang bodoh yang menyembah Pandora untuk mendapatkan kekayaan yang hanya sementara. Pesugihan? Orang-orang sini biasanya menyebutnya seperti itu.

Bangunan tua paling ujung berdekatan dengan hutan begitu menyeramkan. Mayat-mayat bergelantungan disetiap pohon hutan tersebut, ada yang sudah membusuk dan ada yang masih baru saja dibunuh.

Kertas-kertas permintaan berada dimulut mayat-mayat tersebut, ada yang meminta naik jabatan dalam pekerjaannya, ada yang menginginkan uang, dan masih banyak lagi yang membuat Rarvis tak bisa berkata-kata.

Manusia lebih berbahaya, Sekarang Rarvis mempercayai kata-kata tersebut.

" Hei kau!" Monster besar dengan kulit hijau serta rambut tebal yang menjuntai hingga ketanah itu menatap kearah Rarvis yang begitu kecil di hadapannya. " Siapa yang menyuruh mu untuk memasuki wilayah kekuasan ku? "

Sihir Kegelapan berusaha menyelimuti Rarvis, bisikan menggoda selalu menghantui pendengaran Rarvis. Namun, Rarvis berusaha menahannya, Dia tak ingin terperdaya dalam sihir kegelapan.

" Oh, bukankah kau Raja terdahulu? aku pernah mendengar kisah mu yang begitu luar biasa. Banyak yang bilang jika permainan pedang mu mengesankan, tetapi sayangnya sekarang kau terlihat begitu lemah di hadapan ku " Monster itu tertawa dengan keras. " Karena hari ini aku lapar, bagaimana jika aku memakan roh mu saja? "

Rarvis tersenyum kearah monster itu, " Aku belum pernah membunuh makhluk aneh seperti mu " Rarvis yang diselimuti sihir hitam menatap Monster itu, suara sedingin es. " Jadi, aku akan berusaha dengan tubuh kecil ini untuk memenggal kepala besar mu itu "

Husss! Tangan Kanan Rarvis menggenggam pedang naga air dan dia juga memegang pedang black cobra di tangan kirinya.

" Pedang Dewa Naga air dan Dewa Black Cobra? Ternyata legenda tentang Dewa naga air dan Dewa black cobra benar-benar nyata. " Monster itu menatap Rarvis dengan mata besarnya, dia melangkah kedepan, menginjak tanah dengan santainya. Satu kaki terangkat, berada tepat di atas Rarvis. " Kau akan ku bunuh dengan sekali hentakkan! ".

Bruaghhh!

Sebelah kaki monster itu terbelah begitu mudahnya oleh Rarvis, seakan membelah sebuah semangka. Sihir Cahaya yang mengelilingi pedangnyalah yang membuat kaki monster itu mudah untuk dipotong.

Syattt! Rarvis menghunuskan pedangnya, berputar layaknya seorang penari yang mengenakan jubah panjang layaknya bangsawan. Hembusan angin begitu terasa saat Rarvis melakukan teknik berpedangnya.

Bruagh! Dia terjatuh di hadapan Rarvis, Bumi bergetar. Rarvis mendarat dengan mulus tepat dipungging besar monster tersebut. Menatap lurus kearah leher monster besar itu, " Tenanglah, aku harus memenggal kepalamu ini dalam sekali tebasan " Suara sedingin es, menusuk hingga seluruh tubuh monster itu bergetar ketakutan.

Shutt! Darah berwarna ungu mengakir begitu derasnya saat Rarvis berhasil memenggal kepalanya. Melompat turun saat melihat Emran yang berlari tergesa-gesa.

" Kau mengkalahkan nya? sendirian? " Tanya Emran tak percaya, menatap kepala monster tersebut yang berada didepannya.

Menendangnya pelan memastikan jika monster itu benar-benar mati. " Kau hebat sekali, yang mulia " Puji Emran.

Rarvis tak menjawab, dia membersihkan pedangnya menggunakan kain bersih yang berada di saku celana hitamnya. Sedikit memperbaiki gaya rambutnya yang berantakan.

Rarvis dan Emran memutuskan untuk mengikuti jalan kecil menuju hutan yang tidak terlalu jauh dari lokasi mereka. Hutan yang dipenuhi oleh mayat.

Hutan yang hanya berukuran kilometer persegi. Pohon-pohon begitu rapat menutupi cahaya matahari untuk menyinari hutan.

" Pohon-pohon ini menyimpan energi sihir kegelapan yang sama seperti Pandora " kata Emran saat menyentuh batang pohon disamping nya.

Wussh! Emran melompat, menaiki batang pohon besar untuk melihat situasi saat ini dari atas. Rarvis mendongak, menatap Emran yang tengah mengawasi sekitarnya di atas sana.

" Di depan sana ada mansion besar yang tak terawat, apakah kita harus memeriksanya? " Teriak Erman.

Rarvis menganggukan kepalanya sebagai persetujuan. Emran mendarat dengan mulus dihadaoan Rarvis. Mereka berdua berjalan beriringan menuju mansion yang terdapat ditengah hutan mayat.

Mansion besar tak berpenghuni, bahkan pagarnya sudah rapuh dimakan usia. Mereka melangkah masuk kedalam tanpa rasa takut.

Trang! Trang! Suara kerikil yang jatuh dari atas, Emran seketika mengernyit. Kerikil yang begitu aneh, jatuh dari atas mereka. Seketika Emran mengeluarkan mantra pelindung dari serangan dadakan yang berasal dari lantai atas.

Trak! Suara pedang yang berbenturan dengan dinding pelindung milik Emran. Pelaku mendarat dengan sempurna di hadapan mereka, manik merahnya mengawasi pergerakkan Emran dan Rarvis yang ada didalam dinding pelindung.

Surai pirang bergerak saat angin memasuki melalui celah jendela yang sudah pecah. Zirah emas yang dikenakan Pria dihadapan mereka sudah pasti berasal dari dunia mereka. Dia pastinya seorang Ksatria.

" Jadi Monster jelek itu sudah mati? "

Berdiri dihadapan nya, Rarvis menatap dingin kearah Pria itu dengan dua pedang berada di tangan Rarvis.

Shuss! Rarvis menembus dinding pelindung milik Emran, menyerang Pria dihadapannya secepat kilat. Pria itu menghindari serangan Rarvis dengan cepat, sangat lincah bahkan membuat Emran terkagum-kagum melihat nya. Pedang Naga Air milik Rarvis memotong dada pria itu.

Hanya menggoreskan zirah emasnya saja tanpa melukai tubuh Pria itu.

Seperti permata, pedang Naga air benar-benar sangat mengagumkan.

" Sangat kuat " puji Pria itu saat melihat langsung teknik berpedang Rarvis, " Pantas saja kau terpilih menjadi seorang Raja, yang mulia Rarvis " .

Pedang pria itu berkilau saat terkena pantulan lampu, berlari dengan cepat dan berusaha memotong tubuh Rarvis. Namhn, Rarvis dengan mudahnya menghindari serangan pria tersebut .

" Siapa namamu? Setidaknya aku harus tahu nama mu " Kata Rarvis. Rarvis berputar, menikam lurus kearah belakang saat monster ada di belakangnya.

Darah ungu lagi-lagi membanjiri lantai mansion. " Kau juga bisa memanggil para monster? " kata Rarvis.

" Apa dia salah satu Anggota Ghost Knights? " Kata Emran.

Srakk! Trakk! Pria itu kembali menyerang Rarvis, tapi Emran berhasil melindungi Rarvis menggunakan pedangnya. Pria itu mendarat di atas lantai dan berbalik.

Pria itu yang menyerang Rarvis dengan kekuatan penuh menyimpan pedangnya menggunakan mantra sihir, menandakan jika dia mengakhiri pertarungan saat ini. " Namaku Nuran Rasyiq dan aku bukan Anggota Ghost Knights " Kata Rasyiq.

" Kalau bukan Anggota Ghost Knights, berarti.... " Emran lalu tertawa saat dia belum menyelesaikan perkataannya, dia nampak begitu senang dihadapan Rarvis dan juga Rasyiq, "....Kau Anggota terakhir Guardian Knights " Kata Emran sambil menunjuk wajah Rasyiq yang terkejut.

Rasyiq mengembalikan ekpresinya, dia tersenyum lalu menganggukan kepalanya pelan. " Aku sebenarnya ingin membunuh monster penjaga hutan ini, tapi sepertinya dia sudah mati " Kata Rasyiq, " sepertinya sekarang aku harus bertemu dengan anak mu, Yang mulia Rarvis " .

Rarvis menganggukan kepalanya, " Tolong, jaga putra ku. Bantu dia untuk memenangkan perang Bulan Merah kali ini " Kata Rarvis, permintaan seorang ayah.

Rasyiq tersenyum, menghilang menjadi debu emas yang begitu menyilaukan. Emran menatap Rarvis yang nampaknya begitu lega, terlihat dari wajahnya saat ini. Emran langsung merangkul bahu Rarvis, " Guardian Knights sudah terbentuk " Kata Emran.

Guardian Knights, Tugas mereka akan semakin berat.