webnovel

BUKAN SALAH JODOH

BUKAN SALAH JODOH SESI -2 AKAN DI BUAT DI BUKU BARU SAJA!!! terima kasih pengertiannya.. ***** Vino CEO kaya raya yang tinggal di penthaouse. Pemilik perusahaan, mall dan hotel mewah. Dia ingin menikahi Lisa, seorang gadis yang tidak dia kenal supaya bisa mendapatkan legalitas warisan ayahnya. Lisa yang licik tak mau menikahi Vino, pria asing yang dia tak kenal. dalam bayangannya Vino adalah si tua Bangka yang tak menarik dan pecinta wanita muda. Lisa menukar dirinya dengan Vira, sepupunya yang polos. Lisa menipu Vira agar dirinya bisa lolos dari pernikahan aneh itu. Apakah Vira bisa lolos dari jerat licik Lisa? atau dia akan bahagia bersama Vino? oh.. tentu tidak.. karena Vino bukanlah pria yang manis. Dia pria dingin yang menyebalkan.

Ayun_8947 · Urban
Not enough ratings
287 Chs

Banyak jalan menuju Roma

"Ya ampun!" Tina menutup mata, dan membalikkan badan dengan cepat. Dia segera keluar dari ruangan itu. Bi Tina mengipas diri dengan telapak tangannya, padahal jelas jelas ini ruangan ber-AC. Lisa menyusul langkah tina.

"Itu ga mungkinkan! Mana mungkin pria tampan, kaya, berpendidikan mau sama anak yatim, lusuh dan tak beretika!" Lisa manggut manggut setuju dengan kalimat mamaknya.

"Ini aneh, ada keanehan di sini!" Duga Tina dengan wajah serius. Lisa manggut manggut lagi.

"Ini ga mungkin mam, ini pasti salah!" Lisa mendorong pintu kaca sekali lagi.

mereka tak percaya dengan hubungan pernikahan mereka ?

Vira menatap dalam mata Vino, pria itu terlihat canggung dan rona merah jambu menyemburat di wajahnya, dia malu mendapat tatapan penuh arti ini di hadapan orang yang, yang rasanya begitu lain, pria itu salah tingkah

jantungnya berpacu cepat membuat irama yang bisa didengar oleh Vira

gadis itu semakin mendekatkan wajahnya, dia tersenyum mendapati tingkah suaminya yang terlihat manis itu

walau awalnya ragu Vino merasa dia memang harus melakukan ini semua dihadapan dua wanita asing tadi.

Keduanya menyembunyikan senyuman. Saling salah tingkah dan menghindari tatapan. Vira menggigit bibir kikuk. Gadis itu seakan ingin nambah cuma gimana caranya. Sementara vino menggaruk ujung hidung. Ciuman tadi kayaknya belum afdol deh. 

Ah, bodoh amat deh! Gengsi di geser dulu!

Telapak tangan vino meraih dagu istrinya.

Vira memejamkan matanya perlahan dengan senyuman kecil di bibirnya. Ah, bilang aja masih mau.

dengan perasaan tak menentu Vino sedikit membungkukkan badan dan mendekati wajah istrinya

" cups.. "

Vino mendaratkan bibirnya diatas bibir Vira, untuk kedua kali.

" oh my god ! " teriak Lisa tak percaya dan seketika tubuhnya jatuh bersandar pada mama nya

Vino melirik dengan wajah cemas, dia terkejut tapi masih melanjutkan ciuman. Mata membulat vino jelas beda dengan mata tertutup Vira yang menikmati bibir Kenyal vino, belum lagi semerbak wangi nafas suaminya, hmm.. pokoknya mah, hanyuut!

Sementara Lisa pingsan melihat adegan mereka

Pintu kembali tertutup.

"Lis, lisaaa!!"

"Lisaaa anak mamak!!" Tina panik.di luar sana sementara..

Saat membuka mata, Vira kurang suka Vino mengalihkan perhatiannya, gadis itu segera meraih kemeja suaminya dan menariknya kasar. Jaga mata anda saat bersama saya! Begitulah kira kira batin Vira. dia menggerakkan bibirnya membuat Vino larut menikmati ciuman mereka dan tak ingin lagi terganggu dengan apapun.

____

Tina melipat tangan di dada, mukanya juga terlipat kesal, sementara Lisa memijat dahinya yang mendadak pening.

"Mamak heran, kenapa si yatim itu ada di sana!" Kesal Tina masih ga percaya. "Ko bisa dia tau tauan alamat calon mantu mamak. Ko bisa mereka nikah, ko bisa gitu loh! Ga habis pikir mamak di buat sama anak sialan itu!" Lisa ga menjawab, diam seribu bahasa.

"Lis, mamak ngomong sama kau, diam aja kau!" Tina menyenggol bahu Lisa kesal. Anak perawan ya itu cuma melirik sekilas.

"Mana Lisa tau Mak! Lagian tuh orang bisa bisanya sih nikahin sembarang orang!"

"Bener! Mamak juga ga percaya. Dia ngirim kita banyak duit, pakaian, ngasih ini itu. Terus dia nikah sama si sialan itu! Kan ga masuk logika!"

Tina masih sulit percaya.

"Heran mamak, alasan aja Vira tuh kuliah padahal dia mau curi start kan, sengaja dia tuh. Kecolongan kita! Ga bisa nih kayak begini nih. Yang kayak begini harus di balas! Sampai matipun mamak ga rela!" Tina mengambil ponsel menghubungi nomor putranya. Tapi belum langsung dapat jawaban.

"Bisa bisanya Vira Nemu alamat calon mantuku, licik dia! Bisa banget dia nyari idup enak. Makanya kau bodoh Lisa! Kecolongan kan kau! Tiap mamak bilang kapan, mingdep mingdep terus kau kata!"

"Iyaa.." pasrah Lisa dengan wajah menyesal. Nasi sudah jadi bubur, menyesal selalu di belakang, kalau di depan itu mendaftar. Lisa berpangku dagu. Dia menatap jalanan ibukota.

Tau gue bakal nikah sama cowok keren super tajir kayak tadi, ga bakalan gue kasih ke Vira, bodoh! Bodoh! Bodoh! Sepuluh anak kepala desa bahkan anggota DPRD juga kalah itu mah!!

Lisa memukul kepala sendiri.

"Udah gila kau ya!" Sungut Tina membulatkan mata pada putrinya.

"Kesal aku mam! Ko bisa, ko bisa!"

"Itu pun yang mau mamak katakan, ko bisa, ko bisa anak si sialan itu ada di sana, darimana dia dapat alamat itu, dari mana dia bisa ketemu calon mantuku. Heran aku tuh! Ga habis pikir aku dibuatnya! Memang sejak lahir sudah bakat dia itu licik!" Lisa melengos. Jangan sampai Tina tau semuanya. Bisa abis dia.

"Ah, hallo Dion!" Tina berbicara di telepon.

"Dimana alamat mu, coba kau kirim lagi, mamak sudah di kota sama Lisa. Mamak akan ke tempatmu!" Tak berselang lama, ibu separuh baya itu mematikan sambungan dan menatap wajah murung Lisa.

"Sudah, kau tenang saja, kalau jodoh tak kan kemana, kalau tak jodoh harus berjodoh kau dengan dia!" Au ah gelap, suka suka mamak aja.

"Kau lihat tadi, gedungnya, mewah sangat! Ya ampun, ga salah kita pakai baju dari dia. Ga kebayang mamak kalau kita pakai baju di lemari, bisa bisa dikira peminta minta kita!" Lisa mengangguk setuju.

"Coba kalau kau yang jadi istrinya, sudah tinggal disitu kita sekarang. Tak perlu abangmu ngekos, tak perlu kita keluar naik taksi biru macam ni!" Lisa mengangguk lagi. Itu adalah impiannya sejak kecil. Jadi Cinderella.

"Tapi malah si anak itu yang dapat! Pasti dia pakai ilmu biar bisa dapat nak vino. Ga mungkin nak vino mau sama dia. Buta apa matanya"

"Benar mam, terus gimana nih mam. Kalau mereka udah nikah, terus Lisa gimana mam?" Rengek Lisa manja.

"Kau tau kenapa ada pernikahan dan perceraian?"

"Ga tau Mak!"

"Karena di dunia ga ada yang abadi. Yang sudah menikah pun belum tentu abadi. Kau masih punya jalan, selama mamak masih hidup!"

"Hah!" Lisa tak percaya.

"Kau harus ikut apa kata mamak, maka semuanya akan beres!" Lisa tercengang, tapi mengangguk juga. Ngebayangin hidup mewah bergelimang harta, apapun, apapun. Lakukan saja Mak!

Taksi berhenti.

"Bu, kita sudah sampai" ucap pak sopir. Tina mencari lihat ke depan sana, benar saja seorang pemuda melambaikan tangan.

"Nah itu abangmu!" Celetuk Tina, dia membuka pintu mobil, tersenyum sumringah.

"Maa.." Dion menyambut Tina dan Lisa. Dia segera menurunkan barang bawaan mama dan adiknya. 

Berbeda dengan wajah sumringah Tina yang bertemu putranya, Lisa malah terlihat murung dan cemberut. Dion menautkan alis bingung.

"Eh, lu kenapa!" Ujar Dion pada Lisa. Gadis itu membalas dengan cibiran bibir.

"Adikmu sedang sedih. Kau tahu, pria yang melamarnya orang terlanjur kaya. Tapi Vira malah merebutnya!"

"Hah!!" Dion tak percaya dengan kalimat cepat dari bibir mama nya.

"Iya, gara gara gadis ini mengulur waktu, tau tau, vino sudah menikahi Vira!" Kesal Tina melirik Lisa sinis.

"Apa!!" Dion setengah berteriak.

"Ya, adikmu gagal dapat orang kaya.." jelas Tina.

"Bukan, bukan itu ma. Tapi siapa yang menikah?"

"Vira!"

".." Dion kehabisan kata kata. Mulutnya tiba tiba kering, dia cuma bisa menelan ludah.

"Iya, gebetan lu udah nikah.." lirih Lisa ngeloyor masuk ke kosan Dion. Tina menyusul. Sementara Dion masih mematung. Dia ga bisa percaya.

"Lis, tunggu mamak. Lumayanlah kita bisa tinggal disini sebentar. Ternyata ada hikmahnya beasiswa Abang lu di cabut" Lisa cuma mengangkat bahu malas.

Tiiinn!!

Suara klakson membuyarkan lamunan Dion.

"Mas, si ibu belum bayar ongkos taksi!" Seru supir sewot.

"Oh iya bang, berapa?"

"300 mas!" Dion merogoh kocek dan mengulurkan tiga lembar uang merah. Udah ditinggal gebetan nikah, suruh bayarin ongkos taksi, mana masih mahasiswa, belum lagi beasiswa baru aja dicabut! Nasib nasib.