7 Jebakan

Semua siswa kelas IPSE sudah berganti baju memakai pakaian olahraga, karena jam istirahat sebentar lagi usai, lalu setelah itu jam pelaran selanjutnya di mulai.

Glen dan Digo membujuk Dewa agar tidak membolos lagi, sebab mereka tahu bagaimana bawelnya Pak Firman menanyakan keberadaan Dewa pada mereka.

Lagipula, Pak Firman itu berbeda dengan guru yang lain, di mana kegalakan dari guru yang satu ini adalah bentuk kasih sayang. Nilai Dewa di mata pelajaran Pak Firman belum pernah mengecewakan. Hanya masalah kehadiran saja yang kadang-kadang membuat Pak Firman jengkel dengan anak itu.

"Masalah lo itu sebenarnya sama bokap lo, bukan sama sekolah. Ayolah, Dew, lo gak mau kan sampai gak naik kelas?" Glen tahu betul jika sikap Dewa ini hanyalah bentuk rasa bencinya terhadap Tuan Amartha.

Dewa menyimpan gawainya. Rasanya kedua Glen dan Digo tidak akan berhenti membujuk sebelum Dewa mengiyakan mereka.  Dewa tahu mereka berniat baik.

"Kalau materinya sesuai sama hobi gue, gue mau?"

Digo dan Glen tersenyum.

"Basket, " jawab mereka serempak.

Dewa bangun dari tempat duduknya. Menghampiri loker untuk mengambil kaos olahraganya.

Ketika Dewa membuka lokernya, ia dikejutkan dengan benda aneh berada di tumpukan seragam ganti dan kaos olahraganya.

Dewa mengambil benda tersebut dengan cara menjiwir talinya.

Seringaian muncul dari raut wajahnya, ia bingung dengan barang yang bukan miliknya—sebuah bra berukuran sedang untuk siswa SMA itu bisa-bisanya ada di loker miliknya.

Samar-samar banyak pasang mata yang mengintip, kemudian suara tawa mulai pecah di area tersebut.

Banyak siswa yang langsung mengeluarkan ponselnya lalu merekam perbuatan Dewa.

"Apa ini alasan Dewa belum pernah suka sama cewek?"

"Kenapa harus Gay, sih Dew?"

"Apa Dewa sering make begituan di luar sekolah? Wah mengejutkan?"

"Pantes yah, belum pernah kelihatan deket sama cewek. Ternyata dia itu ...."

"Apa masalahnya? Gay dan tidaknya Dewa dia tetap akan menjadi pewaris Titian Group."

"Apa dia pantas menjadi seorang pemimpin?"

"Kukira suhu ternyata cupu!"

Mereka mulai berani melontarkan kalimat-kalimat kurang ajar membuat gendang telinga Dewa seakan mau pecah.

Dewa membuatkan tangannya kuat-kuat. Ia membandingkan pintu loker hingga membuat semua orang tersentak kaget dan langsung membubarkan diri.

Tak berapa lama, ponsel Dewa beberapakali bergetar. Ia melihat banyak notifikasi masuk ke ponselnya.  Melihat betapa memalukan dirinya di dalam grup WA dengan gambar diri yang menjadi gosip panas saat ini.

"Siapa yang udah naro bra di loker gue?!" Dewa berbalik, melihat orang-orang yang ada di sana satu per satu.

Menghampiri satu orang laki-laki yang sedang menahan tawa. Dewa mengangkat kerah pria itu hingga berjinjit.

"Apa lo pelakunya?" Dewa memberi tatapan mematikan pada siswa berkaca mata tersebut. Kelihatannya orang itu senang jika Dewa dipermalukan begini.

Dia bergeleng ketakutan. "B–bukan gue."

Dewa mendorong siswa itu hingga membentur tembok. Semua orang ketakutan dan segera menjauh.

"Siapa anjing?" bentak Dewa emosi.

"Gak ada yang lebih kurang ajar selain orang yang punya bra sialan ini!"

Senyum seorang gadis memudar kala melihat barangnya sedang dipertontonkan di hadapan banyak orang. Lantas cewek itu segera merampasnya secara tiba-tiba.

"Kakak ngapain pegang-pegang barang yang bukan milik kakak?"

Dewa membulatkan matanya.  Menggeram marah setelah mengetahui siapa pemilik dari benda tersebut.

"Wah, drama besar akan dimulai," tutur seorang cewek yang ikut menonton di antara siswa yang lain.

"Waduh, masalah besar nih!" Glen segera mendatangi Dewa.

Cealse dan Digo segera menyusul.

"Bego banget si! Ngapain lo naro daleman lo di loker Dewa? Sengaja mau mempermalukan Dewa, hah?" Celase naik pitam, menoyor dada Anna berkali-kali hingga anak itu hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya.

Anna mendadak cengo.

"A–apa?"

"So polos banget si lo, cih!"

"Nih cewek kayaknya sengaja cari masalah sama lo deh Dew," Cealse semakin mengompori.

"Gak boleh ada yang merekam! Tutup ponsel kalian!" pinta Digo setelah melihat sorotan mata Dewa pada orang-orang yang sedang mengarahkan ponselnya.

Dewa menarik Anna dari kerumunan, membawa anak itu entah ke mana.

***

Dalam beberapa menit saja, video Dewa telah menduduki trending di youtube. Bahkan telah sampai ke telinga Tuan Amartha.

"Kenapa anak saya bisa seperti ini?" Tuan Amartha tidak menyangka Dewa bisa menjadi lelaki seperti yang ada dalam video. Saat di rumah pria itu terlihat normal, dan tidak pernah menemukan hal mencurigakan pada pria itu.

"Kejelasan belum diketahui, pak. Tapi ini sangat berpengaruh besar buat citra Titian Group. Apalagi Tuan Muda Dewa ini akan jadi penerusnya bapak," jawab ajudan bernama Thariq.

"Kalau begitu hapus video itu dan jangan sampai media tahu. Lalu suruh bodyguard jemput Dewa sepulang sekolah. Bawa anak itu ke hadapan saya."

"Baik, Pak." Thariq undur diri. Sementara Tuan Amartha menjawab telepon ke ponsel pribadinya.

Kening pria paruh baya itu mengkerut saat mendapati nama Lila terpampang jelas di layar ponselnya.

Ketika menjawab panggilan dari Lila, ia langsung disuguhkan suara panik wanita itu. Lila mengatakan jika orang yang selama ini dikurung di rumah yang jauh dari kota telah kabur.

Bagaimana Tuan Amartha tidak akan marah, wanita yang kabur itu akan membahayakan dirinya, karena dia tidaklah waras.

Sesegera mungkin Tuan Amartha mematikan panggilan dari Lila dan menyuruh anak buahnya untuk mencari wanita yang telah kabur tersebut.

"Kau tidak boleh lepas apalagi sampai bertemu dengan Dewa. Tidak akan aku biarkan!"

***

Tiba di gudang, Dewa mendorong Anna hingga terjerembab di lantai.

"Hobi banget lo cari masalah sama gue?"

"Gue gak naroh apa pun di loker lo, kak," kata Anna mencari pembelaan.

"Suttt!" Dewa melipat kedua tangannya di depan dada sembari duduk di kursi tua yang ada di sana.

Tak berselang lama, Glen, Digo dan Celase masuk membuat jantung Anna bertambah terguncang.

Pikiran-pikiran negatif mengenai keempat orang itu memenuhi isi kepala. Apakah ia akan dijadikan mangsa seperti orang-orang di luar sana yang sudah-sudah?

Yang pasti Anna tak bisa pergi ke mana-mana. Saat ini bahaya telah ada di hadapannya. Masalah tidak mungkin bisa reda  begitu saja, apalagi Anna membuat masalah besar pada orang paling berbahaya di Guarada international high school ini.

"Ok, kasih tugas-tugas buat dia!" kata Dewa yang kini terlihat lebih santai.

"Haa?" Anna kebingungan.

Glen mengeluarkan sebuah perjanjian dengan poin-poin yang sudah Dewa susun sejak saat seseorang pertamakali membuat masalah dengannya.

"Gak usah takut, lo gak bakal diapa-apain, kok," kata Digo setengah tertawa.

"Lo adalah cewek pertama yang bener-bener udah fatal cari masalah sama Dewa. Sekarang tanggung akibatnya.  Lo bakal jadi pelayan Dewa sampai Dewa maafin lo!"

"Gak ada penolakan, karena sekali lo nolak, lo bakal siap-siap kehilangan beasiswa lo. Jangan tanya kenapa Dewa seberani ini, karena dia bisa lakukan apa saja selama dia masih jadi anak pemilik sekolah Guaradana ini!"

Degh!

avataravatar
Next chapter