webnovel

Bryan Pamungkas

Bryan Pamungkas nama laki-laki urakan yang sering dipanggil Bryan. Usianya delapan belas tahun, dan duduk di bangku kelas tiga SMA.

Dia melihat seorang wanita berada di dalam kamar mandinya yang sederhana. Tidak, wanita itu bukan manusia. Melainkan makhluk tak kasat mata bernama Bella. Nama lengkapnya tidak diketahui. Lagipula, Bryan juga tak mau tahu. Yang jelas, Bryan merasa risih jika Bella ada di kamar mandinya.

Bella memiliki penampilan seperti noni belanda, ia memiliki rambut pirang panjang yang selalu dikuncir kuda. Ia juga mengenakan pakaian seperti seragam sekolah orang belanda. Bryan ingin sekali mengusir Bella. Tapi, ia merasa kasihan dengan gadis itu. Mau tinggal di mana dia jika Bryan mengusirnya?

"Eh, keluar dong! Lo mau ngintipin gue mandi apa? Sana, keluar!" usir laki-laki itu. Bella pun terpaksa keluar dari tempat itu, dan Bryan pun langsung masuk ke dalam kamar mandinya.

Bryan tinggal sendirian di rumahnya. Ia adalah anak yatim piatu. Lebih tepatnya, ia tidak pernah mengenal kedua orang tuanya sejak lahir. Ia pernah tinggal di panti asuhan. Namun, ia memilih kabur karena tidak suka tinggal di tempat seperti itu.

Ia menjadi anak indigo sejak usia sepuluh tahun. Yaitu, pada saat ia bermain dengan teman-temannya di sungai, Bryan terpeleset, dan kepalanya membentur batu. Sejak saat itulah kehidupannya berubah.

Selain bisa melihat hantu, Bryan juga memiliki kemampuan telepati, Ia juga memiliki IQ di atas orang normal. Namun, ia lebih memilih untuk tak menunjukkan semua itu. Lagipula, untuk apa dia menunjukkan semua itu? Yang ada, dia akan dianggap sebagai orang aneh. Dia baru bergerak kalau yang ia lihat adalah hal yang benar-benar membahayakan dirinya dan orang lain.

Selesai mandi, ia langsung mengenakan kemeja putih dan jas almamater yang berwarna hitam untuk hari rabu dan kamis. Disaat ia sedang siap-siap, tiba-tiba suatu bayangan muncul di pikirannya. Di dalam pikirannya, ia melihat seorang gadis yang tidak ia kenal di jalan dekat sekolahnya. Gadis itu memakai seragam putih abu-abu, dan hendak pulang menuju rumahnya. Namun di dalam pikiran Bryan, gadis itu diserang oleh manusia pengguna narkoba jenis Flakka.

Beberapa saat kemudian, ia mendengar suara telepon di ponselnya. Ia melihat nama di layar ponselnya. Rupanya, yang meneleponnya adalah sahabatnya yang bernama Dennis.

"Pasti udah ada di depan gang," gumam Bryan membatin. Ia segera mengambil tasnya dan mengunci pintu rumahnya tanpa berpamitan kepada Bella. Hantu cantik itu jadi sedih melihat sikap Bryan yang selalu mengabaikannya.

Selesai mengunci pintu rumahnya, Bryan merasakan firasat buruk tentang Dennis. Ia pun segera menghampiri sahabatnya yang berada di dalam mobil.

"Eh, Den. Masukin mobil lo ke gang," ujar Bryan melalui jendela mobil itu. Tentu saja sahabatnya yang bertubuh tambun itu heran.

"Eh, kenapa?" tanya Dennis. Bryan sangat sulit mengatakannya kepada Dennis meskipun sahabatnya itu sudah tahu tentang kemampuan Bryan. Ia sulit mengatakan bahwa akan ada mobil dengan rem blong yang akan menabrak Dennis. Dan juga, mobil Dennis olinya bocor. Sehingga kecelakaan itu akan membuat kebakaran dahsyat, dan menimbulkan banyak korban jiwa, termasuk Dennis.

"Jangan banyak tanya, nurut aja sama gue," sahut Bryan. Dennis pun menuruti perkataan Bryan, ia memasukkan mobilnya ke dalam gang rumah Bryan.

Namun beberapa detik kemudian, perkataan Bryan pun terbukti. Sebuah mobil dengan rem yang blong tidak bisa menghindar dari kecelakaan. Mobil itu menabrak pohon rambutan di depan gang rumah Bryan. Melihat kejadian itu, Dennis pun tercengang. Ia tak habis pikir, bagaimana mungkin itu benar-benar terjadi? Seandainya Dennis tidak memasukkan mobilnya ke dalam gang, sudah pasti dia ikut menjadi korban.

"Kalau lo sampe jadi korban, mobil lo bakalan meledak. Dan, udah pasti makan banyak korban," gumam Bryan pelan. Dennis tak mengerti dengan maksud perkataan Bryan.

"Maksud lo?" tanya Dennis.

"Mobil lo olinya bocor. Sebelum ke sini, harusnya lo ngecek mobil lo dulu," ujar Bryan. Dennis hanya bisa mengeluarkan cengiran khasnya mendengar teguran sahabatnya. Itu karena, ia seringkali lupa memeriksa mobilnya.

***

Bryan dan Dennis telah tiba di kelas mereka. Mereka pun duduk di bangku masing-masing. Bryan terlihat sibuk bernyanyi-nyanyi kecil, earphone pun juga tak lepas dari telinganya.

Jika dia sudah bernyanyi, dia tidak akan mempedulikan sekitar lagi. Bahkan meskipun gedung sekolahnya ini runtuh sekalipun, ia akan tetap bernyanyi. Bryan sudah suka bernyanyi sejak kecil. Saat ia masih kecil, ia sempat menjadi pengamen. Namun, pada saat remaja, ia berhenti menjadi pengamen. Karena, ia sudah mendapatkan pekerjaan sebagai penyanyi kafe.

Bryan memiliki suara bariton dan vokal yang berat, sehingga membuat banyak orang terkagum-kagum dengan suaranya. Bahkan, berbicara saja suaranya sudah terdengar berat. Selain itu, ia bisa menyanyi lagu dari berbagai negara. Seperti lagu Indonesia, lagu barat, lagu Jepang, hingga lagu Korea sekalipun. Ia bisa menyanyikan lagu-lagu itu dengan sempurna karena kecerdasan yang ia miliki.

Bryan dikenal sebagai laki-laki dingin dan berpenampilan urakan dengan anting di kedua telinganya. Ia sengaja seperti itu, agar tak ada seorang pun yang mengetahui jati dirinya yang sebenarnya. Padahal sesungguhnya Bryan adalah orang yang rapi dan juga bersih. Itu terlihat sekali dari rumahnya yang kecil dan sederhana tapi bersih.

Sedangkan Dennis adalah kebalikan dari Bryan. Dennis adalah anak alay yang selalu ceria. Dennis selalu bersama dengan Bryan. Karena, hanya Bryan yang bersedia menjadi sahabatnya. Meskipun ia seringkali takut jika mendengar cerita mistis dari Bryan tapi mereka tetap menjadi sahabat baik, tak peduli dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Mereka telah menjadi sahabat sejak awal memasuki SMA. Bagi Bryan meskipun sifat Dennis kebalikan dari dirinya, tapi Dennis adalah manusia paling tidak munafik yang pernah dijumpai oleh Bryan.

Sedangkan bagi Dennis, Bryan adalah seorang malaikat. Karena Bryan adalah orang yang pernah menolongnya ketika dirinya dibully karena bertubuh tambun.

Meskipun Bryan adalah seorang indigo, bagi Dennis kemampuan Bryan ini adalah sesuatu yang keren. Ia memang sering merasa takut ketika Bryan sudah membicarakan sesuatu yang mistis. Tapi selama Bryan selalu bersikap baik padanya, Dennis pun akan melakukan hal yang sama kepadanya.

Bu Nina, wali kelas mereka pun datang bersama dengan seorang gadis yang mengenakan seragam putih abu-abu. Bryan melepas earphone yang ada di kepalanya, dan memperhatikan gadis itu.

"Itu kan cewek yang di bayangan gue tadi," katanya dalam hati.

Bryan sangat ingat gadis itu adalah orang yang tadi ada di dalam pikirannya. Dalam bayangannya, gadis itu terluka parah akibat serangan dari pengguna Flakka.

"Anak-anak perkenalkan dia adalah murid baru di kelas ini," Bu Nina pun menyuruh gadis itu untuk memperkenalkan diri.

"Kenalin namaku Amara Suhendra. Panggil aja Amara. Aku pindahan dari Bandung, salam kenal!" gadis itu memperkenalkan dirinya sembari tersenyum. Bu Nina menyuruh gadis itu duduk di bangku sebelah Bryan, gadis itu pun menuruti perkataan Bu Nina dan duduk di bangku sebelah Bryan.

Bryan mencoba untuk tidak peduli kepada gadis itu. Namun sepertinya itu sulit. Karena itu cukup berbahaya untuk Amara. Tapi bagaimana cara menyelamatkan Amara? Ia tidak ingin gadis itu mencurigai dirinya ketika menyelamatkannya. Bryan jadi pusing memikirkan hal itu.

***

Pulang sekolah Amara pulang dengan jalan kaki. Karena rumahnya terletak tak jauh dari sekolah. Namun ketika sampai di jalanan yang sangat sepi gadis itu jadi sedikit takut.

Dan benar saja. Di hadapannya sekarang ini, ada seorang pria yang berpenampilan seperti orang gila dengan banyak luka dari wajah hingga kaki. Orang itu kejang-kejang di hadapannya. Gadis itu jadi semakin takut.

"Apaan tuh? Zombie? Eh, mana mungkin zombie beneran ada? Itu kan cuma di film," gumam Amara ketakutan.

Pria itu tiba-tiba mengejar dirinya. Amara pun langsung berlari sekencang-kencangnya. Beberapa saat kemudian, ia masuk ke dalam gang sempit. Sayangnya itu adalah jalan buntu. Sedangkan pria yang mengejarnya itu, sekarang sudah ada di hadapannya. Ia sudah tidak bisa kabur lagi. Gadis itu menutup matanya sembari berteriak minta tolong. Namun tak ada satupun orang di sana.

Kemudian pria itu tiba-tiba pingsan. Rupanya, Bryan telah memukul leher pria itu dengan menggunakan kayu. Setelah itu Bryan membuang kayu itu dan berjalan meninggalkan Amara.

"Eh, tunggu!" seru Amara. Namun laki-laki itu sama sekali tak mempedulikan panggilan dari Amara. Gadis itu sangat ingin berterima kasih kepada Bryan. Ia tahu Bryan adalah teman sekelasnya. Namun ia tidak menyangka bahwa laki-laki itu sedingin salju di kutub utara.