1 the pack's runt.

•••

"GRACE!!!"

Mata biru yang terlihat redup itu segera melebar ketika mendengar namanya dipanggil. Ketika namanya dipanggil dengan cara seperti itu, ia tahu bahwa ia berada dalam masalah yang besar. Secepat kilat ia berdiri dan melajukan kaki kecilnya menuruni tangga-tangga dengan lantai marbel tersebut.

Begitu sampai di penghujung tangga, Grace berhenti. Ujung matanya menangkap sosok yang kini berdiri tepat di depannya. Ia merunduk menatap lantai dengan ketakutan.

"Lo tahu nggak ini jam berapa?!" ujar suara tersebut, menghardiknya.

Grace menutup matanya dengan spontan.

Belum ada beberapa detik setelahnya, tubuh kecil Grace yang penuh luka melayang membentur pegangan tangga marbel tempatnya berdiri tadi.

"Sampah," ujar Luis, kakaknya. Grace hanya merunduk dan memegangi tulang rusuknya yang berdenyut karena benturan tadi.

"Lo denger ya, kalo lo nggak masak sekarang, gue pastiin lo nggak bakal bisa jalan. Lagi." Ujar suara lain.

Grace memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya. Mata birunya langsung bersibobrok dengan mata berwarna hijau emerald yang memandangnya penuh dengan kebencian dan rasa jijik.

"S-segera, Alpha," ujar Grace sebelum akhirnya bangkit dan berjalan menuju dapur.

Grace memegangi tulang rusuknya yang masih berdenyut karena kejadian tadi. Memang sakit, tapi hatinya jauh lebih sakit karena yang menyebabkan hal itu terjadi adalah kakak kandungnya sendiri.

Grace tersenyum singkat mengingat betapa ia dan Luis sangat akrab dulu. Betapa cepatnya waktu berlalu sejak saat itu. Betapa cepatnya kakaknya berubah setelah kejadian itu.

•••

Anggota kawanan lainnya yang tinggal di rumah besar milik Blue Moon pack satu persatu pun turun dan menuju ruang makan di mana seluruh sarapan sudah tersedia.

Harusnya, kawanan adalah tempat bagi para manusia serigala merasa seperti rumah dan saling melindungi satu sama lain. Tapi bagi Grace, tempat ini adalah neraka.

Grace segera bersembunyi di pojok dapur agar tidak ada anggota lain yang melihatnya dan kembali menyiksanya. Pagi ini sudah cukup berat untuknya. Namun, tentu saja. Tidak ada hari yang bisa ia jalani dengan mulus tanpa ada yang menyiksanya.

"Bocah kurang ajar ini," ujar salah seorang teman dekat kakak laki-lakinya yang menemukannya di pojok dapur.

Laki-laki yang Grace tahu bernama Lewis itu tiba-tiba menarik rambutnya dan menyeretnya dengan paksa menuju ruang makan. Grace meringis kesakitan sembari memegangi tangan Lewis yang menarik rambutnya berharap itu dapat mengurangi rasa sakitnya.

"Teman-teman,"

Semua pandangan kini beralih pada Lewis yang sedang menyeret Grace. Semua yang berada di ruang makan hanya diam dan mengamati, seakan hal ini merupakan tontonan yang mereka tunggu-tunggu.

"Gue menemukan anak kurang ajar ini sedang bersembunyi di pojokan dapur. Dia pikir hari ini dia bisa selamat rupanya."

Beberapa orang tertawa, beberapa ada yang mengeram kesal, namun ada juga yang tidak perduli dan kembali memakan makanan mereka.

"Kita apain ya, enaknya?" tanya Lewis sembari menatap satu-persatu anggota kawanannya sampai matanya menangkap mata Kenneth, sang Alpha.

"Alpha? Any idea?"

Belum Kenneth menjawab, yang lain sudah menatap Grace dengan tatapan menghakimi dan berseru,

"Bakar aja, kita nggak butuh dia!"

"Tembak pake silver biar mati sekalian."

"Kacungin aja!"

"Racunin pake Wolf's Bane!"

"Pembunuh nggak pantas hidup!"

Mata Grace berair menatap para mata yang menghakiminya. Sekilas matanya menatap mata biru laut milik Luis yang memancarkan sedikit rasa bersalah. Namun tatkala ketahuan sedang menatap adiknya dengan iba, dengan cepat mata bermanik biru laut itu kembali memancarkan kebencian.

Grace menghela nafasnya ketika Lewis melepaskan genggaman pada rambutnya.

Namun lagi-lagi, belum sempat merasa lega, tubuh Grace kembali terasa remuk. Beberapa laki-laki teman dekat Luis dan Kenneth mengepung Grace dan menendang berkali-kali tubuh kecilnya yang semakin rapuh.

avataravatar
Next chapter