19 Go to Puncak

Sejenak mereka berdua merasakan hangatnya pelukan tubuh mereka yang saling bersentuhan. Alex cukup bahagia saat ini karena ia akhirnya bisa memiliki Angel dan Angel merasa bahagia juga karena ada laki-laki yang akhirnya tulus mencintainya.

"Mau jalan sekarang? Mumpung belum terlalu siang. Kita bisa berkunjung ke beberapa tempat di sana."

"Hmmm, aku ambil tas sebentar ya." Alex mengangguk dan melapaskan pelukannya, membiarkan wanitanya pergi dari hadapannya sejenak. Alex tersenyum lalu ia menyentuh bibirnya.

Alex menunggu Angel di ruang tv. Ia merapihkan bantal sofa yang berjatuhan ke lantai. Melihat kekasihnya merapihkan apartemennya membuat Angel semakin berbunga-bunga.

"Alex, sudah biar aku saja nanti. Masa kamu harus membereskan semuanya. Nanti yang biasa bersih-bersihin apartemen aku ke enakan dong."

"Hanya bantal saja kok. Sudah ambil tasnya? Tidak bawa koper sekalian?"

"Bawa koper untuk apa?"

"Siapa tahu kita mau bermalam di sana." Angel dan Alex keluar dari apartemen dan memasuki lift bersama.

"Hahahaha, tidak perlu bawa koper. Lagi pula besok kita kerja kan."

"Hmmm, iya ya. Aku jadi tidak ingin besok cepat tiba deh."

"Mana bisa begitu. Jadi selama kerja kita tidak jumpa ya?"

"Bisa si. Aku kan tidak terlalu sibuk. Paling sesekali cek club saja. Kamu temani aku ya kalau aku ke club."

"Hmmm, boleh. Tapi apa tidak apa-apa jika aku ke club bersama dengan kamu? Bagaimana jika banyak wanita yang patah hati kalau melihat kamu bersama dengan seorang wanita?"

"Tidak apa-apa. Itu berarti mereka belum masuk kategori aku."

Angel menaikan sebelah alisnya dan Alex memperlihatkan deretan giginya lalu memeluk manja kekasihnya yang sudah ingin mengeluarkan tanduknya.

"Jadi—" Angel tak bisa melanjutkan ucapannya lagi saat Alex sudah mengunci bibir Angel dengan bibirnya.

Angel memukul pelan dada kekar Alex dan Alex malah semakin melebarkan senyumannya.

"Kau gila ya? Liftnya ada CCTV tahu!"

"Hahaha, biarkan saja. Paling mereka iri."

"Aku kan malu."

"Makanya jangan marah."

"Siapa yang marah?"

"Itu tadi kamu mau marah."

"Mana mungkin aku marah?"

"Ya sudah jangan berdebat lagi."

"Aku ambil kunci mobil dulu." Alex mengangguk lalu menunggu Angel sebentar baru setelah itu mereka berdua masuk ke dalam mobil Alex.

"Apa kamu siap?"

"Tentu saja siap. Menyetirlah dengan hati-hati. Aku akan mencari tempat yang menarik di sana."

"Iya, nanti beritahu saja mau ke mana kita."

Angel mengangguk lalu ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya dan Angel mulai mencari lokasi tempat wisata yang menarik yang berada di daerah puncak sana.

Alex mengemudikan mobilnya dengan santai. Ia tidak ingin terburu-buru untuk menghabiskan waktu satu hari ini. Rasanya begitu cepat sekali waktu berjalan. Baru saja dua malam ini mereka menghabiskan waktu bersama dan kini matahari semakin terik. Alex takut jika sore tiba dan petang mulai berlalu. Ia benar-benar ingin bersama dengan Angel untuk selamanya.

"Ada banyak nih, mau ke mana?"

"Ada apa saja? Terserah kamu yang mana yang mau kamu kunjungi kita akan pergi ke sana."

"Ada Little Venice. Suasananya si bagus seperti kota di Italia gitu. Terus ada Taman Sakura, ada penangkaran rusa, ada taman bunga, taman safari, sama yang lainnya juga," ucap Angel yang masih fokus dengan ponselnya.

"Terserah kamu saja deh."

"Atau kamu mau main golf? Di sana ada nih Hotel yang ada lapangan golfnya sama ada tempat bermain bersama dengan rusa. Bagus si."

"Bagaimana kalau kita menginap di sana juga? Apa kamu bisa ijin satu hari saja?"

"Ber-bermalam di sana?"

"Jangan berpikir yang aneh-aneh. Aku tidak akan memakan kamu kok."

Wajah Angel langsung merona merah. Memang sih sudah dua malam ini mereka tidur bersama dan tidak terjadi apa-apa juga. Tapi masalahnya ini beda situasi. Dua malam ini mereka tertidur tanpa sengaja lalu bagaimana jika berada di dalam kamar Hotel? Apa mereka tidak akan melakukan apa-apa selain tidur bersama? Pikiran Angel sudah melayang jauh sekali. Dan Alex berusaha membuyarkan lamunan Angel.

"Hei, sayang Angel."

"Hmmm, mau tidak? Kalau tidak mau juga tidak apa-apa kok."

"Kita lihat saja nanti. Kalau memang kamu lelah sekali, kita akan bermalam di sana. Tapi kalau kamu tidak lelah. Biar aku yang menyetir pas pulang."

"Terserah kamu saja deh. Aku hanya ingin menghabiskan satu malam bersama dengan kamu saja kok. Tidak ada maksud lain dan aku masih tahu batasannya juga. Aku bisa mengerti kok."

"Aku percaya. Akan ku cari alasannya nanti jika memang kita harus menginap di sana."

Alex tersenyum lalu ia mengambil sebelah tangan kekasihnya dan mencium punggung tangan Angel dengan mesra.

"Terima kasih. Kamu mau minum? Ada rest area di depan. Kita beli minuman dulu ya."

"Boleh."

"Mau makan lagi? Ada burger juga sepertinya di sana."

"Boleh."

"Boleh, boleh terus."

"Iya dong boleh. Perjalanannya masih jauh soalnya. Takut di jalan macet terus lapar kan repot. Jadi lebih baik kalau kita membelinya buat jaga-jaga. Lagi pula kalau burger sudah pasti akan dimakan."

"Baiklah, kita akan memborongnya."

"Hahaha, nanti aku semakin melar bagaimana?"

"Tidak apa-apa kok. Aku suka."

Angel tersenyum. Dan Alex langsung membelokan mobilnya ke rest area. Alex memarkirkan mobilnya lebih dulu lalu mereka berdua turun dan membeli minuman dan makanan untuk di perjalanan mereka nanti.

"Kamu mau apa?"

"Aku caramel saja deh," ucap Angel dan Alex memesankannya. Alex lebih memilih espresso saja. Kopi hitam bisa membuat ia tidak mengantuk sama sekali dan setelah memesan minumannya Alex dan Angel membeli burger yang ada di samping cafe kopi ini.

"Aku isi bensin dulu ya nanti."

"Iya, santai saja. Kita juga bukan pergi yang harus buru-buru juga kan."

"Hmmm, iya."

"Istirahat saja dulu sebentar biar enak kamunya bawa mobilnya." Alex mengangguk dan ia menikmati koipinya sejenak sambil menunggu burger yang ia pesan juga.

Alex mengeluarkan ponselnya dan ia dengan sengaja memotret Angel yang sedang duduk sambil menikmati minumannya. Angel tak tahu kalau ia sedang di foto oleh kekasihnya itu.

Alex tersenyum dan ia menjadikan foto Angel sebagai wallpaper di ponselnya.

"Ini pesanannya ya. Ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya staffnya sambil memberikan burgernya.

"Tidak ada, terima kasih ya," ucap Angel ramah.

"Sudah? Mau beli yang lainnya lagi nggak?"

"Sudah ini saja cukup. Yuk kita isi bensin dulu." Alex mengangguk dan ia langsung merangkul Angel. Mereka berdua kembali menuju mobil.

Alex mengisi bensin mobilnya dan Angel mengeluarkan uang untuk membayar bensinnya.

Alex mengernyit. "Untuk apa?"

"Bayar bensin," jawab Angel dengan polosnya.

"Aneh-aneh saja kamu. Simpan lagi," ucap Alex lalu mengambil uangnya dan memasukannya ke dalam tas Angel. Alex langsung melempar tas Angel ke bangku penumpang belakang.

"Beres," ucap Alex sambil menaik dan turunkan kedua alisnya. Alex membayar bensinnya dan ia kembali melajukan mobilnya. Perjalanan jauh akan mereka lakukan hari ini demi menghabiskan waktu untuk bisa bersama-sama berdua.

Bersambung

avataravatar
Next chapter