webnovel

Kecelakaan Adikku

"Iya, Nona. Saya punya pacar," jawab Sandra lirih lalu menatap Brian yang matanya masih tertutup perban.

"Tak penting dia punya pacar atau tidak, itu bukan urusan kita!" tegas Brian mencoba membuat tunangannya tak curiga kepada mereka berdua.

"Aku cuma tanya, kenapa kau marah?" tanya Widuri dengan nada kesal.

"Iya, maaf. Tapi dia adalah perawat kesekianku, jadi jangan kau pecat lagi dia karena cemburumu!"

OH? Ini alasan perawat di rumah ini tak betah, pikir Sandra yang mulai paham alasan yang dia takutkan.

"Iya, sudah. Aku akan ijinkan kau tinggal di rumah ini. Tapi ingat kata-kataku, sampai aku tau kau main-main dengan pacarku, kau tak akan selamat!" tegas Widuri lalu meminta Sandra meninggalkannya bersama Brian.

Sandra hanya menurut, dia segera keluar dari kamar tuannya lalu berjalan kembali ke kamarnya, di dalam kamar dia merasa gusar ingin segera mendapat kabar dari adiknya yang sedang mengantarkan uang kepada penagih hutang judi ayahnya.

'Bagaimana, sudah kau bayarkan?' tanya Sandra dalam pesan singkat yang dia kirimkan kepada Kiran.

'AMAN' jawab Kiran dengan huruf caps lock andalannya saat kakaknya ini cemas.

"Kalau tau begini aku cukup bekerja satu malam saja di rumah ini!" gerutu Sandra lalu melangkah menuju dapur karena dia ingin mengambil air minum.

"Sasa!" panggil Bani saat gadis muda ini memasuki dapur.

"Nyonya," sapa Sandra pada wanita paruh baya itu dengan ramah.

"Ah, jangan panggil aku Nyonya, panggil aku, Bani, saja,"

Sandra mengangguk lalu duduk di samping Bani yang sedang sibuk mencuci piring kotor bekas Brian.

"Kenapa kau tak menunggu di kamar, Brian?" tanya Bani yang sepertinya tak tau jika di kamar tuan muda mereka ada Widuri yang pencemburu.

"Tadi aku sudah ke sana, tapi ada kekasihnya!" terang Sandra membuat Bani tersenyum.

"Mmm, iya. Darah muda, selalu saja ingin bersama, katanya itu karena mereka setia!" sindir Bani lalu memasang wajah tak ramahnya.

Sandra tertawa, tentu dia tau betul tabiat dari Brian yang playboy dan suka mencari wanita muda untuk memenuhi hasratnya, tak heran jika dia dan tunangannya sering bertengkar dan memakan korban teman-teman Sandra di agen perawat yang akhirnya di pecat Widuri karena cemburu yang tak berujung.

"Kenapa kau tertawa?" tanya Bani seakan tau jika Sandra mengenal Brian lebih dari yang dia duga.

"Tak apa, aku hanya lucu saja. Tadi aku dapat ultimatum untuk tak dekat-dekat dengan Brian, tapi aku perawatnya, otomatis aku harus dekat. Jadi aku harus bagaimana?" tanya Sandra dengan senyum manisnya.

"Ya, maksudnya kau harus jaga jarak, buka berarti tak bersentuhan!" terang Bani lalu beranjak dari dapur, "Aku tidur dulu. Ini sudah malam!"

Sandra mengangguk, dia lalu mengikuti langkah Bani untuk kembali ke kamar, dia tak mau kesiangan besok hari. Maklum gadis muda ini sangat senang tidur larut malam hingga sulit bangun pagi.

**

Keesokan harinya.

Kringg...

Ponsel Sandra berbunyi, dia mendapat panggilan telepon dari nomer yang tidak di kenal di pagi buta itu.

"Halo!" jawab Sandra dengan mata yang masih sangat mengantuk.

["Nona Sandra, kami dari rumah sakit. Adikmu, Kiran, mengalami kecelakaan dan saat ini sedang di rawat di Rumah Sakit Alam Sutra!"]

"Apa?" tanya Sandra sembari mengumpulkan kesadarannya yang belum terkumpul penuh.

Jantung Sandra berdegub sangat kencang dan tak bisa lagi bernafas, segera saja dia turun dari tempat tidurnya dan menemui Bani untuk meminta ijin melihat kondisi adiknya di rumah sakit.

"Bani! Beri aku ijin! Ini darurat adikku kecelakaan!"

"Apa? Malang sekali nasib adikmu!"

"Aku mohon!"

"Tentu saja, pergilah! Tapi kau pergi dengan siapa?" tanya Bani bingung.

"Aku naik ojek online saja!"

"Jangan! Ini masih terlalu pagi!" cegah Bani lalu menarik tangan Sandra perlahan.

"Lalu aku bagaimana?"

"Kau pergi saja dengan supir, kalau kau naik taksi takutnya saat waktu tuan muda minum obat kau belum kembali!"

"Baiklah!" tutur Sandra yang belum bisa tenang sebelum melihat kondisi adiknya.

Supir segera mengeluarkan mobil dan membawa Sandra menuju Rumah Sakit Alam Sutra yang berjarak sekitar 10 menit dari rumah Brian.

**

Rumah Sakit

"Kiran!" panggil Sandra saat melihat adiknya terbaring di sebuh tempat tidur di ruang ICU.

"Kau saudaranya?" tanya seorang perawat yang menghampiri Sandra.

"Benar, apa yang terjadi kepadanya?" tanya Sandra yang masih di dampingi supir Brian.

"Dia terjatuh dari motor pacarnya dan mendarat dengan leher terlebih dahulu, karena benturan itu dia mengalami koma!" jelas perawat itu membuat Sandra tak bisa berkata-kata.

Seketika tubuh Sandra terasa lemas, baru minggu lalu dia kehilangan ayahnya dan kini dia harus kembali melihat adiknya dalam keadaan tak sadarkan diri. Matanya mulai menangis dan tubuhnya menjadi lemas.

"Lalu bagaimana keadaannya, apakah dia bisa kembali sadar?"

"Kau harus menemui dokter untuk tau kondisi detail dari adikmu, Nona!"

Sandra yang masih tak bisa menahan air matanya lalu berjalan menuju sebuah ruangan untuk menemui dokter yang merawat adiknya.

"Permisi, Dokter," sapa Sandra memasuki ruangan dokter dengan tubuh yang masih syok mendengar kabar tentang adiknya.

"Iya, masuklah. Kau kakak dari gadis yang kecelakaan itu?" tanya Dokter begitu tenang.

"Iya!" jawab Sandra lirih.

"Mmm, adikmu dalam keadaan yang sangat buruk. Dia butuh operasi untuk bisa sembuh seperti sedia kala," jelas dokter yang merawat Kiran, "Selama dia belum di operasi dia akan terus terpejam seperti itu!" lanjut dokter membuat Sandra semakin tak bisa berkata-kata.

"Nona, kita harus segera kembali," potong supir yang menemani Sandra, "Sebentar lagi waktu, Tuan Brian, minum obat!"

Sandra terdiam, satu sisi dia ingin sekali bersama adiknya tapi pekerjaan ini rasanya belum bisa dia tinggalkan, "Aku akan segera kembali membawa uang untuk operasi adikku, Dokter!" janji Sandra lalu berpamitan kepada dokter.

Dia kemudian mempercepat langkahnya kembali menuju rumah mewah Brian.

**

Rumah Brian.

"Oh, tidak!" gerutu Sandra saat mengetahui mata kekasihnya kini sudah tak dililit perban dan gips di kakinya sudah lenyap.

"Sandra, eh Sasa. Cepatlah, Tuan baru saja melepas perban di matanya dan kau harus segera memberikan obat.

Jantung Sandra berdegup sangat kencang, bagaimana jadinya jika Brian sampai tau jika wanita yang kapan hari bergulat dengannya adalah dia yang merupakan pacar dari masa lalunya.

"Sasa!" teriak Brian yang melihat Sandra masih saja tak bergerak.

Sandra memberanikan diri untuk mendekat, "Iya, Tuan..."

Brian terdiam, dia sebenarnya tau siapa wanita di depannya namun dengan nada yang tertata dia justru meminta seluru pelayan yang sedang berada di ruangan itu untuk pergi, "Tinggalkan kami berdua!"

Sontak jantung Sandra seperti berhenti berdetak karenannya.