1 Part 1. Promise From The Past

"Tim SHC siap?" Tanya wasit.

"Siap!" Serempak dijawab Tim basket putra SMA Harapan Cendekia

"Tim Sinar Pelita siap?"

"Siap!" Jawaban tak kalah menggetarkan juga dilontarkan tim basket putra SMA Sinar Pelita

Setelah aba-aba dan peluit tanda pertandingan basket putra antar Sekolah Menengah Atas dibunyikan, maka pertandingan basket putra antara sekolah Harapan Cendekia dan Sinar Pelita.

Para penonton di tribun lapangan olahraga indoor SHC tampak penuh oleh para suporter dan jajaran guru dari kedua sekolah yang bertanding. Bunyi yel-yel dari sekolah masing-masing menggema di seantero gedung serba guna ini.

Di salah satu sudut tribun, di jajaran para suporter SHC tampak seorang siswi kelas XII dari SHC yang sedang duduk menatap para anggota tim basket putra SHC. Wajah nya terlihat cantik, dengan bulu mata yang lentik dan mata nya yang bulat besar dengan warna mata coklat gelap cemerlang. Alis nya tebal terbentuk sempurna membingkai manik mata nya yang indah. Hidung gadis ini mancung dengan warna kulit seputih susu. Bibirnya merah muda natural hanya dengan lipbalm strawberry. Wajah nya berbentuk oval terlihat indah membingkai wajah nya yang cantik. Rambut panjang nya ikal bergelombang di bagian bawah nya bergerak ringan seiring gerakan nya yang bersorak-sorai ketika tim basket sekolah nya berhasil mencetak angka. Gadis itu tersenyum senang ketika salah seorang teman memanggil nya.

"Titaaaaaa!!!"

"Apaan sih Ayla pake teriak-teriak segala. Sakit nih kuping gue". Kata gadis tadi seraya menutup lalu mengusap-usap telinga nya.

"Lagian dipanggil dari tadi diem aja. Terlalu asik sih lu ngeliatin si doi". Balas teman nya Ayla.

"Cieee yang gebetan nya kapten tim basket". Goda salah satu teman nya yang duduk disamping nya, Deandra.

"Apa - apaan sih kalian". Jawab Tita dengan tersipu malu.

"Eh Ta. Gue kasih tau ya, noh lo liat cabe-cabean sebelah sana". Ayla merangkul leher Tita lalu telunjuk nya memaksa kepala Tita menoleh ke sisi kanan nya. Beberapa meter dari mereka duduk tampak duduk juga adik-adik kelas X dan XI sambil tertawa-tawa.

"Mereka fans nya gebetan lo, Ta". Kata Ayla memanas-manasi.

"Ih si.. siapa juga yang su.. suka sama dia". Tita mengedikan bahu lalu menoleh lagi ke arah lapangan. Berpura-pura tidak mendengar apa yang teman nya itu bicarakan.

Tiba-tiba si kapten tim basket itu berhenti dan melihat ke arah penonton dari SHC dimana teman-teman dan suporter nya sedang duduk menonton nya. Si kapten basket ini tersenyum manis serta melambaikan tangan pada penonton yang melihat nya yang sebagian besar nya kaum hawa.

"Aaaaaa Zerico senyumin gue. Kan jadi melting". Kata salah seorang siswi kelas XI

"Enak aja. GR lo. Dia tuh senyumin gue". Kata teman nya yang lain.

Semua perempuan di tribun ini pastilah menyangka si kapten basket yang tampan dan multitalenta itu, Zerico, telah tersenyum pada mereka.

Tapi Tita merasa bahwa senyum indah itu hanya ditunjukan pada nya. Biarlah orang bilang dia halu atau GR tapi senyum lelaki tadi sudah membuat hari-hari nya seperti berbunga-bunga.

Hingga dering ponsel nya mengaung.

"Hallo". Sapa Tita

"Kamu dimana Tita?" Suara mami terdengar dari seberang telpon sana.

"Lagi sama Ayla dan Dea, mami". Jawab Tita

"Mami telpon ke rumah Ayla dan Dea katanya kalian nggak ada di rumah. dimana kamu sebenarnya Tita?" Tanya mami lagi.

"Hmm di lapangan indoor sekolah, mi". Jawab Tita pelan.

"Pulang sekarang. Mami nggak suka weekend kamu keluyuran. Weekend itu untuk istirahat dan acara keluarga. Lagian diluar sana itu nggak aman Tita. Kamu juga nggak dianterin mang udin. Mami sama Papa kan khawatir". Kata mami panjang lebar.

Tita menghela nafas panjang

"Iya mih. Tita pulang sekarang". Jawab nya pelan. Dan sambungan telepon pun terputus.

"Nyokap lo?" Tanya Ayla.

Tita hanya membalas nya dengan mengangguk. Dia mulai membereskan tas nya.

"Heran deh gue. Nyokap lo, overprotektif banget. Pasti lo juga dilarang pacaran kan?" kata Ayla mulai geram.

"Gitu lah. Kata mami, pacaran itu buang-buang waktu cuma buat jagain jodoh orang doang". Jawab Tita malas.

"Resiko anak tunggal emang gitu, Ta. Dikawal nyokap kemana-mana. Untung gue anak bungsu hehe". Kata Deandra.

"Iya makanya lo manja dan oon". Kata Ayla.

"Iiiih Ayla nih. Masa mentang-mentang gue anak bungsu dikatain oon. Dasar anak pertama. Galak". Balas Dea sambil menjulurkan lidah.

Baru Ayla mau membalas omongan nya Dea. Tiba-tiba .....

Priiiiittttt

Bunyi peluit tanda pertandingan berakhir dan dimenangkan oleh team basket putra SHC. SMA Harapan Cendekia.

Sang kapten yang dihisteriskan oleh para fans nya diangkat dan diarak keliling lapangan oleh anggota team nya yang lain. Euforia kemenangan ini dirayakan oleh semua supporter SHC.

"Tita ayo samperin Zerico di ruang ganti. Dia diarak kesono tuh". Kata Dea.

Tita memperhatikan raut wajah bahagia Zerico. Dia tersenyum hangat karena nya. Tapi kemudian menggeleng.

"Nggak deh, gue pulang aja. Palingan mang udin udah di depan nungguin gue". Kata nya pelan pada Ayla dan Dea.

"Ta, perlu gue sama dea ikut ke rumah lo?" Tanya Ayla. Dia memegang pundak Tita. Memberikan semangat pada sahabat nya itu.

"Nggak usah deh. Gue pulang sendiri aja. Kalian berdua mau nyamperin Zaki dan Rio kan?"

"Beneran Ta? Lo nggak mau ketemu Zerico dulu. Ngucapin selamat gitu ke dia?" Tawar Dea.

"Tolong sampein aja kata selamat dari gue buat Zerico ya. Yaudah, bye Ayla, bye Dea. Sampai ketemu hari senin". Kata Tita dan dia pun mulai berjalan menjauh, membelah para kerumunan penonton yang masih bersorak sorai gembira atas kemenangan tim basket sekolah mereka.

Tanpa Tita ketahui seseorang memperhatikan nya dari tengah lapangan. Meski tubuh nya sedang diarak, ekor mata Zerico tidak lepas dari melirik Tita. Dia sedikit kecewa ketika melihat Tita keluar dari lapangan indoor ini.

*****

"Ssst geser dong". Ayla berkata ke adik kelas nya agar tukeran posisi baris upacara dengan nya.

Ayla menepuk pundak Tita.

"Ayla kemana aja lo? Telat?" bisik Tita.

"Paling dia boker dulu, Ta". Bales Dea sambil berbisik.

"Sialan lo, De". Balas Ayla berbisik pula.

"Hari ini pengumuman lomba karya tulis itu kan?" Tanya Ayla.

Tita hanya mengangguk

"Sama basket juga deh kayaknya". Kata Dea. Mereka masih dengan berbisik-bisik mode.

Sssst..........

Teman-teman mereka yang lain memperingati karena upacara bendera sudah dimulai.

"Apa sih lu pada". Bisik Ayla pada mereka

Sedetik berikutnya mereka semua dengan khidmat mengikuti prosesi upacara bendera setiap senin pagi itu. Hingga sampai di akhir acara setelah penutupan, Bapak Kepala sekolah naik kembali ke podium.

Semua siswa memperhatikan ke depan.

"Dan dengan ini Bapak umumkan pemenang lomba karya tulis ilmiah tingkat Nasional level SMA. Selamat kepada Tsabita Sonya Darmawan atas juara I lomba karya tulis ilmiah tingkat Nasional level SMA. Kepada Tsabita dipersilahkan maju."

Tepuk tangan dan sorak sorai siswa-siswi SMA Harapan Cendekia ketika pembina upacara yaitu kepala sekolah, Bapak Yasir Effendi S.Pd M.Si mengumumkan pemenang lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional itu.

"Tita, lu menang, ta!" Sorak Alya sambil mengguncang-guncang pundak sahabatnya itu.

"Congrat, ta! Traktir kita siomay ye!" Sahabatnya yang lain Deandra tersenyum lebar sambil mengacungkan jari dua membentuk huruf V.

Sementara yang diberi selamat cuma tersenyum lebar, menoleh ke kedua sahabatnya lalu berjalan ke podium. Disambut tepuk tangan meriah seluruh siswa-siswi dan guru di upacara pagi ini.

"Selamat ya Tita". Kepala sekolah mengulurkan tangannya sambil memberikan piagam penghargaan dan piala yang disambut Tita dengan senyum lebar.

"Terima kasih, Pak". Raut wajah bahagia berpendar di rona wajahnya yang putih.

"Bapak juga akan mengumumkan bahwa Team Basket putra kita telah memenangkan kejuaraan Basket antar sekolah. Kepada perwakilan basket putra, Zerico Abimanyu dipersilahkan menuju podium".

Suara tepuk tangan membahana beberapa detik hingga yang dipanggil namanya tak kunjung datang. Tepuk tangan gemuruh itu terhenti seketika. Tiba-tiba lelaki kurus bernama Zaki maju ke depan podium menggantikan Zerico.

"Sebenarnya dimana Zerico?" Bisik-bisik semua orang.

--------------------------------*************--------------------------

Manhattan, New York

"Ini informasi terbaru mengenai gadis itu, tuan". Lelaki dengan jas hitam dan kacamata persegi panjang nya berkata dengan nada datar.

"Good" Ujar lelaki lain yang tak kalah tampan nya dari balik meja kerja nya. Nada suara nya terdengar berat dan dalam khas pria dewasa. Dengan suaranya saja terasa bagai mengintimidasi lawan meski ia berkata dengan datar dan dingin tanpa emosi apapun.

Lelaki yang sedang duduk dibalik meja kerja nya itu terlihat gagah dengan balutan jas hitam berbahan terbaik. Tubuh nya tinggi dan atletis. Wajah nya tampan bak patung-patung yunani. Dengan hidung yang mancung dan kulit putih. Manik mata biru keabu-abuan nya terasa dalam bak samudra yang tak tersentuh dasar nya. Alis matanya menaungi mata biru nya yang gelap. Dengan rahang yang tegas dihiasi rambut-rambut tipis yang senantiasa dicukur rapi membuat nya terlihat menggoda siapapun wanita yang beruntung berpapasan dengan nya. Bahkan dengan rambutnya dipangkas rapi terlihat segar bagi siapapun yang melihat nya. Para wanita memuja nya. Para pria iri ketampanan nya.

"Tiga hari lagi usia nya tepat 18 tahun, tuan". Lelaki berjas hitam yang berdiri itu mengeluarkan map coklat khusus yang disegel dengan lambang sebuah organisasi detektif independent di dunia underground.

"Kau sudah mempersiapkan nya, Akira?" Tanya laki-laki itu lagi. Dia meraih map coklat yang disodorkan lelaki yang bernama Akira itu.

"Data lengkapnya ada di map ini, tuan. Beberapa data pendukung sudah berada di dalam map. Bahkan saya sudah menghubungi keluarga nya dan memastikan semua nya. Mereka tidak bisa mengelak lagi, tuan. Waktu yang anda tentukan sudah sampai pada masa nya. perjanjian yang anda buat dengan ayah gadis itu akan segera berakhir ketika gadis itu berusia 18 tahun". Lelaki bernama Akira ini memiliki tubuh tinggi dan tegap khas Asia lebih tepatnya khas pria Jepang. Dia berdarah campuran Jepang dan Brazil. Sedikit bicara, banyak bekerja adalah ciri khas nya. Wajah nya datar nyaris tanpa ekspresi.

"Semua persiapan sudah lengkap, Akira?" Tanya laki-laki itu lagi

"Yes, sir".

"kalau begitu siapkan jet pribadi ku, kita berangkat besok pagi".

Lelaki itu berdiri sambil berjalan ke arah dinding kaca besar di belakang meja kerjanya.

"Yes, sir."

Lelaki itu mengangkat tangannya tanpa menoleh ke belakang dan memberi tanda bahwa asisten nya itu boleh pergi.

Ruang kerja bergaya minimalis modern itu tampak lenggang. Lelaki itu membuka jas hitam armani nya. Mengendurkan dasi lalu membuka satu kancing teratas kemeja putih nya. Dengan malas ia menghempaskan diri, duduk di kursi kerjanya, membuka laci di pinggir meja nya dan mengeluarkan foto hitam putih. Gambar anak remaja dengan seorang pria paruh baya.

"Hey oldman. Dasar kakek tua bangka. Apa kau sudah puas menertawakan ku di surga, hah? Aku tak percaya ramalan atau apapun itu yang kau sebutkan. Tapi ketika melihat nya seolah ucapan mu menyeretku. Kau seperti mengutuk ku". Dia mendengus, menutup foto itu lalu menarik paksa dasinya. Dia tersenyum miring "Insane!"

Dengan kesal ia membuka kancing lengan kemeja nya, menggulungnya sampai siku. Terlihat otot-otot lengan hasil tempaan fitness setiap hari.

Dia berjalan ke arah dinding kaca di belakang meja kerjanya. Kedua telapak tangannya ia tempelkan ke dinding kaca itu. Dinding yang menyajikan pemandangan kota Manhattan di malam hari, dari ketinggian 40 lantai tempat ia berdiri kini. Kota di bawahnya tampak seperti kerlap-kerlip lampu berwarna-warni.

Pandangannya menerawang jauh melewati batas dinding tersebut, tak terasa sudah 16 tahun dia di kota ini. Kota pelariannya. Tiba-tiba bibirnya sedikit menyeringai.

"My little bride, We'll meet soon".

Sebuah plakat dari emas terpatri indah di depan meja kerja yang besar dan kokoh itu. Bertuliskan sebuah nama. Nama laki-laki tersebut.

Alfard Jayden Wood

The Owner and CEO

The Wood Corporation

-----------------------------*******************-----------------------------

Jakarta, Indonesia.

Sementara suara dentingan piano di ruang seni musik terdengar mengalun, membaur dengan sepoi angin dari sudut jendela terbuka di ruang itu.

Zerico menghembuskan napas pelan, bibirnya terangkat membentuk senyuman mengikuti denting demi denting suara yang keluar dari jari-jemari nya.

Suara tepuk tangan menghentikan alunan piano nya.

"Upacara selesai selalu aja langsung ngilang. Nggak takut diciduk BK?" gadis itu tersenyum manis padanya sambil membawa piala dan piagam di tangan kanan dan kiri nya.

"Tadi kamu dipanggil tuh. Mau dikasih piala kemenangan tim basket putra. Akhirnya Zaki yang wakili". Kata gadis itu lagi sambil berjalan mendekat ke arah Zerico

Sambil tersenyum, Zerico menggeser tempat duduk nya, memberi kesempatan gadis itu duduk di sampingnya.

"Zer, kenapa kamu ngundurin diri dari lomba karya tulis ilmiah itu? Kamu sengaja ngalah?" kata gadis itu pelan sambil melihat piagam di tangannya.

"Tita, please jangan ........" belum sempat omongannya selesai, gadis bernama Tita itu memotong omongannya.

"Semua orang juga tahu, saingan Tita yang terberat itu bukan dari sekolah lain tapi dari sekolah Tita sendiri. Kamu Zerico". Katanya dengan nada sedih.

"Itu kan cuma ulah pak Widjaya aja, tugas B.Indonesia aku dikasih ke panitia seleksi". Katanya jujur.

"Kirain Zerico ngalah buat tita. Tita nggak mau ya, kalau sampai kaya gitu". Tita sedikit cemberut, membuat bibirnya sedikit mengerut dan entah kenapa hal itu terlihat manis dan imut di mata Zerico.

Deg! "Astaga..." batin Zerico berkata. Dia sengaja mengalihkan pandangannya ke tuts piano nya. Seolah tuts itu lebih menarik dari pemandangan di sampingnya.

"Haha you know lah ta, musik lebih penting buat ku. Congratulations anyway". Sambil tersenyum manis tangannya terulur ke Tita.

"Iya basket dan piano. Dua kombinasi yang unik. Kamu laki-laki yang penuh bakat, Zerico. Kapten team basket, bisa beberapa alat musik, pinter juga karena sering juara umum. Tuh maka nya fans cewek kamu banyak banget hehe". Kata Tita.

Tita meletakan piala nya di meja dekat piano lalu menyalami Zerico.

"Thanks and congrats for you too buat kemenangan tim basket kamu" Tita membalasnya dengan senyum yang tak kalah manis nya, lesung pipi nya menyembul di kedua pipinya yang merona.

"As a present, I'll play a song for you" kata Zerico.

Selanjutnya mulai mengalun musik "Love me" karya pianist Yiruma yang di cover oleh Zerico, The School Prince.

Melambungkan hati seorang gadis polos bernama Tsabita Sonya Darmawan.

-----------------------------*******************-----------------------------

avataravatar
Next chapter