1 Bab 1. Selingkuh?

"Katanya Alfa tadi bolos sama cewek loh!" bisik Sina pada Kamila tiba-tiba.

"Siapa bilang?!" pekik gadis bermata bulat itu dengan kencang, membuat semua tatapan terarah padanya.

Sina mengisyaratkan dengan tangannya untuk Kamila tenang. Ia tahu, gadis dengan mata bulat didepannya ini sangat sensitif jika menyangkut Alfa, yang notabennya pacarnya.

"Pelan dikit napa sih?" kesal Sina membuat Kamila memajukan bibirnya hingga membentuk seperti mulut bebek.

"Lagian mana mungkin Alfa boncengin cewek," bela Kamila terhadap pacar tersayangnya dan lagian bagi Kamila pacarnya itu selalu benar di matanya.

"Lo ngaco ah!" lanjut Kamila sembari mengibas tangannya.

Sina merasa jengkel, sahabatnya ini memang keras kepala, tunggu saja sampai ia melihat dengan mata kepalanya langsung bisa dipastikan akan ada lautan tisu dikamarnya.

"Terserah lo deh Mil, gue capek ngasih tau lo." Sina menyerah lantaran tau gadis yang kini ia ajak bicara tidak akan mendengarkan omongannya.

"Lagian mana mungkin, Alfakan sayang gue. Gue itu pacarnya, dengar? Pacarnya." cerocos Kamila membuat telinga Sina panas.

"Bucin!" ejek Sina.

Kamila mencibir. "Biarin, daripada Jomblo. tiap malam minggu ganggu gue malmingan!" Balas Kamila telak.

Sina hanya meringis, kadang Kamila benar adanya. Predikat jomblo terlalu lama melekat di dirinya.

"Gue chat Alfa ah!" gumam Kamila lalu mengambil benda pipih dari kantong bajunya sekolahnya.

11.45

Dimana Al?•

11.48

Al kamu bolos lagi? •

11.50

Alfa! •

11.51

Jawab! •

11.55

Balas! •

12.01

• Y!

Kamila menghembuskan nafasnya kasar. Selalu begitu balasannya oleh Alfa. Sama-sama dingin, mau secara langsung atau chat.

"Gimana?" tanya Sina yang ternyata sedari tadi mengintip obrolan Kamila dan Alfa.

Kamila berdecak kesal. "Kepo banget sih!" gerutunya yang mengundang gelak tawa Sina.

Kamila menggigit bibir bawahnya, benci jika ia selalu dicuekkan oleh Alfa. Ini kesalnya pacaran sama batu es, jawabannya selalu dingin. Harus sepanas apa lagi ia gar dapat melelehkan sikap dingin Alfa?

Sina menepuk pundak Kamila, membuat gadis itu kaget. Tatapan kesalnya kini jatuh pada Sina yang telah berdiri didepannya. Sina yang menerima tatapan itu hanya cuek karena telah terbiasa menerima tatapan itu.

"Pulang yok. Gue ngantuk nih," ajak Sina dan memang, keadaan dikelas saat ini hampir kosong karena sebagian telah pulang sedari tadi.

"Tapi gue mau pulangnya sama Alfa, Sin." rajuk Kamila.

Sina memutar bola matanya dan nendesah keras. Kamila terlalu manja, pantas saja Alfa tidak nyaman dan mencari selingkuhan. Sina menarik tangan Kamila lalu membawanya ke parkiran.

"Ih gue mau pulang sama Alfa, Sina!" protes Kamila sepanjang perjalan menuju Parkiran.

Akhirnya mereka telah sampai didepan mobil Sina, langsung saja Sina melepaskan genggaman tangannya pada Kamila lalu menatap gadis didepannya itu menantang dan bersidekap tangan.

"Kalau benar Alfa mau balik sama lo, coba lo telpon sekarang. Bakalan mau nggak dia? Kalau dia mau jemput lo disini, gue janji gak bakal recokin lo sama Alfa lagi. Tapi! Kalau Alfa gak jemput lo, lo harus janji sama gue untuk gak terlalu bergantung sama Alfa, ngerti?"

Kamila merengut, Sina selalu saja begitu sedari mereka kecil padahalkan Kamila sudah besar untuk mengurus dirinya sendiri tanpa perlu campur tangan sahabatnya itu.

"Nggak mau, kalau Alfa gak mau jemput, yaudah. Gue bakal nunggu disini semalaman." entah itu ancaman atau menguatkan hatinya, yang pasti apa yang dikatakan Kamila sudah final.

Tampak dari wajah Sina, ia kesal. Kamila memang susah diajak berunding, maka dari itu Sina masuk kedalam mobil dan menghidupkan mesin mobilnya. Ia membuka kaca jendela lalu berkata, "Terserah ya Mil, gue pulang duluan. Bye!"

Kamila menatap jengkel pada mobil Sina yang kini sudah melaju meninggalkan area parkiran. Ia menatap jam dipergelangan tangannya.

15.45

Kamila langsung saja mendial nomor Alfa dan menunggu panggilan itu diangkat oleh sang pemiliknya. Agak lama berdering tetapi tidak diangkat, satu hal lagi yang Kamila benci, Alfa tidak suka mengangkat telpon darinya.

Kamila mulai mengspam chat Alfa, berharap dapat balasan dari pacarnya itu tapi hasilnya tidak dibaca padahal statusnya sedang online.

16.15

Kamila menyapu area masuk kedalam sekolahnya, berharap mendapatkan Alfa yang sedang menuju kearahnya. Kamila mengecek hp-nya kembali dan tidak mendapatkan notif satupun dari Alfa. Ia mengembuskan napasnya kasar, ia akan tetap menunggu.

17.25

Kamila masih setia menunggu. Ia ingin menangis rasanya karena terlalu lama menunggu, tau begini ia lebih baik pulang bersama Sina. Alfa memang tidak bisa diharapkan, terlalu jahat pada Kamila yang notaben pacarnya.

Penjaga sekolah yang sedari tadi mengawasi Kamila, mulai mendekati gadis itu lalu duduk disampingnya.

"Nunggu siapa, neng?" tanya penjaga itu.

Kamila tidak sanggup menjawab. Matanya sudah penuh dengan air mata yang siap jatuh kapan saja.

Penjaga sekolah yang bernama Agung--dilihat dari nametag-nya itu menatap Kamila prihatin. Ia berpikiran bahwa Kamila tidak dijemput oleh orang tuanya.

"Mau saya antar pulang, neng?" tawar pak Agung.

Mendengar itu air mata Kamila jatuh seketika. Ia hanya mau pulang dengan Alfa, bukannya penjaga sekolah.

"Astaga! Jangan nangis neng. Entar saya dikirain apa-apain si eneng," cemas penjaga itu dan ia sudah berdiri dari duduknya.

Dan saat itu juga, Alfa memasuki kawasan sekolah. Ia padahal tadinya malas menjemput Kamila tapi saat membaca chat-nya bahwa ia akan menunggu, membuat Alfa gregetan karena pacarnya itu nekat.

Pandangannya jatuh pada gadis yang menangis dengan seorang pria tua yang kelabakan dan cemas melihat Kamila. Alfa menggeleng, pasti Kamila menangis tiba-tiba.

Ia mendekat, sampai didepan Kamila yang menutup wajahnya dengan tangan. Alfa menatap pak Agung yang memang sudah dekat dengannya karena membantunya masuk saat terlambat masuk sekolah.

"Nak Alfa," sahut pak Agung.

Mendengar itu Kamila langsung mendongkakan wajahnya. Langsung saja Kamila berdiri dan memeluk pacarnya itu. Lalu, kembali menangis dengan suara yang makin kencang.

"Udah deh, Mil. Jangan nangis lagi, inikan udah dijemput," ujar Alfa sembari mengelus punggung Kamila lembut.

"Tapi lamaan!" marah Kamila.

"Gimana lagi, gue tadi abis main sama temen."

"Alfa jahat!" pekik Kamila dengan memukul punggung Alfa pelan.

Pak Agung pun merasa canggung, oleh karena itu ia pamit dan dibalas anggukan oleh Alfa sedangkan Kamila masih saja menangis.

Alfa kembali memusatkan perhatiannya pada Kamila. "Udah ya, sayang. Jangan nangis lagi yah."

Kata 'sayang' memang ampuh meluluhkan hati Kamila karena Alfa jarang sekali memanggilnya dengan kata 'sayang' dan itupun dapat dihitung dengan 5 jari atau lebih tepatnya baru dua kali ditambah dengan saat ini itu berarti sudah tiga kali.

Kamila mendongkakkan wajahnya dan menatap Alfa dengan mata sembabnya. "Jangan lama jemput lagi ya?" pinta Kamila dan ia sudah berhenti dari tangisannya.

Alfa tersenyum lalu mengangguk. "Iya, yaudah pulang yuk."

Kamila mengangguk dan mereka berjalan keluar pagar karena Alfa memakirkan motornya didepan pagar sekolah.

Alfa memakaikan Kamila helm. Lalu barulah mereka naik keatas motor dan Alfa melajukan motornya pelan agar Kamila tidak sesunggukan lagi. Kamila pun tersenyum gembira, ia memeluk Alfa erat berharap Alfa terus seperti ini sifatnya.

avataravatar
Next chapter