7 Pillow Talk

Mata Tera terpaku melihat Sebastian yang tengah berbaring terlentang di ranjang, sementara kepala Tuan Muda Lim tersebut berpangku pada paha Tera dengan nyaman.

Pria itu memejamkan mata dengan kening berkerut dalam.

"Ust, jangan banyak bergerak!" protes Sebastian saat Tera menggeliatkan kedua pahanya, hendak menghindar dari rasa geli yang diakibatkan kepala pria itu.

"T - Tapi, Boss!"

"Sesekali kamu itu menenangkan kondisi saya, jangan cuma Nora!"

"Maksud Anda?"

"Bukan cuma Nora yang sedih disini, tapi saya juga…"

Tera mendengus kecil seraya menghentikan upayanya untuk melepaskan diri dari kepala Sebastian.

"Makanya, jujur sama Nora, jelaskan yang sesungguhnya supaya dia paham…"

"Mudah untukmu bicara, kita harus memikirkan sisi psikologisnya juga. Seperti yang Mamak bilang, saya harus bisa memberikan keluarga dan kasih sayang yang utuh untuk Nora, sebab itu saya belum bisa menentukan gadis mana yang akan saya nikahi dan bisa menjadi ibu yang baik bagi Nora…"

"Itu hanya alasan, pada dasarnya anda masih ingin bersenang-senang bukan!" cetus Tera tak kenal rasa takut.

"Ck! kata-katamu sangat keterlaluan kepada Boss mu sendiri!"

"Saya hanya mengungkapkan fakta, Anda memang masih senang bermain-main dengan wanita diluar sana dan belum siap untuk settle down. Jika Anda memikirkan Nora sedikit lebih banyak, Anda akan memiliki cukup waktu untuk benar-benar menyeleksi calon ibu bagi Nora - Yah, jika memang itu yang ingin Anda berikan, keluarga utuh dan tanpa cela."

"Waktu ya?" gumam Sebastian.

Mata pria itu membuka dan menatap langit-langit dengan pandangan kosong.

"Waktu saya memang sempit, kau tahu seberapa banyak pekerjaan saya!"

"Jika Anda mau, saya bisa membuatkan jadwal kencan rutin dengan wanita-wanita yang menurut Anda sangat cocok untuk menjadi ibu bagi Nora."

"Maksudmu kencan akhir pekan seperti biasanya?"

"No! No! No! Itu adalah jenis kencan yang paling Anda gemari. Maksud saya adalah kencan perjodohan, bukan kencan yang hanya memiliki tujuan bersenang-senang yang sering Anda lakukan, tapi kencan serius yang memiliki tujuan untuk pernikahan. Jika Anda mau, saya akan membicarakan hal ini kepada Nyonya Besar Lim agar beliau memilih wanita kalangan atas mana saja yang menurutnya cocok untuk menjadi ibu untuk Nora." usul Tera menggebu-gebu penuh semangat.

"Kamu pikir Mamak belum pernah mengupayakan kencan perjodohan semacam itu?"

"Ya, i know. Maksud saya, mari kita upayakan lagi. Jangan patah arang hanya karena satu percobaan yang gagal. Mari kita coba lagi, Boss. Waktu terus berlalu. Tidak diam dan stagnan. Nora bertumbuh semakin dewasa dan teman-temannya pun sama. Jadi jika Anda ingin memberikan keluarga utuh bagi Nora, lebih baik usahakan dari sekarang. Sebelum Nora semakin sedih dan bertanya-tanya tentang keberadaan ibunya. Percayalah, apa yang terjadi hari ini hanyalah the tip of iceberg, kedepannya akan lebih banyak pertanyaan tentang Mommy, Mommy dan Mommy dari Nora."

"Begitu, ya?"

Kedua mata Sebastian menatap Tera yang sedang menunduk memperhatikannya dengan wajah penuh kesungguhan. Wanita itu benar-benar serius dengan ide di dalam kepalanya.

Sebastian berdehem kecil melihat semangat yang terpancar dari Tera, Sudah sejak lama ia tidak menemukan wanita yang begitu berani dan persuasif terhadap kehidupan pribadinya. Biasanya orang-orang hanya akan berkata "Ya" dan menuruti segala perintah Sebastian, namun Tera - Si Personal Asisten yang merangkap sebagai baby sitter anaknya ini begitu berani bersikap melawan dan bahkan terkadang kasar ini, selalu berhasil menempatkan diri dengan baik, terkadang dia bersikap layaknya pegawai yang patuh dan penurut, terkadang Dia bersikap membangkang yang hobi mengatur, bahkan terkadang Tera bisa menjadi sahabat yang baik bagi Sebastian maupun Nora. Itulah sebabnya Sebastian enggan menerima surat pengunduran diri Tera.

"Sebenarnya, kalau dipikir-pikir lagi, Mamak hanya punya dua calon istri untuk saya."

"Benarkah? Siapa saja? biar saya catat namanya dan atur baik-baik kencan kalian untuk minggu depan."

"Pertama, Kanaya Tampubolon dan kedua…"

"Kedua?"

"Hmn!"

"Hmn? Siapa Boss? Jangan bikin penasaran?!

"Dan yang kedua adalah Teratai Hutama. Gadis yang sudah pernah saya cicipi buah melonnya di depan Mamak!" jawab Sebastian sambil menyeringai penuh ejekan.

Tera terkesiap lalu membuang muka. Wajahnya merona semerah tomat antara malu dan kesal setengah mati karena Sebastian dengan santainya mengungkit kejadian laknat itu.

Gadis itu berdehem kecil seraya memutar mata.

"Oh, Nona Kanaya Tampubolon, ya?" sahut Tera, berusaha mengabaikan ucapan tidak senonoh Bossnya. "Bukankah Anda berkata bahwa Anda sudah tidak bertunangan lagi dengannya?"

"Ya, dia memiliki pria lain yang dicintainya."

"Anda tahu bukan, bahwa Anda selalu bisa merebut cinta wanita manapun jika Anda mau - yah, kecuali saya…"

Sebastian menggeleng kecil mendapati sikap keras kepala Tera, "Saya seburuk itu ya, sampai kamu ogah sekali dengan saya?"

"Anda mau jawaban jujur?" tantang Tera.

Sebastian membuang muka sebal, "Tidak perlu!"

"Jadi kenapa Anda tidak mengejar Nona Tampubolon?"

"Karena dia sudah mencintai laki-laki lain, cinta yang begitu besar sehingga membuatnya mengambil resiko yang sangat besar pula di belakang semua orang. Konon, dia persis seperti ibunya. Mau melakukan apapun demi bersama orang yang dicintainya."

"Sayang sekali Anda bukan laki-laki yang dicintainya, mungkin jika Anda adalah pria itu, maka Nona Tampubolon tidak akan keberatan menjadi ibu yang baik untuk Nora."

"Ya, apalagi Nora pun sangat menyukainya. Nora selalu membicarakannya, bukan?"

Tera mengangguk, Nora memang sering membicarakan keseruannya saat menghabiskan akhir pekan di Indonesia bersama Nona Kanaya Tampubolon. Gadis itu pasti berhasil merebut hati Nora.

"Hmn, saya jadi penasaran, laki-laki macam apa yang membuat Nona Tampubolon mengabaikan Anda seperti ini."

"Carilah namanya di internet, dia adalah Kama Atmajaya."

"Kama Atmajaya?" pekik Tera. "Saya tahu nama itu, Boss! Si Playboy Konglomerat Indonesia yang suka gonta ganti pacar artis di TV. Oh, Tuhan, apa yang dilihat oleh Nona Tampubolon pada pria brengsek seperti itu. Yah, memang sih dia sangat tampan, penuh pesona dan kharismatik, tapi 'kan…"

"Bahkan kamu yang frigid ini pun mengakuinya tampan, apalagi Kanaya…"

"M - Maksud saya, apa gunanya tampan kalau brengsek. Gonta ganti pacar seperti ganti pembalut. Sekali pakai saja!"

Sebastian mendesah berat, Ia memperbaiki posisi kepalanya di atas pangkuan Tera, lalu bergeser miring menatap Tera dengan pandangan menerawang.

"Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di antara mereka sampai timbul rasa cinta yang begitu besar seperti itu. Tapi saya yakin mereka tergila-gila kepada satu sama lain…"

"Jadi, tidak ada harapan lagi bagi kalian berdua?"

"Entahlah, Mamak dan Tuan Batara Tampubolon masih menginginkan kami untuk bersama. Selain itu, pilihan saya hanya ada sedikit, merebut hati Kanaya yang mencintai pria lain, atau Teratai Hutama yang begitu anti terhadap saya."

Teratai berdecak kesal, "Kesimpulan dari pembicaraan ini adalah Anda hanya memiliki satu jalan keluar, yaitu merebut hati Nona Tampubolon dari Kama Atmajaya. Mampukah Anda melakukannya?"

***

avataravatar
Next chapter