15 Menyiapkan Umpan Untuk Iblis dari Neraka

Tera memberontak saat dua orang pria menyeretnya ke sebuah jet pribadi yang terparkir di lapangan terbang internasional Singapura.

Wanita itu menolak untuk naik pesawat jet tersebut dan terus menggerakkan seluruh tubuhnya agar penculik yang mencengkeram lengan kanan dan kirinya kewalahan. Hanya saja, tenaga pria memang selalu lebih besar dari tenaga wanita—sebesar apapun tubuh wanita itu, apalagi yang menahan Tera adalah dua pria besar yang tampaknya memiliki tubuh khas petarung profesional.

"Tidak! Tidak mau! Lepas!" teriak Tera dengan seluruh tenaganya.

Tera berharap jika di sekitar pesawat jet pribadi itu terdapat polisi, satpam, atau siapapun yang bisa menolongnya agar terlepas dari kedua pria tersebut.

Namun sekeras apapun Tera berteriak, tak ada satupun pahlawan yang menolongnya, ia terus diseret naik tangga pesawat hingga salah satu dari penculiknya menggeram kasar.

"Jika anda terus memberontak, maka kami akan mengikat seluruh tubuh Anda dan menyumpal mulut berisik Anda dengan kaos kaki kami!!"

Mulut Tera menutup seketika. Bayangan kaos kaki bau menari-nari dalam benaknya. Ia bergidik ngeri, bisa-bisa sarapan mewahnya keluar lagi gara-gara kaos kaki itu!

Tera menoleh ke belakang, tepatnya ke pria yang mengancamnya barusan, pria itu adalah pria yang sama dengan yang menolongnya di tangga apartemen.

"Sialan! Berani-beraninya kau mengancam! Saya kutuk jadi cicak, baru tahu rasa!" teriak Tera.

Wanita itu langsung terdiam saat sang pria hendak meraih sepatunya, ia kembali melihat ke depan dan menutup mulut rapat-rapat. Kaos kaki pria itu pasti bau sekali! Ugh!

"Jalan yang benar!" teriak pria di belakangnya.

Tera hendak berbalik dan balas berteriak, namun bayangan kaos kaki bau kembali menghentikannya.

Brengsek!

Tera paling tidak suka bau kaos kaki!

Ia pun memperbaiki cara jalannya sehingga mempermudah kedua penculik itu dalam menuntunnya naik tangga. Pikiran Tera melayang-layang pada kemungkinan yang ada di hadapannya. Tera tidak tahu apa yang membuatnya harus terjebak dalam situasi penculikan seperti ini padahal sepanjang ingatannya bisa merekam, Tera tak menemukan satu kenangan pun tentang perbuatan buruknya pada orang lain. Ia tak memiliki musuh, tak berseteru dengan siapapun. Bahkan hubungannya dengan semua orang selalu baik dan tak pernah bermasalah.

Kecuali satu orang!

Satu orang yang selalu membuat Tera hampir meledak emosi setiap kali mengingatnya.

Hanya satu orang itu yang muncul dalam benak Tera saat ini.

Sialan!

"Tolong, saya tidak pernah berbuat jahat kepada kalian, jadi kenapa kalian tega kepada saya!" mohon Tera.

"Kami hanya menjalankan tugas, Nona." Jawab penculik yang berdiri di sebelah kanan.

Tera bersungut-sungut. Pasti hanya iblis neraka itu yang tega memberikan mereka tugas untuk menculiknya!

"Awas saja kalau ketemu orangnya, akan kuhajar dia dengan kekuatan barongsai yang kumiliki!!" jerit hati Tera.

Mereka pun akhirnya sampai di puncak tangga pesawat, lalu disambut oleh pramugari dan pramugara yang berjaga di pintu.

"Welcome, Miss Teratai Hutama." Sapa Mereka.

Benar 'kan? Pasti kerjaan Sebastian!

Tidak mungkin mereka tahu nama lengkap Tera jika bukan dari Sebastian, karena Tera memiliki kecenderungan untuk memperkenalkan diri kepada orang lain dengan nama Tera—bukan Teratai Hutama. Nama itu sudah lama Tera tinggalkan.

Pramugari dan pramugara itu cukup terkejut melihat bagaimana cara Tera datang, apalagi saat melihat para penculik yang mencengkram kedua lengan Tera di kiri dan kanan. Pramugari yang cantik itu berusaha mengabaikan pemandangan yang dilihatnya dan membagikan sebuah senyum cantik yang membuat siapapun terlena, sedangkan sang pramugara tampan menyingkir untuk memberikan jalan bagi Tera dan para penculiknya untuk lewat.

"Lepaskan aku!" seru Tera saat sudah berada di dalam pesawat. Para penculik itu pun akhirnya melepaskan tangan Tera, membiarkan wanita itu melangkah menjauh sambil merapikan handuk yang melilit rambutnya.

Tera memutar tubuhnya. Ia menemukan pemandangan yang mencuri konsentrasinya. Pesawat jet pribadi itu sangat mewah, terbuat dari bahan terbaik dan kursi-kursinya dilapisi oleh bahan kulit berkualitas tinggi. Terdapat keju, buah-buahan, champagne, wine dan bahkan wisky kesukaan Sebastian di salah satu sudut meja. Sangat lengkap, tak ada yang terlewat. Sekali lihat dekorasinya yang mewah saja, Tera sudah bisa menyimpulkan bahwa pesawat yang didatanginya ini adalah pesawat baru yang Sebastian beli sebulan yang lalu.

Pesawat jet limited edition yang hanya bisa dibeli oleh orang-orang yang kelebihan uang seperti Sebastian. Tera yakin, pesawat lama pria itu sudah masuk ke dalam jajaran pesawat-pesawat yang Sebastian sewakan di bawah perusahaan penerbangannya.

Sial pesawat ini keren sekali!

Tera mengerjap seraya menggeleng, tidak seharusnya dia terpesona melihat betapa bagusnya pesawat ini.

"Where is Da Lao Ban?" tanya Tera kepada pramugara yang ada di sebelahnya. Pramugara itu tampaknya keturunan Chinese melayu, cara bicaranya terdengar sangat khas.

"Da Lao ban is on the way, Miss. He handled a lot of meetings this morning, that is why we rescheduled the flight."

Da Lao Ban artinya Boss besar. Bagi banyak orang di negara ini, Sebastian lebih terkenal dengan sebutan Da Lao Ban. Bagi Tera, dia hanyalah Boss tak tahu adat!

Rupanya pria itu masih dalam perjalanan karena meeting-meeting yang tak ada habisnya itu hingga membuat penerbangan ini harus dijadwalkan ulang.

"Berapa lama saya harus menunggu untuk bisa memukul kepalanya yang dungu itu!?" seru Tera.

Si cantik dan tampan terkejut melihat keberanian Tera, kemudian mereka menjawab dengan kikuk.

"Up to 1 – 2 hours, Miss."

"What? That's a fucking long time!" Tera berkacak pinggang. Lalu matanya menemukan para penculik yang menatapnya penasaran, "What do you see? What do you see? First time seeing an angry baboon, huh!?" teriak Tera — Gadis itu sering tidak sengaja mengeluarkan logat batak dan chinese disaat bersamaan hingga bercampur baur mengekspresikan emosi yang meluap-luap, kebiasaan itu Tera dapatkan dari Mamak Herlinda Sihombing yang punya hobi marah-marah kepada Sebastian karena sering membuatnya jantungan.

Para penculik pun menggeleng. Mereka baru sadar jika Tera bisa sangat menakutkan saat sedang marah.

"You wait outside, huh?!" perintah Tera garang, "Haiya! Do not stay here and make my head dizzy! Go away!"

Tiga orang pria garang itu pun berlalu dari hadapan Tera, mereka berdiri di depan pintu pesawat untuk berjaga-jaga jika wanita galak itu melarikan diri dari mereka.

Tera menunjuk sang pramugara tampan, "Don't look at me."

Pria itu mengangguk paham, lalu menjaga jarak dan berhenti melihat.

"Miss… Uhm…"

"Annisa, Saya Annisa dari Malaysia, Miss Teratai."

Tera mengangguk, "Miss, apakah Anda punya pakaian ganti untuk saya? Mereka menculik saya bahkan saat saya belum sempat berganti pakaian!"

Miss Anisa memperhatikan penampilan Tera dari ujung kaki hingga kepala, bathrobe dan handuk pink yang sangat manis menjadi satu-satunya lapisan yang melindungi Tera. Lapisan yang sangat fragile dan bisa menampilkan lekuk Tera yang memikat mata, dari pinggul hingga ke dada, tiada pria yang sanggup melepaskan tatapan dari lekukan wanita bertubuh besar nan sexy seperti Tera.

Gadis Pramugari itu tersenyum tak enak sambil menggeleng, "Mohon maaf, Miss Teratai. Saya tidak punya pakaian ganti untuk Anda."

Tera berdecak kesal.

"Ya sudah, kalau begitu saya pinjam ponsel Anda, boleh 'kan?"

"Tentu saja, Miss. Akan saya ambilkan."

"Oh, and don't forget. I need the flight schedule, ya?" Tera berdehem, "Just to make sure kalau jadwal Boss aman di luar negeri."

"Alright, Miss."

Tera berjalan mondar mandir, wajahnya merah karena kesal, kedua tangannya mengepal di pinggul, sementara mulutnya berucap.

"Aku harus menyelamatkan diri! Aku harus menyiapkan umpan pengganti supaya Boss tidak mengincarku terus-terusan!" putus Tera.

***

avataravatar
Next chapter