1 Menikah atau...

Wanita itu bermimpi tidur di atas permukaan ranjang yang sangat lembut dan nyaman. Kulitnya dimanjakan oleh kehalusan hamparan kain yang luas membentang. Mungkin saat ini dirinya sedang berbaring di atas marsmallow empuk yang berukuran besar.

Kenikmatan itu membuatnya tersenyum senang, senyum yang merekah lalu terkekeh kecil menampilkan gigi-gigi putihnya, tangan wanita bergerak-gerak di atas permukaan ranjang dan menikmati kenyamanan sentuhan antara kulitnya dan kain yang – sekali lagi - sangat lembut.

Kapan terakhir kali dia menikmati ranjang seempuk, sehalus dan senyaman ini?

Entah.

Mungkin saat perjalanan bisnis ke London terakhir kali. Ketika itu Big Boss menyewa satu suite mewah untuk wanita itu tinggali bersama anak semata wayang big boss yang tidak bisa jauh dari daddy-nya.

Perjalanan bisnis yang tidak lebih seperti perjalanan mengasuh seorang anak balita – Ah! Tidak, tidak, sebenarnya dia mengasuh dua anak balita, yaitu anak kesayangan big boss dan big boss itu sendiri – bayi besar yang jauh lebih merepotkan daripada bayi kecil yang bernama Nora.

Hmn!

Bedanya, di kasur nyaman ini ia bisa mendapatkan tidur nyenyak yang cukup berkualitas. Tidak ada gangguan anak Big Boss, tidak ada teriakan dari seorang single daddy yang menyebalkan pula.

Wanita itu memeluk gulingnya. Guling yang sangat hangat dan menyenangkan. Guling itu harum, puncaknya seperti memiliki rambut yang menguarkan aroma nikmat yang sangat jantan. Aroma yang selama ini menjadi khayalnya sepanjang malam.

Anehnya guling itu bisa bergerak, lalu merapat dan ujung kepala guling itu menggeleng-geleng ke kiri dan kanan, menekan hidung dan menghidu belahan dadanya yang padat. Guling itu mendengus-dengus bak anjing menggemaskan yang sedang menghidu aroma daging kesukaannya.

"Ugh…"

Wanita itu melenguh ketika sang guling yang bertingkah layaknya anjing itu menjilat-jilat kulitnya yang terbuka, lalu menggigit dengan gemas. Ia tertawa kecil, lalu mengelus puncak kepala sang anjing menggemaskan.

Aneh sekali.

Ini anjing siapa? Kenapa bisa berada disini?

Wanita itu mengernyit saat memikirkan anjing yang menggantikan fungsi gulingnya ini. Seingatnya, dia tidak memelihara seekor binatang pun di apartemen studio yang sangat kecil ini.

"Uhmmm uhmm…" suara sang anjing yang sedang menikmati kulit dadanya semakin keras, wanita itu bahkan menggelinjang geli akibat jilatan lidah sang anjing yang sangat lincah.

Wanita itu pun tak tinggal diam, tangannya mengelus kepala anjing sambil membawa kepala itu semakin dekat.

"TERA!!!!!"

"SEBASTIAAAAAN!!!!"

Teriakan yang menggema di udara itu pun mengganggu kenikmatan yang wanita itu rasakan. Ia seperti tersambar petir hingga jantungnya terasa menggila dan matanya terbuka spontan.

Betapa celaka saat pemandangan pertama yang wanita itu lihat bukanlah anjing maupun guling, melainkan wajah seorang pria yang sangat dikenalnya.

Kontan saja mata wanita itu membola besar-besar!

"B – B – Big boss!" gumam wanita itu dengan suara serak.

Kali ini jantungnya tak hanya menggila, namun sudah diluar kendalinya. Ia tercekat dan nafasnya tertahan. Bagaimana mungkin Big Boss berada di dalam pelukannya, apalagi pria itu sedang mengusel-usel dadanya yang terbuka akibat potongan gaun yang sangat rendah.

"TERAAAA!!! SEBASTIAAAAN!!!!" teriakan itu kembali menggema.

Wanita yang dipanggil pun menoleh ke sumber suara dan menemukan Nyonya Herlinda Sihombing sedang berdiri marah di ujung ranjang. Beliau adalah ibunda Big boss yang sedang memeluknya – sekaligus nenek dari Nora Sang Putri semata wayang.

Tera – begitu dirinya dipanggil- Langsung panik bukan main saat melihat wanita tua itu berkacak pinggang dengan amukan kemarahan yang bisa memecahkan perang dunia ketiga. Ia pun bergerak panik, berusaha melepaskan diri dari Big Boss yang memeluknya begitu erat.

"Boss! Boss!" seru Tera sambil mendorong pundak pria yang setia memeluknya.

Pria itu tak bergerak sedikitpun, ia masih tetap tidur lelap sambil menjilat-jilat dengan lihai.

Tera yang kesal segera menyentil kening Big Boss dan menjewer telinganya dengan keras.

"Boss!" geram Tera yang kesulitan melepaskan diri.

Akhirnya mata pria itu pun terbuka perlahan-lahan. Hal pertama yang pria itu temui adalah buah ranum berukuran besar yang sungguh empuk dan basah oleh ulahnya.

"Besar sekali…" gumam pria itu takjub. Pria itu sempat terpesona selama beberapa detik, namun kemudian tersadar atas apa yang telah dilakukannya.

"Boss! Lepasin, Boss!" seru Tera tak sabaran.

Dalam sedetik, mata Big Boss beralih dari pemandangan indah itu dan bergerak ke atas. Mata sipitnya membeliak dan mulutnya terbuka spontan saat mendapati wajah PA alias Personal Assistant nya berada di sana.

"Apa yang kamu lakukan disini?" gumam pria itu.

"SEBASTIAN! BANGUN KAMUUUU!!!" teriakan Herlinda semakin kencang hingga membuat Big Boss terperanjat. Kepalanya bergerak cepat dan menemukan keberadaan sang ibunda yang siap menghancurkan seisi rumah.

Kesadaran menghinggapinya dengan cepat hingga Sebastian pun melepaskan tangannya dari Tera dan bergerak mundur untuk memberi jarak.

Tera pun melakukan hal yang sama. Ia bergerak mundur, duduk cepat dan melihat ke bawah, memastikan penampilannya baik-baik saja.

Wanita itu pun merapihkan gaun dengan cepat, lalu mengusap wajah dan menyisir rambut dengan jari jemarinya. Ia mencoba menenangkan diri dengan menarik nafas sebanyak-banyaknya, namun matanya terpaku melihat penampilan Big Boss yang hanya mengenakan kain segitiga di pinggangnya.

Big Boss pun menutup pinggulnya dengan selimut dan menatap nyalang pada Tera yang juga menatapnya. Keduanya saling bertatapan penuh tanya, namun teriakan wanita paruh baya kembali menggema.

"Mamak tahu kalian pasti akan melakukan hal ini cepat atau lambat, apalagi kalian terus bersama-sama walau di kantor atau pun rumah!" geram wanita itu. "Tapi tolong tahu diri walau sedikit, jangan melakukan hal ini di kamar Nora! Dia masih kecil dan berpikiran suci! Bagaimana mungkin kalian melakukan ini di kamar cucu Mamak!!"

Tera pun mengedarkan pandangan, ternyata Mamak Herlinda benar. Mereka sedang berada di kamar Nora yang luas dan penuh mainan. Kasur Nora memiliki ukuran yang sangat besar dan nyaman. Ini adalah kamar yang sangat dikenalnya.

"Nora mana, Mak?"

"Mamak sudah pindahkan Nora ke kamar Mamak sebelum dia bangun. Untung Mamak datang pagi-pagi dan bisa mencegah Nora melihat betapa tak bermoralnya kalian!" bentak wanita itu keras-keras.

"Mak, Mamak salah paham." Seru Sebastian.

"Betul, Nyonya. Anda salah paham. Saya…"

"Sudah! Mamak tidak mau dengar apa-apa! Kalian sungguh mengecewakan! Kalau memang tidak mampu menahan syahwat, maka segeralah menikah! Jangan bermain bebas seperti ini! Kalian bukan binatang! Sekarang lebih baik kalian bersiap-siap. Mamak akan mengurus pernikahan kalian sebelum perut Tera membesar!"

"Mak! Tunggu Mak!" pekik Sebastian. Pria itu bangkit dari ranjang. Ia terlihat panik hingga mengabaikan selimut dan mempertontonkan tubuhnya yang terbuka bebas. "Sumpah! Kita tidak melakukan itu, Mak. Seb tidak tahu kenapa bisa begini, Mak! Tera kamu apain saya?" tuduh pria itu.

"Dih! Saya tidak ngapa-ngapain Anda, ya, Boss. Sejak semalam saya sudah bilang kepada Anda kalau saya menginap di kamar Nora! Lalu sekarang kenapa Anda bisa ada di kamar ini!" seru Tera menolak keras tuduhan pria itu. "Gak berpakaian pula!" tambah Tera sambil membuang muka, enggan melihat segitiga hitam yang menggembung begitu besar itu.

Herlinda Sang Mamak pun membuang muka dari Sebastian. Sementara pria itu berdiri canggung di antara kedua wanita terdekatnya.

"Tolong jangan salah paham, Mak. Saya dan Gembrot tidak ngapa-ngapain, Saya tidak sengaja…"

Herlinda mendesah keras, wanita itu bahkan berhenti berkacak pinggang dan raut wajahnya seperti habis kesabaran. Sikap wanita paruh baya itu berhasil membungkam Sebastian sepenuhnya.

Tera dan Sebastian sadar jika Herlinda Sihombing mendesah keras sambil melepas kedua tangan dari pinggang merupakan pertanda bahwa wanita itu sudah habis kesabaran dan benar-benar tak mau mendengar omong kosong jenis apapun.

"Jadilah dewasa dan bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan, bujang!" putus wanita itu.

Keputusan mutlak yang membungkam Sebastian sekali lagi. Pria itu menatap pasrah pada Tera dan Mamak bergantian.

"Menikah atau kamu akan melihat Mamak mati jantungan karena punya cucu di luar ikatan suci!"

***

avataravatar
Next chapter