12 Amukan Iblis dari Neraka

"Apa kau bilang?"

"Anda mendengarnya dengan jelas. Saya tidak perlu mengulang kalimat saya!" balas Tera keras kepala. Wanita itu tidak menyadari jika wajah Boss besarnya berubah dingin dengan nafas menderu berat.

Tera terlalu marah untuk menyadari perubahan yang terjadi. Padahal Sebastian yang semula marah lalu tiba-tiba berubah dingin adalah sebuah alarm yang seharusnya Tera pahami bahwa lelaki itu sudah hilang kendali diri.

Mendengar ocehan Tera tentang wanita macam apa yang pantas Sebastian nikahi berhasil melepas iblis neraka yang sejak tadi bersembunyi di dalam dirinya.

Sebastian kembali mencengkram rahang Tera dengan kasar, nafas pria itu memburu di depan wajah Tera yang masih marah, dan mata pria itu menyipit penuh peringatan.

Tera membelalak saat menyadari perubahan rona wajah Sebastian yang terlihat dingin dan beku. Tanpa ekspresi namun mata memancarkan sinyal peringatan tanda bahaya. Dari nafas Sebastian yang tak teratur dan memburu, Tera tahu dirinya dalam bahaya.

Wanita itu hendak menoleh dan mendorong Sebastian menjauh, namun kecepatan Sebastian di atas rata-rata dalam kondisi seperti itu.

Sebastian meremas rahang Tera tanpa ampun, dan membawa wajah itu mendongak ke atas untuk memudahkan aksi yang akan dilakukannya setelah ini.

"B – hmph!"

Sebastian menubruk wajah Tera tanpa ampun. Pria itu melahap mulut Tera dengan sangat kejam dan lapar. Tanpa ampun, tanpa basa basi. Sebastian menikmati bibir dan mulut Tera dengan seluruh kebrutalan yang dia miliki. Bibirnya memagut dan melumat dengan cepat dan keras. Giginya menggigit gemas hingga Tera memekik nyeri. Sementara lidahnya menerobos dan mengobrak abrik isi mulut Tera.

Pria itu melampiaskan kemarahannya atas penghinaan dan penolakan Tera kepadanya. Sebastian mendesak Tera dengan seluruh kekuatan tubuhnya hingga Tera semakin tersudut di dinding kolam renang dan tak memiliki celah untuk melepaskan diri.

Tangan kiri Sebastian menekan dan meremas pinggul Tera. Mendekap wanita itu tanpa jarak. Menekan ketegangannya pada perut Tera. Memberi peringatan pada wanita sombong itu bahwa Sang Cavendish telah siap untuk mengklaim dan menguasainya.

Sebastian tidak main-main kali ini. Ucapannya bukanlah isapan jempol belaka. Ia akan menyatakan kepemilikannya pada seluruh tubuh Tera hingga wanita itu tak memiliki alasan untuk menolak lamarannya. Sebastian bertekad untuk mendahului Brandon Dexter dan mengikat wanita ini dalam pernikahan bersamanya.

Tera akan menjadi ibu untuk Nora!

Titik.

Sebastian semakin menekan perut Tera dengan pinggulnya, tekanan yang otomatis membuat dada keduanya saling menekan dan bergerak-gerak. Sebastian mengerang setiap kali buah melon itu menggetarkan hasratnya. Buah yang sangat nikmat itu tak henti menggoda seluruh kewarasan Sebastian, mendesak pria itu untuk segera menjamahnya.

Sebastian yang tak tahan akhirnya melepaskan tangan dari rahang Tera lalu tangan itu turun dan menangkup buah melon yang kebesaran di tangannya.

Tera membeliak saat merasakan tangan kurang ajar Sebastian yang menggenggamnya. Pria itu mengerang penuh nikmat di dalam mulutnya sementara tangan dan tubuhnya terus bergerak aktif menguasai Tera.

Wanita itu menahan lenguhan sekuat tenaga. Ia berusaha mendorong pundak Sebastian menjauh, sementara tangan lainnya menggenggam pergelangan tangan Sebastian yang sedang mengerjainya.

Tera berusaha keras menjauhkan tangan itu dari tubuhnya, namun Sebastian justru menggenggamnya semakin keras hingga Tera memekik sakit atas perbuatan Sebastian yang tak punya perasaan. Sebastian memperlakukan tubuhnya seperti memperlakukan karung tak bernyawa. Pria itu sangat kasar dan bar-bar.

Tera yang tak tahan akhirnya memanfaatkan kekosongan tangan Sebastian dari rahangnya. Wanita itu bebas menoleh ke kiri dan kanan untuk menghindari ciuman Sebastian dan berusaha keras mengeluarkan protes kecil yang selalu terbungkam oleh cumbuan Sebastian.

Pada satu keberuntungan kecil, akhirnya Tera berhasil lepas dari mulut Sebastian dan wanita itu bersuara dengan nafas seadanya.

"Berhenti!" cicit Tera.

Wajah Sebastian bergeser dan mencari mulut Tera, namun Tera kembali mengelak dari ciuman itu.

"Boss berhenti!" tegas wanita itu sambil menarik pergelangan tangan Sebastian menjauh. Hal yang sulit karena genggaman sebastian pada buah melonnya sangat kejam. Pria itu mungkin berpikir bahwa tubuh Tera adalah mainan squishy yang bisa diremas sesuka hati.

Sebastian yang kesal pun tak terima melihat penolakan lainnya. Pria itu melepaskan pinggul Tera, lalu mengangkat tangan untuk menjambak rambut Tera, memaksa wajah itu mendongak sehingga Tera kembali berada di bawah kendalinya.

"Boss tolong lepaskan saya… Saya… adalah…"

Pria itu menggeram marah sambil melotot seolah memberi peringatan. Sedetik kemudian Sebastian kembali menguasai mulut Tera. Ia menciumnya semakin brutal hingga Tera bisa merasakan darah pada bibirnya.

Merasakan kegilaan Sebastian yang tiada hentinya, Tera pun akhirnya kehabisan daya untuk melawan. Wanita itu menggeram di dalam mulut Sebastian saat jambakan tangan Sebastian pada rambut Tera semakin keras dan tekanan Sebastian pada buah melonnya semakin bernafsu.

"Jadi begini kelakuan kalian di belakang Mamak…"

Spontan saja, suara dengan nada teratur itu membekukan tubuh dua anak manusia yang sedang bercengkerama di dalam kolam renang. Sebastian yang sangat hafal pada suara tersebut langsung menegang dan menghentikan aktivitasnya.

Ia melepas bibir Tera, menarik nafas sebanyak-banyaknya seraya menoleh ke sumber suara berasal. Hal yang sama dilakukan oleh Tera yang dilanda sesak nafas sehingga matanya berkaca-kaca.

Tera menemukan sosok yang berdiri di tepi kolam renang sambil bersedekap. Sosok yang sangat dikenalinya.

Nyonya Herlinda!

"Mak…" gumam Sebastian.

"Nyonya…" lirih Tera.

"Ternyata gosip itu benar. Bukan isapan jempol belaka. Kali ini kalian tidak bisa mengelak dan mencari-cari alasan. Sudah dua kali Mamak memergoki kalian berbuat tidak senonoh di rumah ini!" seru Nyonya Herlinda. "Pertama di kamar Nora, lalu sekarang di kolam renang dengan pakaian yang…"

Nyonya Herlinda tak mampu melanjutkan kata-katanya, namun telunjuknya mengarah pada tubuh Tera yang masih terdesak di dinding kolam.

Tera menunduk dan mendapati piyama tidurnya telah terbuka, menampilkan bagian depan tubuh Tera yang baru saja dipermainkan Sebastian. Secepat kilat Tera merapikan pakaian sambil menahan tangis.

Sebastian memperhatikan bagaimana paniknya Tera merapikan diri. Wajah pria itu linglung akibat interupsi tiba-tiba ditengah hasratnya yang meluap-luap, hasrat yang membuatnya tak bisa menjawab ocehan sang Ibunda dan hanya bisa diam selama beberapa saat. Namun saat menyaksikan mata Tera yang berkaca-kaca, Sebastian pun tersadar dan kembali merespon dengan cepat.

"Betul, Mak. Kami memang sering berbuat tidak senonoh baik di kantor maupun di rumah ini. Dimana-mana. Jadi kami akan menikah sesuai perintah Mamak."

"Boss!" pekik Tera tak terima.

"Bagus. Mamak akan segera menyiapkan pernikahan kalian!"

Tera memandang Nyonya Herlinda dan Sebastian bergantian. Wanita itu terlihat bingung dan tidak terima sekaligus. Lagi-lagi ia terjebak di antara ibu dan anak ini.

"Tidak! Kami tidak seperti itu!" elak Tera.

"Kami memang seperti itu!" balas Sebastian.

Tera menggeleng putus asa. Matanya menatap penuh permohonan pada Nyonya Herlinda.

"Nyonya, ada banyak wanita di dunia ini yang bisa menjadi ibu untuk Nora dan bahkan bisa menjadi istri yang setia kepada Tuan Muda…"

"Dan kamu orangnya?"

"Bukan! Bukan saya, Nyonya!"

"Kamu…"

Tera menggigit bibir yang kebas oleh ciuman brutal Sebastian. Ia ingin membantah keras. Tapi wanita tua itu memiliki masalah darah tinggi akut sehingga membuat Tera berpikir dua kali lipat.

"Tolong Nyonya, jangan libatkan saya dalam masalah ini."

"Saya tidak melibatkanmu dalam masalah ini. Kamu yang melibatkan dirimu sendiri ke dalam hidup Nora dan anak saya. Jadi berhenti bersikap main-main dengan anak saya, dan menikahlah dengannya. Saya tidak bersedia mendapatkan cucu di luar ikatan suci pernikahan."

"Nyonya Lim!" protes Tera.

"Dan Jika memang kalian tidak mampu menahan birahi, maka menikahlah minggu depan, atau paling lambat bulan depan!"

***

avataravatar
Next chapter