2 Mengenal Du-ho

Di kehidupan sehari-harinya, Du-ho harus setiap hari pergi ke kantor mengurus perusahaan sendiri tanpa adanya pendamping namun Du-ho merasa biasa saja dan santai.

Orang tua Du-ho kebingungan dengan anak laki-lakinya tersebut, sampai-sampai mereka merencanakan perjodohan untuk Du-ho. Du-ho menolak rencana tersebut dan akhirnya Du-ho memilih untuk fokus dengan pekerjaannya.

Du-ho pergi dengan menyetir mobil sendiri tanpa ditemani siapapun, dia pergi bekerja selayaknya orang bekerja lainnya. Dengan memakai jas berwarna hitam, celana kain berwarna hitam. Itu semua pilihan dia untuk hari ini, karena dia belum memiliki sekretaris yang mengurus semua keperluan untuk pekerjaan Du-ho setiap pagi.

"Sampai kapan kamu pergi bekerja dengan pakaian yang kami pilih sendiri? " Tanya Ibu kepada Du-ho.

"Sampai ada yang bisa memikat hati seorang Du-ho. Hahaha. " Jawab Du-ho dengan bercanda lalu pergi.

"Bagaimana bisa ada yang memikat, kalau kamu saja tidak pernah libur bekerja. " Ucap ibu dengan nada sedikit tinggi.

Du-ho tetap saja masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobilnya.

"Aku pergi dulu,,, " Kata Du-ho dari dalam mobil.

Melaju dengan sangat kencang, mobil Du-ho pun sampai di parkiran kantor. Beberapa karyawan yang bertugas di parkiran berusaha mencari tempat parkir untuk Du-ho.

Sudah seperti biasa setiap pagi Du-ho tidak perlu bersusah payah mencari tempat parkir untuk mobilnya.

"Terimakasih,, " Du-ho dengan memberikan senyum tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada tukang parkir tersebut.

"Sama-sama, Pak. " Jawab tukang parkir dengan memberikan senyum ramah juga.

Du-ho kemudian masuk ke dalam kantornya dan naik menggunakan lift menuju ruangannya, karena Du-ho adalah anak dari pemilik perusahaan, dia di amanatkan untuk memimpin perusahaan tersebut karena usia Ayahnya yang sudah tidak lagi muda.

Setiap karyawan yang berpapasan dengan Du-ho akan memberikam salam kepadanya dengan sopan. Du-hopun akan membalas salam tersebut. Du-ho bukanlah pemimpin yang sombong.

"Selamat pagi, pak. " Ucap Bora yang merupakan bagian administrasi.

"Selamat pagi juga, Bora. " Sapa Du-ho balik.

Du-ho berjalan lagi menuju ruangannya.

"Selamat pagi, Pak. " Ucap Lee yang merupakan sahabat dari Du-ho.

Lee bisa menempatkan diri sebagai sahabat maupun karyawan dari Du-ho, Begitu sebaliknya.

"Selamat pagi juga, Pak Lee. " Kata Du-ho.

Saat masuk ke dalam ruangannya, dia melihat di atas meja kerjanya terdapat tumpukan berkas yang sangat banyak ingin melamar di perusahaan milik Du-ho. Du-ho terkejut dengan adanya berkas sebanyak itu padahal dirinya tidak membuka sebuah lowongan pekerjaan. Du-ho pun mencari tahu kepada satu keryawan yang berada didekat ruangannya.

Du-ho keluar lagi dari ruangan dan menemui ruangan Staff.

"Siapa yang meletakkan berkas-berkas banyak di atas meja kerja saya? " Du-ho bertanya tanpa adanya rasa marah.

"Saya pak,, " Jawab Luha sedikit takut.

"Siapa yang sedang mencari lowongan pekerjaan? " Du-ho bertanya kepada Luha salah satu karyawan Du-ho.

"Saya hanya menuruti perintah dari orang tua anda saja. " Luha menjawab sambil menundukkan wajah.

"Oke baiklah. Oh iya, angkatlah wajahmu tidak perlu seperti itu, karena aku tidak memintamu untuk berdoa. " Kata Du-ho sambil pergi dari ruang karyawan.

Semua karyawanpun menahan tawa yang melihat Luha seperti gugup karena Du-ho. Du-ho pergi begitu saja kembali ke ruangannya kemudian dia menelepon ibunya menanyakan tentang lowongan pekerjaan untuk kantornya.

"Halo, Nak. Ada apa? " Ibu menjawab.

"Halo, ibu. Bagaimana bisa ibu membuka lowongan pekerjaan di kantorku? " Du-ho bertanya kepada Ibu.

"Iya, karena sebagai pengurus perusahaan sebaiknya kamu harus memiliki sekretaris pribadi! " Ibu menyarankan.

"Untuk apa? " Du-ho bertanya.

"Agar kamu tidak mengurus keperluan kamu sendirian setiap pagi. Sekretarismu nanti juga bisa membantumu dalam pekerjaanmu juga. " Ibu selalu bisa menjawab.

"Aahhh, oke baiklah. Aku akan mencari sekretaris. " Jawab Du-ho menuruti orang tuanya.

Du-ho menutup telepon lalu kembali bekerja. Perusahaan Du-ho bergerak di bidang periklanan, jadi banyak sekali merk-merk yang memesan iklan dalam berbentuk poster ke perusahaan Du-ho. Dan perusahaan Du-ho juga sering sekali memberikan ide-ide iklan untuk beberapa produk.

Banyak yang senang dapat bekerjasama dengan Du-ho.

Hari ini Du-ho ingin meminta tolong kepada Lee sahabatnya untuk mewawancarai beberapa calon sekretaris untuk Du-ho.

"Permisi,, apakah anda memanggil saya? " Lee bertanya selayaknya seorang karyawan.

"Iya, duduklah! " Suruh Du-ho.

Lee kemudian menutup pintu ruangan Du-ho dan duduk di kursi yang berada di depan meja Du-ho dengan menghadap ke arah Du-ho.

Du-ho yang duduk di balik mejanya dengan kursi yang terlihat gagah, kemudian mulai memberi tugas kepada Lee.

"Aku memintamu untuk mewawancarai calon sekretarisku yang melamar pekerjaan kemari. Dari semua berkas ini ya! " Du-ho menyuruh dengan wibawanya.

"Semua ini? " Tanya Lee.

"Iya, kamu boleh meminta bantuan teman kamu dan akan aku sediakan ruangan untuk mewawancarai mereka. " Kata Du-ho.

"Baiklah. " Jawab Lee sebagai karyawan Du-ho.

"Kamu boleh lanjutkan pekerjaanmu! " Suruh Du-ho sebagai atasan Lee.

Lee keluar ruangan, lalu dia menghampiri Luha untuk meminta bantuan Luha. Luha yang hanya memberikan berkas - berkas itu di atas meja, tidak mengetahui isi berkas tersebut.

Luha yang sedang mengerjakan pekerjaannya dan belum selesai kemudian di hampiri oleh Lee.

"Luha,, " Lee memanggil Luha.

"Iya? " Jawab Luha kemudian menoleh kearah Lee.

"Besok akan ada pemanggilan calon karyawan baru, jadi aku cinta bantuan kamu untuk mewawancarai mereka, bisa? " Tanya Lee.

"Besok? Hanya aku sendiri? " Luha bertanya juga.

"Tidak, aku juga akan mewawancarai karena berkasnya banyak, jadi aku meminta bantuan kamu. " Ucap Lee.

"Ahh, oke kalau begitu. " Jawab Luha setuju.

"Besok tidak ada pekerjaan di lapangan kan? " Lee bertanya lagi.

"Tidak. Tenang saja. " Jawab Lee yang mau membantu Luha.

Setelah Lee meminta bantuan kepada Luha, Lee kemudian kembali ke bangku miliknya dan melanjutkan pekerjaannya.

Du-ho sendiri yang sedari tadi tidak keluar dari ruangannya, sibuk dengan pekerjaannya juga yang harus di selesaikan hari ini.

Dalam pekerjaan, Du-ho selalu menarget dirinya sendiri agar pekerjaan yang dia kerjaan bisa selesai tepat waktu.

Waktu jam istirahat kantor sudah tiba, semua karyawan melepas pekerjaan yang ada pada meja masing - masing. Ada yang keluar untuk makan, ada yang makan di kantin kantor. Sedangkan Lee sama sekali tidak melihat Du-ho keluar ruangan, jadi dia menghampiri ruangan Du-ho untuk mengajaknya makan siang.

"Permisi,, " Kata Lee.

"Masuk! " Du-ho langsung menyuruh masuk.

"Wuaaahhh,,, jiwa pemimpin yang luar biasa hingga melupakan kesehatan dirinya sendiri. " Kata Lee yang menyindir Du-ho dengan halu.

"Kenapa? " Du-ho bertanya dengan polos tanpa melihat jam.

"Lihatlah jam tanganmu,, ini sudah waktunya makan siang. Kamu mau mati karena pekerjaan? " Lee mengajak bercanda namun mengingatkan.

"Ha?? Oke, oke. Kita makan. " Kata Du-ho kemudian melepas tugas - tugasnya.

"Traktir aku ya, hahahahah. " Kata Lee dengan santai.

Pada saat jam istirahat dan tidak berada di kantor, Du-ho dan Lee bisa menempatkan diri sebagai sahabat yang sedang makan siang bersama.

avataravatar
Next chapter