webnovel

Bab 8

Melaju di kegelapan malam dengan rasa khawatir pada Aylen.

"Bagaimana jika benar benar terjadi sesuatu padanya." Malik menepikan mobilnya. Mengusap kasar wajahnya.

Persetan dengan rasa gengsi, Malik menarik pedal gas, memutar kembali mobilnya

Jalan yang sunyi membuat nya menjadi raja di aspal yang adil.

Malik turun dari mobil ketika sampai di depan pintu pagar, dirinya semaki merasa khawatir.

Nafas yang tak beraturan, dengan keringat menetes dari dahi nya, membuat langkahnya tertahan di depan pintu.

Seharusnya ia tak perlu khawatir. Buang buang waktu istirahatnya. Melangkah kembali menuju mobil dengan jalan yang santai.

"Apa kakinya bermasalah? Tadi aku berlari serasa terbang. Sekarang berjalan terasa menarik beban." Malik menggerutu. Masuk ke mobil dan melaju ke apartemen nya.

Sementara Aylen yang berada dalam pelukan Rama, terdiam kaku.

"Kenapa kau berlari." Rama memarahi Aylen.

"Tangan mu harus di obati. Darahnya sangat banyak." Aylen segera duduk berada satu anak tangga di bawah Rama.

"Pergi." suara dingin milik Rama terdengar menakutkan.

Sama sekali tak menghiraukan ucapan Rama.  Aylen tetap maraih tangnya dan mencoba mengobatinya.

"Aku bilang pergi." Teriakan amarah Rama menggema di setiap sudut ruangan.

Aylen terdiam kaku, keringat dingin yang membasahi seluruh tubuhnya. Menelan paksa salivinga nya yang terasa menyiksa.

'Aku harus pergi.' Dengan rasa bimbang.

Aylen mundur beberapa langkah kebelakang dengan ragu. Sesaat kemudian ia terhenti.

Badan nya berbalik menatap Rama. Telihat menahan rasa sakit.

Memejamkan mata, lalu mengepal kuat kedua tangan nya.

Berlari tanpa ragu meraih tangan Rama. Mengobatinya, walaupun Rama menolak beberapa kaali menarik kembali tanganya.

"Setidaknya biarkan aku mengobati luka mu lebih dulu." Aylen menahan tangan Rama dengan kuat.

Rama terdiam. Menyaksikan Aylen mengobati lukanya. telihat sangat terlatih.

"Jangan sampai kena air dulu." Membungkusnya dengan perlahan.

"Aku memang bukan anak kesehatan. Tapi kalau masalah seperti ini aku sudah dapat pengalaman sewaktu di PMR." Ada penjelasan di sana.

"Besok pagi bawa ini periksa ke dokter. Mereka ahlinya." Aylen membereskan obat obatanya.

"Ikatan mu tidak buruk, seperti anak TK." Aylen menampakkan raut wajah kesal.

"Aku anggap itu sebagai pujian." Tanpa melihat, segera beranjak.

"Hey kau mau mematahkan tanganku." bicara tanpa ekspresi.

'Ia, aku mau patahkan kedua tanganmu. Biar kau tak mubazir dengan barang barang yang mahal ini.'

"Terimakasih." Rama dengan suara rendah berkata.

"Heh dia bisa sopan juga." Aylen sedikit merasa gugup, namun perasannya hangat.

"Apa aku bisa bertanya." Aylen sedikit ragu.

Rama menatap perban luka di tangannya. Laki laki itu mengangguk.

"Kenapa kau menghancurkan semua barang di rumah." Raut wajahnya penasaran. Tatapan mereka bertemu, Aylen menunggu dengan penasaran.

Rama dengan sorot mata liar, mencoba mencari alasan.

"Apa tunangan mu dalam kondisi krisis." Aylen terdengar lancang. Rama terlihat tak senang.

"Apa kau perlu mengulik kehidupanku." Rama terlihat marah padam.

"Eh apa aku salah bicara." Aylen merasa cemas.

"Aku tidak menyangka, kau bersikap dengan wanita pada umunya." Aura nya menyeramkan.

"Wanita mana maksudmu."  Merasa tak senang. "Kita tak saling mengenal dengan baik. Di mana salahnya aku bertanya." Aylen ikut marah.

Rama berjalan naik, menuju kamarnya. Aylen mengikutinya dan terus bicara.

Ucapanya bagai angin lalu, Rama sama sekali tak mau berdebat dengan Aylen

Tinggalin jejak yah guys biar tahu kalau cerita ini ada penghuninya.