webnovel

Ramen Dengan Toping Seafood

HAPPY READING READER 🤗

🍃🍃🍃

Setelah bangun tidur dan kesadaran mulai terkumpul rasa malu langsung menyerang ku, masih teringat di pikiranku kalau tadi malam aku di gendong Kevin dan dengan begonya bisa-bisanya aku tertidur di gendongan seorang laki-laki, kayak jablay aja.

Mau dibawa kemana muka ini kalau ketemu Kevin, apa aku pura-pura lupa aja ya? seperti di drama-drama Korea yang biasanya setelah mabuk melakukan hal-hal memalukan besoknya lupa atau pura-pura lupa, tapi aku kan nggak mabuk.

Semoga aja nanti Kevin tidak membahas kejadian tadi malam atau lebih bagus kalau dia lupa sekalian. Atau kalau ketemu nanti aku pukul aja kepala Kevin dengan keras biar dia hilang ingatan. "Itu namanya kriminal Karin, sadarkan dirimu dan buang jauh-jauh pikiran jahat mu itu" peringatan pada diri ku sendiri agar tidak melakukan hal yang aneh-aneh.

Setelah mandi ku pikir pikiran ku akan tenang ternyata nihil, yang ada sekarang aku di landa kelaparan. Mau makan tapi aku malas keluar kamar takut ketemu Kevin, di dalam kamar aja aku kelaparan, serba salah.

Jeruk khas pulau Jeju yang kemarin terlihat sangat menggiurkan sekarang terlihat biasa aja, mana cuma ada jeruk itu di kamarku. Sebenarnya ada kulkas kecil di kamar ini, tapi isinya hanya beberapa minuman mineral, isotonik, vitamin dan beberapa buah saja, sepertinya aku akan makan beberapa buah aja deh dari kelaparan, hitung-hitung diet.

Ngomong-ngomong soal diet, apa aku gendutan? gimana kalau kemarin Kevin merasa aku sangat berat saat di gendongannya, duh gila malu banget mau di taruh dimana muka cantik ku ini. Eyang,,, bawa Kiran kabur dari sini.

~

Pagi dan siang sudah ku lewati dengan damai, setelah makan beberapa buah yang ada di kulkas dan menonton drama Korea yang masih on going aku mulai mengantuk dan akhirnya aku memilih untuk tidur siang, siapa tau bangun-bangun aku udah kembali ke Jakarta. Sebenarnya aku betah lama-lama disini tapi aku malu kalau harus berduaan dengan Kevin, aku bisa hidup di mana pun itu asalkan tidak bersama Kevin.

Setelah bangun tidur rasa lapar itu kembali menyerang ku, padahal biasanya aku udah terbiasa diet, ini kenapa sekarang bawaannya aku lapar terus, apa karena aku lagi liburan, jadi perut ku juga mau libur dari namanya diet dan mau makan apa saja yang dia mau.

"Aku lapar, tapi cuma tinggal beberapa jeruk yang kemarin aku bawa masuk. Kalau tau akan seperti ini aku akan menyetok makan banyak-banyak di kamar ini" keluh ku pada nasib ini.

Saat aku sedang ngomel-ngomel sendiri tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, jangan-jangan itu Kevin.

"Non, mau makan apa? Biar saya masakan yang non mau, karena setelah itu saya mau pulang" oh ternyata ART villa ini.

"Pingin makan mie instan aja ajumma, tolong nanti bawa ke kamar saya" jawab ku setelah sedikit membuka pintu.

"Di tambah sea food, mie instan nya double ya ajumma, tolong" ucap ku lagi sambil tersenyum canggung.

"Baik non, mau yang kuah atau yang tidak?"

"Yang kuah, kuahnya agak dibanyakin ya ajumma" pesanku lagi. "Wah ini beneran kamu Kirana? Lo nggak kesurupan kan? makan Lo kayak orang nggak makan berhari-hari" tanya ku pada diri sendiri.

"Oya ajumma tolong sekalian buatkan kopi ya, semua tolong bawa ke kamar saya, terimakasih" setelah menerima anggukkan dari ajumma aku langsung menutup kembali pintu kamarku.

Sambil nunggu ajumma buatkan ramen pesanan ku mari lanjutkan menonton drama bergenre thriller yang lagi aku ikuti ceritanya.

~

Setelah menonton satu episode, drama yang lagi on going itu selesai dan untuk episode selanjutnya aku harus menunggu waktu tayangnya di minggu depan.

lagi asyik-asyiknya mencari drama lainnya yang menarik untuk di tonton, suara ketukan pintu kamar membuat ku tersenyum bahagia, akhirnya aku bisa makan hore.

Saat membuka pintu kamar ku, aku di buat kaget dengan sesosok manusia yang berdiri di depan pintu kamar ku dan seketika itu senyum bahagia ku hilang.

"Ini non makanannya"

"Kok lo yang bawa makanan gue?" tanya ku pada Kevin, iya dia yang sekarang berdiri di depan ku.

"Ajumma sudah pulang, kasihan nanti kalau kemalaman"

"Ya udah taruh di meja" perintah ku.

Di kamar ku ini sebenarnya fasilitas nya cukup lengkap, ada kamar mandi, kulkas mini, televisi, meja beserta sofa untuk bersantai tidak ketinggalan balkon dengan pemandangan yang indah.

"Kapan ajumma pulang?" tanya ku langsung setelah melihat Kevin sudah selesai menyusun pesanan ku.

"Dari tadi setelah ketemu non"

"Jadi semua ini siapa yang buat?" tanyaku penasaran sambil menunjuk semua makanan yang ada di meja.

"Saya non"

Tiba-tiba aku merasa ragu memakan makanan yang terlihat enak itu, bisa jadi visualnya aja yang bagus kan dan rasanya bisa jadi kacau balau. Sepertinya Kevin menyadari mimik wajah ku.

"Sudah saya coba duluan non, di jamin enak"

"Itu kan enak menurut lo, mulut gue ini kan elit tau mana yang enak mana yang nggak enak. Kalau nggak enak lo harus buatkan lagi sampai ku bilang enak, ok?"

"Ok"

Setelah terjadi kesepakatan antara aku dan Kevin baru aku berani mencicipi makanan buatannya.

"Kenapa non dari tadi nggak keluar kamar? ada yang sakit?" tanya Kevin di sela makan ku.

"Lagi mager aja" alasan ku padahal aku lagi malu ketemu dengannya.

"Walaupun non lagi malas ngapa-ngapain, non tetap harus makan biar nggak sakit"

"Agak asin, udangnya kurang banyak" komen ku. Sebenarnya biar Kevin diam aja sih, males dengar petuah-petuah nya.

"Kan non minta toping seafood, bukan udang aja"

"Iya, tapi ajumma tau kalau gue minta pakai seafood berarti di antara lainnya udang harus di taruh lebih banyak"

"Lagian tadi gue udah bilang kuah nya di banyakin sedikit"

"Mana saya tau non kalau non minta udang yang banyak dan kuah yang lebih banyak"

"Kalau lo nggak tau ngapain sok-sokan lo yang masak, mendingan tadi ajumma yang masak terus baru pulang, lo sok jadi pahlawan sih" protes ku sedikit marah-marah ke Kevin.

"Sini non biar saya aja yang makan" kata Kevin sambil menjulurkan tangannya ingin mengambil ramen yang sudah sepertiganya masuk ke dalam perut ku.

"Nggak perlu, biar gue yang makan. Kan ini di buat untuk gue bukan untuk lo" ujar ku sambil menepis tangan Kevin yang berniat mengambil makanan ku.

"Tadi bilangnya keasinan, udangnya kurang. Nggak baik non mengomentari makan, jadi lebih baik saya saja yang makan"

"Nggak, gue bilang nggak ya nggak. Gue lapar, biar gue aja yang makan walaupun keasinan kan masih bisa minum"

"Silahkan di habiskan non, nggak usah malu-malu" seketika aku langsung memberi tatapan tajam ke Kevin dan sialnya bukanya takut laki-laki itu malah ketawa terbahak-bahak. "Terserah lo lah Kevin mau ketawa sampai suara lo habis pun gue nggak peduli, mending gue makan aja. Mie instan di tambah kopi hangat di malam hari sangatlah nikmat.

~

Selesai makan aku langsung mencuci semua peralatan yang kotor, yah aku memilih untuk keluar kamar, toh tadi juga udah ketemu Kevin, udah nggak ada lagi alasan ku untuk tetap berdiam diri di kamar.

"Saya bantu ya non" suara bariton itu mengalihkan pandangan ku kepadanya.

"Lo pergi aja gih, gue bisa sendiri, nggak perlu bantuan lo" jawab ku mengusir laki-laki yang berdiri di samping ku. Sebenarnya aku dengan senang hati sih kalau dia yang mau mencuci piring ini apalagi kalau dia sendiri yang mengerjakannya dan aku bisa santai-santai, tetapi aku masih waras kalau lama-lama di sampingnya yang ada aku nggak bisa menyembunyikan wajah merah ku. Kalian nggak usah mikir yang aneh-aneh ya, wajah ku merah bukan karena suka sama Kevin tetapi merah karena merasa malu karena tertidur di gendongannya kemarin malam.

"Ya sudah kalau emang nggak mau di bantu" katanya langsung pergi meninggalkan ku. Emang dasar laki-laki es balok nggak peka, udah biasanya dingin kayak es di tambah lagi nggak peka seperti petrik si bintang laut berwarna merah muda di serial Spongebob Squarepants, bikin frustasi aja.

~

Hampir seharian di kamar aja sedikit membuat ku merasa jenuh. Jadi ku putuskan untuk sedikit menyegarkan pikiran sambil berduduk santai di teras villa.

Tenang aja, villa tempat kami tinggal di kelilingi tembok pembatas yang cukup tinggi supaya penghuninya merasa aman. Sedangkan dasar villa ini di buat sedikit tinggi sehingga dapat melihat keadaan di luar.

Biasanya saat di Jakarta aku mana pernah nongkrong di teras rumah, di balkon aja jarang. Mungkin karena rutinitas ku yang selama ini terlalu padat atau karena aku aja yang cuek sama diri sendiri. Padahal tubuh ku pasti butuh istirahat dan refreshing dari penatnya tuntutan pekerjaan. Aku sih pemilik tubuh terlalu masa bodo pada diri sendiri, mungkin inilah hikmah di balik kejadian yang baru ku alami. Aku bisa beristirahat dan sedikit mendapatkan pencerahan untuk lebih menyayangi diri sendiri.

Tiba-tiba sebuah selimut menutupi bagian atas tubuhku yang sedang duduk santai, siapa lagi pelaku kalau bukan Kevin.

"Non bisa sakit kalau lama-lama di luar, ayo masuk"

"Lo aja, gue masih mau disini" bukannya pergi Kevin menarik kursi dan duduk di samping ku.

"Non itu masih tahap penyembuhan jadi harus bisa jaga diri, jangan sampai kejadian kemarin malam terulang lagi" aku langsung menoleh ke arahnya.

"Apa dia mau menyinggung hal memalukan kemarin?" pikirku.

"Maksud lo?" tanyaku.

"Saya takut kalau non sakit lagi, kenapa kemarin nggak bilang kalau kaki non mulai sakit kenapa harus dipaksa berjalan?"

"Saya nggak keberatan kalau harus menggendong non, jadi jangan sembunyikan lagi bila non merasa sakit, Oke?"

"Oke" jawab ku menurut.

"Pintar" katanya sambil mengusap rambutku. Apa-apa ini, kenapa sikapnya jadi manis seperti ini dan kenapa jantung berdetak tak karuan? sadar Karina dia hanya bodyguard lo.

"Tapi non..."

"Tapi apa?" potong ku karena takut dia ngomong aneh-aneh.

"Tapi non ternyata berat juga ya"

"APA??" teriakku kaget, ucapan yang dari tadi paling ku takuti akhirnya keluar juga dari mulutnya.

"HAHAHA,, santai aja non nggak usah teriak-teriak"

"Bisa-bisanya lo bilang begitu dan dengan santainya lo tertawa"

"Kan saya hanya menyampaikan kenyataan" apa-apa alasannya itu.

"Terserah lo deh" ucapku meninggalkan nya dan masuk ke villa, capek ngurusin dia.

"Non,, non, non Karin" panggilnya dan nggak ku gubris dong, males.

Ketika tangan kananku hampir membuka pintu kamar, tiba-tiba tubuh ku di tarik ke belakang. Aku yang nggak siap langsung terjatuh dalam pelukannya dan bukannya di lepas justru tangan laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya.

"Lepasin gue Kevin" pinta ku berontak dalam pelukannya.

"Nggak akan non"

"Apa-apaan sih lo, aneh"

"Karina Putri Diningrat" ucap Kevin dan gilanya itu membuat ku mabuk mendengarnya, padahal dia hanya menyebutkan nama lengkap ku saja. Ku tatap dia dengan sedikit mendongak karena dia lebih tinggi dari ku dan kami saling bertatapan.

"Karina, kamu itu nggak berat justru sangat enteng, kapan pun kamu minta gendong saya siap, jadi jangan marah lagi ya" kata Kevin dengan nada sangat pelan seakan berbisik dan seketika membuat jantung ku berdebar cepat dan wajah ku terasa panas. Bahaya nih lama-lama dekat dengan laki-laki di depan ku ini.

"Lepaskan gue Kevin, gerah" pintaku lembut.

"Biarkan seperti ini dulu Karin" tolaknya dengan nada meminta dan aku hanya bisa diam mengangguk pelan.

~~~

☘️ Terimakasih Telah Membaca ☘️