1 Blooming Days

Chanyeol bingung dengan gadis yang terbaring lemah di tempat tidurnya saat ini. Keduanya sedekat itu hingga membiarkan Chanyeol masuk ke kamar gadis itu tanpa ragu, tidak ada yang mereka lakukan di dalam kamar itu selain meminjam sesuatu dari kamar itu atau duduk diam di atas sofa kamar milik gadis yang saat ini tergeletak tidak berdaya karena demamnya.

Keduanya bersahabat sejak beberapa tahun kebelakang, Chanyeol tidak jarang menginap di apartement gadis itu jika dirinya malas pulang.

Tapi tidak sekalipun Chanyeol menyentuh tempat tidur gadis itu, jangankan berbaring, duduk di tepian nya saja Chanyeol tidak pernah.

"Apa aku terlihat sangat menyedihkan?" gadis itu buka suara.

Bertahun-tahun bersahabat, Chanyeol tidak pernah sekalipun melihat gadis itu sakit atau terlihat sakit. Entah gadis itu memang tidak pernah sakit atau tidak pernah memperlihatkannya pada Chanyeol.

"Apa yang harus aku lakukan, aku tidak biasa melihatmu seperti ini Baek" Chanyeol terlihat putus asa.

Chanyeol tidak bodoh, jika hanya memberikan obat penurun panas saja laki-laki itu sudah melakukanya. Gadis itu hanya tersenyum lemah melihat Chanyeol yang terlihat bingung.

"Jangan seperti itu Baekhyun, aku benar-benar bingung" Chanyeol bersungguh-sungguh.

"Apa kau tidak pernah sakit?" Baekhyun memiringkan tubuhnya menghadap Chanyeol yang duduk di kursi.

"Pernah"

"Ibumu?"

"Pernah"

"Adikmu?"

"Pernah"

Chanyeol menjawab pertanyaan Baekhyun singkat dan yakin.

"Lalu, apa yang kau lakukan?" Pertanyaan Baekhyun kali ini membuat Chanyeol berpikir.

"Aku membelikanya obat" Chanyeol yakin, karena sering melakukanya "...jika ibuku yang sakit, aku memberikan itu pada adikku, dan jika adikku yang sakit, aku memberikanya pada ibu"

"Astaga, kau benar-benar seperti laki-laki" Baekhyun menggeleng mendengar jawaban Chanyeol yang begitu jujur.

"Tentu saja aku laki-laki"

"Kemarilah" Baekhyun memundurkan tubuhnya dan menepuk ruang kosong di depanya, gadis itu memberi ruang untuk Chanyeol.

"Apa boleh?" Chanyeol mendekat dan duduk di depan gadis itu.

"Peluk aku"  Baekhyun jelas mengatakanya.

"Apa?" Chanyeol terkejut mendengarnya.

"Jika aku terserang demam, ibuku akan memelukku sepanjag malam, dan saat ini ibuku ada di Bucheon, aku tidak mungkin memintanya datang kemari saat ini juga"

Baekhyun menceritakan kebiasaan ibunya jika Baekhyun terserang demam.

"Tentu saja, itu akam menyusahkanya" Chanyeol membenarkan perkataan Baekhyun.

"Maka dari itu, sekarang peluk aku" pinta Baekhyun lagi.

"Tapi--"

"Bukankah kau bertanya, apa yang harus kau lakukan?" keduanya saling menatap.

"Baekhyun"

"Aku percaya jika Park Chanyeol tidak akan melakukan apa-apa padaku"

Chanyeol dengan hati-hati merebahkan tubuhnya, laki-laki itu menggulung kemeja putihnya sebatas siku sebelum menelusupkan lenganya di bawah leher Baekhyun yang berbaring menghadapnya.

"Apa seperti ini?"

Chanyeol yang awalnya ragu, kini memeluk Baekhyun posessif dan membenamkan kepala gadis itu ke dadanya.

"Hm"

"Tidurlah, aku akan menjagamu" Chanyeol mengusap lembut belakang kepala Baekhyun

Baik Chanyeol ataupun Baekhyun, keduanya hampir tidak bisa bernafas dengan benar, keduanya tidak menampik jika ada debaran aneh di dadanya. Chanyeol kesulitan mengatur nafasnya saat nafas panas Baekhyun menerpa kulit dadanya.

Baekhyun benar, gadis itu butuh dipeluk jika sedang demam, walaupun debaran di dadanya semakin meliar, tapi lelah tubuhnya lebih menuntut untuk diistirahatkan hingga dengan mudahnya gadis itu tertidur.

.

.

.

"Baek" Chanyeol saat membuka matanya dan tidak menemukan siapapun di sampingnya.

Seingatnya, semalam Chanyeol memeluk Baekhyun yang sedang demam setelah sedikit pembicaraan tentang apa yang harus dia lakukan jika gadis itu sedang sakit.

"Baekhyun!" Chanyeol berteriak dan berlari keluar kamar untuk mencari Baekhyun.

Chanyeol berlebihan, bahkan ini apartement milik gadis itu, seharusnya Chanyeol tidak panik, mengingat gadis itu tidak akan pergi jauh.

"Kau sudah bangun?" Baekhyun menghampiri Chanyeol yang sudah berdiri di ambang pintu. Keduanya hampir saja bertabrakan.

"Kau?"

Chanyeol mengkhawatirkan sesuatu yang tidak jelas. Keduanya kembali ke dalam kamar, Chanyeol duduk di tepi tempat tidur dan berusaha menetralka nafasnya. Sementara Baekhyun meletakan segelas air di meja kecil yang terdapat di samping tempat tidurnya.

"Aku sudah lebih baik" Baekhyun membuka tirai jendela kamarnya "...ayo bangun, aku sudah membuatkan makan pagi untukmu"

Baekhyun menarik baju di bagia bahu Chanyeol untuk membawa laki-laki itu keluar.

"Astaga, aku sungguh tidak apa-apa"

Bukan menuruti ajakan Baekhyun, Chanyeol justru menarik lengan gadis itu dan membuat tubuh Baekhyun duduk di sebelahnya.

"Aku hanya khawatir"  Chanyeol tidak mengerti apa yang baru saja dia lakukan.

"Aku sudah membaik, kau melakukanya dengan baik" Baekhyun dengan kurang ajarnya tersenyum manis dan menepuk pelan pipi Chanyeol.

'Byur!'

"Ya! Apa yang kau lakukan?"

Baekhyun terkejut saat tiba-tiba Chanyeol meyiram kepalanya dengan segelas air yang dia bawa saat memasuki kamar.

"Aku berharap kau demam lagi" Chayeol menggeleng pelan dengan wajah polos.

Ingin sekali gadis itu marah dan mencakar wajah tampan Chanyeol karema seenaknya menyiram kepalanya.

"Apa!? Jahat sekali" Baekhyun menarik kerah kemeja Chanyeol.

"Aku ingin memelukmu lagi" Chanyeol bagitu jujur dan polos.

Baekhyun benar-benar kesal, tapi gadis itu juga ingin tertawa melihat wajah polos Chanyeol.

"Apa sekarang kau yang demam?" Baekhyun melepaskan cengkeraman di kerah baju Chanyeol, tanganya berpindah ke dahi Chanyeol dan memeriksa, apa laki-laki itu juga tetserang demam "...kau tidak demam"

"Byun Baekhyun" Chanyeol memegang tangan Baekhyun dan menariknya dari dahinya.

Chanyeol tidak kunjung melepaskan tangan Baekhyun, Chanyeol malah menggenggam kedua tangan gadis itu dan menatap mata Baekhyun. Ini aneh, Baekhyun merasa jika Chanyeol aneh.

"Kau kenapa Chanyeol?" Baekhyun mengguncang tanganya yang berada di genggaman Chanyeol.

"Byun Baek, ayo kita menikah saja"

"Apa!?"

Baekhyun lagi-lagi terkejut dan dibuat heran dengan sikap laki-laki itu pagi ini.

"Apa kau tuli?" Chanyeol melapaskan tangan Baekhyun begitu saja.

Gadis itu menganga tidak percaya, ini sama sekali bukan adegan romantis, ini aneh, benar-benar aneh.

"Aku-ak--"

"Ayo kita menikah saja" Chanyeol memotong kalimat Baekhyun yang tergagap.

"Tapi kita tidak sedang berkencan dan--" Baekhyun mengatakan yang sebenarnya. Mereka hanya bersahabat jika Chanyeol lupa.

"Kita akan melakukanya setelah menikah" Chanyeol memegang kedua bahu Baekhyun.

Oh ayolah, Baekhyun bukan sedang bermimpi bukan? Ini terlalu aneh jika disebut nyata, dan ini terlalu nyata jika disebut mimpi. Bahkan Baekhyun merasakan panasnya kuah sup yang tidak sengaja dia sentuh saat akan mencicipi masakanya.

"...lagipula, kita sudah mengenal lebih dari 4 tahun, aku sudah tahu semua tentangmu dan kau juga demikian"

"Kenapa kau berubah dalam satu malam?" Baekhyun masih tidak paham situasiny, kenapa Chanyeol seperti ini.

"Aku tidak! Aku sudah memikirkan ini satu tahun belakangan, dan--" Chanyeol menggeleng yakin.

"Dan?"

"Dan saat memelukmu semalam, aku menjadi semakin yakin jika aku harus menikahimu secepatnya" semudah itukah?

"...aku pikir sangat menyenangkan jika memelukmu setiap malam" Chanyeol menatap Baekhyun dengan tatapan yang sulit dimengerti.

Tidak bisa dipungkiri jika jantung Baekhyun tengah berdetak kencang. Ditatap seperti itu oleh seorang Park Chanyeol, gadis itu tidak terbiasa.

"Kenapa kau tidak melakukanya sejak dulu?"

"Aku takut kau memukulku jika aku kurang ajar padamu dan menikahimu adalah jalan keluarnya aku rasa"

Chanyeol mengatakanya dengan lugas, tapi apa semudah itu?

"Apa kau pikir menikah semudah itu? Apa kau mencintaiku?" sejujurnya Baekhyun sangat gugup saat mengatakanya.

"Kau tidak bisa menjawabnya?" Baekhyun merasa menang "...baik, lupakan pembicaraan kita pagi ini, sekarang ayo kita makan pagi, bahkan ini sudah hampir tengah hari"

Baekhyun bangkit dan menarik tangan laki-laki itu agar mengikutinya keluar menuju ruang makan.

Tapi pandanganya gelap seketika saat Chanyeol menutupi kepalanya dengan sebuah handuk, entah darimana laki-laki itu mendapatkanya. Baekhyun hampir lupa jika kepalanya basah karena disiram segelas air oleh laki-laki itu.

"Kau sudah pantas menjadi ibu dari anak-anakku" Chanyeol mulai mengusak kepala gadis itu dengan handuk "...dan akan menyenangkan jika melihatmu kesal seperti itu setiap harinya"

Chanyeol menyingkirkan handuk itu dan melemparnya asal. Laki-laki itu kembali menatap Baekhyun dengan tatapan entah apa.

"Chanyeol hentikan" Baekhyun salah tingkah.

"Kau bertanya, apa aku mencintaimu?" Chanyeol mengikuti Baekhyun yang sudah berada di ambang pintu  "...sebagai gadis pintar, seharusnya kau tidak membutuhkan jawaban dariku, karena kau sudah tahu jawabanya"

"Apa?" Baekhyun berbaik tiba-tiba.

"Bodoh!" Chanyeol mendorong kepala Baekhyun kebelakang dengan jari telunjuknya.

"Ya!"

"Jika seperti ini, aku semakin yakin harus menikahimu" Chanyeol semakin gemas dengan Baekhyun saat gadis itu marah.

"Menikah tidak semudah itu"

"Mudah saja, kita hanya perlu datang ke gereja dan mengucapkan janji"

"Tapi itu belum terdaftar"

"Aku akan mendaftarkan nya hari ini jugs jika kau mau, itu mudah Baekhyun"

"Astaga! Kau ini" Baekhyun benar-benar kesal dibuatnya.

"Jadi, apa kau bersedia?"

"Tapi--"

"Tidak ada tapi, hanya jawab 'Bersedia' atau 'Tidak', oke?"

"Tapi, apa ini caramu melamar seorang gadis? Setidaknya kau harus membawa bunga atau Cincin"

Baekhyun hampir saja menjawab 'Bersedia', tapi gadis itu masih mempertanyakan keseriusan Chanyeol yang hanya dengan memeluknya semalam tiba-tiba ingin menikahinya dan melamarnya tanpa persiapan.

"Ah!" Chanyeol seperti berpikir.

Laki-laki itu berjalan menuju lemari penyimpanan makanan. Baekhyun mengerutkan dahinya dan bertanya-tanya tentang apa yang laki-laki itu cari.

Baekhyun kemudian mengikutinya dan duduk di salah satu kursi yang dia siapkan untuk sarapan pagi ini dengan laki-laki yang tiba-tiba menjadi aneh itu.

"Ini" Chanyeol menyodorkan sebuah kotak berwarna merah tua dan berlutut di bawah "...maukah kau menikah denganku?

"Choco pie?" Baekhyun tidak habis pikir, bagaimana mungkin Chanyeol melamar ya dengan sekotak Choco pie yang bahkan dia beli sendiri beberapa hari lalu.

"Astaga! Apa aku sedang bermimpi?" Baekhyun hanya menggeleng, ini konyol.

"Setidaknya kau bisa kenyang dengan memakan Choco pie, ketimbang bunga. Kau tidak bisa memakanya, bunga itu mahal dan akan layu dalam beberapa hari" Chayeol bangkit dan duduk di kursi yang ada di samping Baekhyun.

Laki-laki itu amat jujur, entah dia polos atau apa, yang pasti Baekhyun ingin sekali tertawa. Yang benar saja, pagi ini dia mendapatkan beberapa kejutan, kepalanya di siram, kemudian dilamar dengam sekotak Choco pie yang dia beli sendiri.

"Bagaimana dengam cincin?" Baekhyun masih belum menyerah, mungkin gadis itu ingin melihat keanehan lain yang akan Chanyeol lakukan dengan meminta sebuah cincin untuk melamarnya.

"Aku akan memberikan cincin terbaik saat kita menikah Baek, jadi apa kau menerima lamaranku?"

Chanyeol menatap Baekhyun dengan senyum konyolnya. Baekhyun hanya menatap penampilan laki-laki itu yang sangat berantakan, bahkan laki-laki itu belum mambasuh muka setelah bangun tidur, menyisir rambutnya dengan jari pun laki-laki itu tidak melakukanya.

Baekhyun tertawa kecil, dilamar oleh laki-laki yang belum mandi? Yang benar saja.

"Sarapan dulu"

Baekhyun meletakan mangkuk berisi sup di depan Chanyeol.

"Diterima?"

Oh ayolah, demi apapun Baekhyun masih ingin tertawa. Walaupun bertanya, Chanyeol tetap menyuapkan sup itu ke mulutnya.

"Datanglah ke rumah orang tuaku jika kau sunguh-sungguh, mintalah dengan baik-baik pada kedua orang tuaku"

"Kau benar-benar menerimaku?" Chanyeol membelalak. Dan kuah sup di mulutnya memercik ke pipi mulus Baekhyun.

"Makanlah yang benar" Baekhyun kesal dan memukul lengan laki-laki itu. Chanyeol tertawa melihat gadis itu memberengut memajukan bibirnya karena terkena cipratan kuah dari mulut Chanyeol.

"Baek"

"Hm"

"Aku sudah memikirkan ini sangat lama, bahkan sebelum aku memikirkan masalah pernikahan"

Entahlah, kali ini apa lagi yang Chanyeol akan katakan. Baekhyun harap, ini bukan lagi hal yang aneh.

"Baek"

"Apa?" Baekhyun menoleh ke arah Chanyeol yang ternyata menatapnya entah sejak kapan.

"Apa bibirmu senikmat yang terlihat?"

"Apa!?"

Baekhyun memekik mendengarnya. Gadis itu tidak menyangka sama sekali jika Chanyeol akan mengatakan hal seperti itu.

"Setiap kali melihat bibirmu, aku selalu membayangkan--"

"Kau! Mesum!" Baekhyun menutup wajahnya dengan telapak tanganya "...astaga, kenapa aku tidak menyadari sudah bersahabat dengan orang yang mesum" Baekhyun menggeleng-geleng, demi apapun dia malu.

"Aku calon suamimu sekarang Baekhyun"

"Belum pasti" Baekhyun membuka tanganya dan memperlihatkan wajahnya yang memerah karena malu.

"Apa aku harus merobek keperawananmu saat ini juga, agar kau mau?"

"Park Chanyeol!"

.

.

.

Tbc

avataravatar
Next chapter