webnovel

Blood Princess Dreamer

Aria adalah siswa yang baru lulus SMA tetapi gagal masuk universistas. Selama dia hidup dia selalu bermimpi aneh menjadi sosok Princess of Vampire yang memiliki kehidupan berbeda dengan dunia nyatanya. Dia yang selalu berpikir itu adalah mimpi, selalu berpikir bahwa itu hanya khayalan belaka. Tidak pernah di bayangkan itu nyata, tetapi pena takdir tidak menulis bahwa kehidupan adalah kehidupan manusia biasa. Ketika Malam dia diserang oleh mahluk mengerikan dan hampir terbunuh, tetapi saat itu dia membangkitkan kekuatan yang sama versi layaknya kekuatan dari mimpi tersebut. Dia Kemudian bertanya keras pada dirinya. Mimpi itu apa? kenapa diriku bisa menggunakan kekuatan itu, Apa yang terjadi pada diriku, siapa yang ada di dalam mimpiku itu. Mahluk apa Diriku ini?

kerty_Oicu · Fantasy
Not enough ratings
11 Chs

6. Misi Pertama

Ketika Diriku tidak ada di ruangan.

"Ketua kenapa anda tidak melatih Dek Aria dulu."

"Soal itu, aku yakin kalau orang bernama Aria itu bukan pemula dalam bertempur."

Dia memukul meja dengan sebuah pulpen yang tidak ditutup membuat kertas yang ada di atas meja menunjukan semacam titik hitam bertebaran.

"Kenapa Ketua berpikir seperti itu."

"Entah, hanya firasatku saja."

Dia mengangkat kertas yang digunakan sebagai alas dan merupakan tempat mencatat sesuatu sebelum Aria pergi. Dia terlihat menatap kertas tersebut. Disana tergambar sebuah gambar sosok yang disebut Arial.

"Dimana dirimu sekarang, Bibi mulai khawatir denganmu?"

"Ketua, jika tidak masalah ini berhubungan dengan keluarga Ketua kan?"

"Sederhanya pelayan Kakakku menghilang ketika mencari Putri kakakku, secara mengejutkan ditemukan di sekitar sini. Jadi aku meminta mereka untuk menyelamatkan dia."

"Pantas saja, Ketua meminta Celest."

"Begitulah. Mereka sudah saling kenal sih, dan mungkin saja pelayan itu bisa mengetahui tentang siapa itu Aria."

***

Sekarang masih pagi dan menjelang siang. Kami berangkat menggunakan motor, dan motor itu Motor gede dengan jenis seperti Cruiser. Sialan tidak habis pikir seorang perempuan menyetir ini, dan agak memalukan aku yang jadi penumpang. Mau bagaimanapun diriku gak bisa pake motor kayak gini.

"Masih lama kah?"

"Sudah dekat."

"Baik."

Perjalanan memang agak lama sampai pantatku terasa panas dan kempes karena kebanyakan duduk.

"Kita mulai serius dari sini."

"Baik."

Sebuah gudang penyimpanan barang yang sudah tidak terpakai, Lokasi seperti ini cukup sering di komik. Mau bagaimanapun lokasi seperti ini adalah lokasi paling strategis untuk menyembunyikan sesuatu karena tidak terdeteksi.

"Tunggu aku mau check ke dalam dulu."

Celes langsung mengubah dirinya menjadi kelelawar kecil, kelelawar tersebut bukan berbentuk biological, melainkan semacam bentuk energi berwarna merah cerah.

Aku menunggu disana, dan baru ingat kami tidak pernah kenalan sedikitpun. Tetapi biarlah dia tidak tertarik untuk saling kenal.

"Lama banget sih?"

Aku melihat ke arah jam, ini sudah sekitar 15 menit loh kenapa bisa lama, aku yakin gak bakal sampai selama itu untuk mengecek, apalagi cuma satu gedung.

Seketika sebuah ledakan terdengar.

"Woi jangan bilang."

Aku langsung berlari memanggul pedang pemberian ketua. Suara tadi berasa dari tempat tujuan. Apa dia melakukan serangan begitu saja, untuk dengan pengalaman tinggi mana mungkin dia melakukan itu kan.

Ketika pintu dibuka aku melihat pertempuran yang benar-benar heboh terjadi. 2 lawan 20 itu yang aku yakin kan dengan kekuatan hitung cepat ku, atau bisa saja lebih banyak sebelum nya, banyak bangkai kadal berserakan.

Mereka semua fokus melawan Celes dan seorang dengan pakaian Maid, Celes menggunakan pedang yang sama seperti kemarin, dan tubuhnya tidak menggunakan kekuatan kemarin malam, mungkin ada batasan dan alasan tidak menggunakan itu. Tetapi keadaan perlu menggunakan itu.

Aku langsung mengambil pedangku dan bersiap untuk bertarung dengan memberi serangan kejutan pada salah satu target.

ketika berlari mendekat aku melihat wajah yang tidak asing. Wajah seorang pelayan yang muncul di mimpiku. Dia memiliki rambut ungu yang panjang sampai pundak, kemudian mata merah menyala kalau dia menggunakan kekuatan khususnya. Apa ini berarti orang-orang mimpi itu bukan mimpi.

"Mati sana."

Kadal berteriak sembari mengayunkan kapak pada pelayan tersebut. tetapi Dia tidak melihat dari mana serangan, itu berbahaya.

Aku langsung menggunakan pengendalian darahku menggunakan darah yang sudah berceceran dan menembakan bilah tepat pada kepala kadal tersebut. Tentu membuat lubang cukup besar.

Wajah sang Maid terlihat senang, tetapi entah kenapa itu sebuah rasa senang yang sia-sia apalagi pertempuran belum selesai.

Para Kadal mulai melihatku juga apalagi melihat diriku menembakan sesuatu.

3 diantara mereka langsung mengacungkan pedang dan menerjang ke arahku.

Serangan dari mereka aku tidak bisa tahan karena tidak punya teknik berpedang. Tetapi aku bisa melihat kecepatan ayunan membuatku mudah untuk hindari. Aku hanya fokus menusuk menggunakan pedang ku karena diriku tidak punya gaya bertarung dengan senjata.

Alasan aku membawa pedang agar aku punya senjata lain selain pengendalian darah yang masih membahayakan tubuh.

3 serang sekaligus bukan masalah sekaligus ketika memiliki mata yang bagus dan refleks yang terlatih. Aku terus melompat ke belakang, ke samping agar bisa menghindari ayunan, ketika ada celah aku langsung tusuk tepat pada perutnya.

Ketika ada darahnya terlihat.

"Lepaskan."

Aku langsung kendalikan darah tersebut untuk melebarkan luka ringan menjadi luka sobek layaknya di cincang.

"Woi belakangmu."

"Terima kasih."

Tidak ada cara lain. aku gunakan pengendalian darahku. Darah yang berserakan langsung diubah menjadi tombak dan menusuk kepala dia secara vertikal dari dagu naik ke atas karena mereka buaya dagu mereka lebih luas.

"Uhkk."

"Jangan paksakan dirimu anggota baru."

Aku langsung mendekat ke arah mengambil posisi saling memunggungi agar bisa saling menjaga titik buta kita.

"Bagaimana denganmu kenapa tidak gunakan kekuatan kemarin malam mu."

"Aku tidak bisa gunakan sekarang, itu hanya dapat digunakan saat malam."

"Nyonya, kita harus segera selesaikan sebelum bantuan datang."

"Benar Rei." Ucap Celes dengan wajah yakin.

"Baiklah aku akan ikut."

Kami langsung bekerja sama untuk memusnahkan setiap kadal yang ada disini agar segara bisa pergi dari ini. 70% berhasil di urus oleh Celes dia beneran orang dengan kemampuan dia. di tambah lagi dia seorang profesional dengan pedang membuat pertempuran sangat menguntungkan walaupun hanya bertiga.

Pada akhirnya ini hanya jadi pembantaian. Walaupun begitu mataku dan mentalku tidak terasa takut atau trauma mengerikan. Seperti diriku sudah tidak memiliki rasa takut akan kematian orang lain, sudah seperti orang yang mengganggu pantas dibunuh, sebuah pola pikir bangsawan vampire yang sombong.

Aku melihat tanganku yang berdarah karena kadal tersebut. Dipikirkan hanya terbayangkan satu kata, "Kotor." Kenapa diriku bisa hanya terbayangkan itu, jika manusia biasakan pasti berpikir aku sudah membunuh mahluk, atau bahkan terasa berdosa apalagi ini pembunuhan yang sengaja atas keinginan ku sendiri.

"Woi Aria. Rei mau bicara dengan mu."

"Rei. Baiklah."

Aku mendekati mereka.

"Nyonya Celest mohon mundur sebentar.."

"Kenapa?"

"Mohon untuk kali ini, aku ingin berbicara dengan orang bernama Aria ini."

"Rei, kamu pasti kepikiran Aria itu siapa kan?"

"Ini hanya firasat saja."

Ketika dalam pembicaraan itu. Terdengar suara langkah kaki, ini suara langkah kaki dari sebuah sepatu yang berat, terdengar suara besi saling beradu.

Mataku langsung tertuju pada sosok tersebut. Sebuah Jirah besi berwarna Putih layaknya perak, dan emas putih, hiasan emas yang layaknya sinar mentari. Bastard Sword yang gagah di punggung, dan helm yang di ukir layaknya sebuah wajah elang dengan sayap di bagian ujung helm tersebut.

Aura yang kuat dengan sebuah sihir suci.

"Kenapa dia bisa ada disini."

"Apa yang terjadi disini." Ucap dengan suara Berat dari pria tua.

"Kalian berdua cepat pergi dari sini."

Keringatku bercucuran deras, jantung berdetak tidak karuan ketika melihat sosok dia ada disini. Kenapa dia ada disini, sosok yang beneran menusuk ku. orang yang memberikan rasa sakit pada mimpi ku.

"Aku ketua tim nya loh."

"Aku mohon pergi sekarang."

"Baiklah." Rei terlihat setuju untuk pergi segera.

Mereka pergi tepat sebelum mata sang Kesatria tersebut menatap ke arah Aria. Sekarang di mata Kesatria hanya ada diriku saja sendiri.

"Dirimu!"