webnovel

BEN 3.9 Saya pamit

Jam sudah menunjukkan pukul 8 lewat 45 menit ketika dua perawan jawa dan salah satu perjaka masih aktif mengerjakan skripsi tepat dihadapan laptop mereka masing-masing. Ketahuilah bahwa Mawar, Nata serta Jaehyun sangat bersungguh-sungguh mengerjakan tugasnya kali ini.

Dengan alasan ingin cepat-cepat menyandang status serta gelar Sarjana, Mawar juga ingin sekali menikah muda. Walau... ia belum tahu siapa jodohnya kelak. Intinya Mawar hayang kawin karena menonton salah satu drama korea berjudul 18 Again yang sedang viral tersebut. Memikirkan suaminya kelak sedang menggendong putra serta putrinya membuat Mawar jadi malu sendiri.

Jaehyun duluan lah yang memutuskan kontak matanya kepada Anna—si laptop dengan banyak tempelan stiker berwajah Olaf serta kakak beradik dalam animasi kartun Frozen. Laki-laki itu merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku sebab terlalu lama duduk.

Melihat arah kanan dan kiri, Nata serta Mawar masih asik di dalam dunianya. Membuat Jaehyun melemparkan senyum manis. Ia merasa mempunyai dua istri yang akur. Mencoba untuk menarik atensi para perawan jawa, ia berseru kencang. "Pengen makan mie rebus," kata Jaehyun.

"Nggak ada mie rebus di rumah gue," timpal Mawar membuat Jaehyun membelalakkan matanya sebab terkejut. Yang benar saja? Di rumah petinggi dan konglomerat seperti keluarga Disastro tidak memiliki persediaan mie rebus?

"Abis, Elsa...." Seakan mengerti Mawar kembali memberi penjelasan. Membuat Jaehyun menganggukkan kepala tanda mengerti.

Nata terkekeh pelan melihat interaksi dari kedua temannya. "Mau beli aja nggak?" tawar Nata mencoba menarik atensi.

"Boleh," seru keduanya kompak.

"Sekalian pengen cari angin malem," tambah Mawar yang segera bangkit dari tempatnya. Gadis itu berjalan menuju lemari baju, mengambil dua jaket tebal yang akan digunakan oleh Nata serta dirinya nanti.

Tumben sekali jalan di perumahan kompleks Mawar sangat sepi. Hanya terdengar bunyi sautan para jangkrik dan kodok seakan meminta hujan untuk turun dan membasahi bumi.

Ditambah alunan music sendu yang berasa dari gawai Nata. Lagu milik Taehyung BTS—Sweet Night sedang terputar.

How could I know

One day I'd wake up feeling more

But I had already reached the shore

Guess we were ships in the night

Night, night

Hoo, hoo, hoo, hoo, hoo, hoo

Hoo, hoo, hoo, hoo, hoo, hoo

We were ships in the night, night, night

I'm wondering

Are you my best friend

Feel's like a river's rushing through my mind

I wanna ask you

If this is all just in my head

My heart is pounding tonight

I wonder

Tanpa sadar ketiganya telah sampai tepat di pekarangan minimarket. Jaehyun membukakan pintu untuk kedua temannya. Bahkan mata jeli milik Jaehyun sempat mengernyit bingung kala menatap potret diri seorang laki-laki di ujung sana yang sedang berada di depan lemari pendingin es.

Seperti kenal tetapi tidak tahu itu siapa. Jaehyun menggelengkan kepalanya pelan saat panggilan suara dari Nata menggema. "Ayo, Jae!"

Ketiganya berpencar di dalam ruangan sejuk ber-AC itu. Mawar yang sibuk dengan peralatan kamar mandi miliknya, Jaehyun yang sibuk dengan berbagai hidangan mie serta rasa dihadapan wajahnya, dan Nata yang sibuk mencari kopi dingin.

Langkah gadis itu berhenti kala netranya jatuh tepat kepada seorang laki-laki tampan berkaca mata. Tidak sempat untuk putar balik arah, Nata berusaha menghela napas pelan dan bersikap seperti biasa. Membalas senyum tipis yang diberikan oleh mantan kekasihnya—Khalif.

"Dinata?" seru Khalif terkejut, laki-laki tampan itu terpaku ditempatnya. Seperkian detik kemudian melempar senyum lebar. Senang rasanya dapat kembali bertemu dengan Nata.

"Iya," jawab Nata seadanya.

"Apa kabar?" tanya Khalif lembut. Yang dibalas oleh Nata dengan anggukan kepala pelan. "Alhamdulillah, sejauh ini baik. Kamu... kata Oma bukannya mau berangkat ke Shanghai minggu lalu?" Nata yang tidak dapat menahan rasa keponya, gadis itu melemparkan pertanyaan yang terus bercabang di otak.

Khalif tampak terkekeh sejenak melihat wajah Nata. Sempat berterima kasih kepada Tuhan di dalam hati karena memperkenankan dirinya untuk kembali bertemu dengan Nata sebelum akhirnya besok ia berangkat ke Shanghai.

Pikir Khalif, dirinya sedang berhalusinasi tadi. Disaat suara Nata menyapa indera pendengarannya. Meneriakan nama seorang pemuda tampan. Yang sangat khalif ketahui itu adalah Jaehyun—si bungsu dari keluarga Bangsawan.

"Besok aku berangkat," jawab Khalif. "Kemaren ada pekerjaan tambahan yang mendadak harus diselesain jadi terpaksa di undur keberangkatannya," jelasnya.

Nata tampak menganggukkan kepalanya kaku. Terlalu canggung berdiri di sekitar Khalif setelah ia mendengar kabar putusnya Nameera tepat beberapa minggu yang lalu.

Beruntung teriakan serta panggilan nama yang disuarakan oleh Jaehyun dibelakang sana terdengar. Nata menghela napas lega dan mengucap syukur dalam hati.

Yang dapat dilihat dari arah sini Jaehyun bersama Mawar dan barang belanjaan mereka berjalan kian mendekat. Jaehyun melempar sorot mata tajamnya kepada Khalif. Yang dibalas dengan senyum ramah oleh pemuda tampan itu. Sedang Mawar terlihat memeluk Nata posesif dari arah samping.

Keduanya—Jaehyun dan Mawar memang baru mengetahui pasal Khalif yang merupakan mantan kekasih Nata saat masa SMA setelah insiden si bungsu bertengkar hebat dengan Sehun minggu lalu. Mawar pun tadinya sempat terkejut dan merasa marah terhadap Nata karena ia tidak diberi tahu pasal itu.

Namun seiring berjalannya waktu serta pengertian yang diberikan oleh Jaehyun, gadis itu perlahan-lahan mengerti dan bisa menerima dengan lapang dada.

"Kalo begitu, saya pamit duluan," ujar Khalif merasa tidak enak. Ia memandang Nata dengan senyum tulusnya sekali lagi. Merasa sedih dan tidak berdaya karena harus meninggalkan serta menghapus perasaan ini.

"Jaga diri kamu, Dinata. Sampain salam untuk Oma dan juga keluarga Mahapraja, besok aku berangkat." Seperti itu saja salam perpisahan mereka. Nata menatap sendu punggung lebar Khalif yang kian menjauh. Diikuti oleh tatapan mata tajam dari Jaehyun yang enggan berhenti mengawasi Khalif.

"Kamu juga, Khalif..." Kata-kata yang hanya bisa terucap di dalam benak Nata tanpa mau keluar dari mulutnya. Ia berusaha menarik napas panjang dan melupakan kejadian malam ini.

Menarik lengan Jaehyun dan juga Mawar menuju depan kasir supaya bisa segera sampai ke rumah lalu meneruskan aktivitas sebelumnya tanpa mau mengingat kejadian malam ini.

Next chapter