webnovel

Astaroth

Garry tiba-tiba mengampiriku yang berada dibarisan terdepan. Ia mencolek pundakku dan membuatku kaget.

"Hei, aku perlu bicara denganmu." Bisik Garry padaku.

"Ada apaansih?" Tanyaku bingung

"Sudah ikut saja!"

"Ehm.. Kayaknya lagi ada masalah keluarga nih hehe.." Sasa yang berada disampingku saat itu ikut bicara.

"Eh, nggak gitu sa!!" Kataku pada Sasa. Aku tidak mau orang lain tau hubunganku dengan Garry.

"Iyaa nih, Vira genit. Semua cowo dideketin." Kata Garry menanggapi Sasa.

"Kau!!!" Aku mencubit perut Garry.

"Aw.. aw.. Sakit tau" Kata Garry kesakitan. "Udah sini ikut aku dulu!"

Garry kemudian menggandengku keluar dari barisan. Dia membawaku pergi agak jauh dari rombongan kami.

"Hei, dengerin ya. Kau jangan berjalan terlalu jauh dariku. Aku tidak mau kalau kau sampai hilang dan bertemu hantu-hantu rendahan itu lagi." Kata Garry.

"Aku tidak butuh bantuanmu. Kau urus saja urusanmu sendiri! Kalau masalah rahasiamu, tenang saja. Aku akan merahasiakannya." Kataku kesal.

"Heh.. bisa bersikap arogan juga ternyata dirimu, anak hawa haha." Kata Garry sambil tertawa.

"Sudahlah! Aku bisa mengurus diriku sendiri!" Kataku. Aku pergi menuju rombongan dan meniggalkan Garry.

***

Aku terus berjalan didalam hutan untuk mencari rombonganku, tapi aku belum menemukan mereka. Aku merasa seperti dejavu. Berjalan sendirian dalam hutan tanpa tau arah.

"Huh.. Kemana rombonganku ini..." Kataku sambil menghela nafas.

Tidak lama berselang, aku merasakan ada seseorang membuntutiku. Aku menengok kearah kanan dan kiri tapi tidak melihat siapapun. Aku mengira kalau orang yang mengikutiku itu adalah Garry.

"Ha ha ha... lucu sekali, keluarlah Garry. Aku tau kau mengikutiku dari belakang." Kataku dengan suara yang agak keras.

"Hihihi... Jadi kau sedang sendirian ya.." Sebuah suara menyauti perkataanku.

"Eh?! Siapa itu?!" Aku terkejut mendengar suara itu. Suara itu bukanlah suara Garry. Suaranya seperti suara perempuan.

Sosok yang mengeluarkan suara itu akhirnya menampakkan dirinya. Ternyata dia adalah Kuntilanak. Dengan rambut panjangnya yang terurai dan senyuman menyeringai dia melihatku. Kuntilanak mendekatiku dengan cepat.

Tiba-tiba kuntilanak suda ada didepan wajahku. Dia tersenyum menyeringai. Wajahnya pecah-pecah, gigi taring mencuat dari mulutnya.

"Hei, anak hawa. Kau tempo hari memang berhasil lolos dari kami karena ada lelaki bersayap hitam itu. Sekarang kau sendirian, aku bisa melakukan apapun padamu hihihi..." Kata Kuntilanak.

Saat Kuntilanak mencoba menyentuku, tiba-tiba ada cahaya hitam menyelimuti tubuhku. Cahaya itu membentuk bola menyelimutiku.

Ketika tangan Kuntilanak menyentuh bola itu, tangannya terbakar dengan api hitam.

"Uwah!!!" Kuntilanak meronta kesakitan. "Apa ini?!" Katanya.

Aku yang melihat kejadian itupun ikut bingung. Sejak kapan aku memiliki kekuatan sihir seperti ini. Apakah ini ada hubungannya dengan Garry?

Bola hitam itu kemudian mengecil dan berpindah kehadapanku. Benda itu berubah menjadi sosok seorang manusia.

"Heh.. Aku padahal pernah bilang kalau kau tidak boleh menyentuh dia lagi. Tapi kau justru menyentuhnya untuk yang kedua kalinya." Kata seorang lelaki yang muncul dari bola hitam itu.

"Garry?!" Kataku kebingungan. Ya, lelaki yang muncul dari bola hitam itu adalah Garry!

"Hai sayang." Kata Garry sambil tersenyum melihat kearahku. "Tunggu sebentar ya aku mau menyelesaikan urusan dengan makhluk rendahan ini." Lanjutnya.

"Kau! Jangan mendekat!" Kuntilanak menjerit ketakutan. "Jika kau membunuhku, Raja kami tidak akan tinggal diam."

"Hei, kau kan dibunuh oleh pangeran kegelapan. Bukankah itu sudah cukup terhormat untuk kematian hantu rendahan sepertimu?" Kata Garry pada Kuntilanak.

"Pangeran kegelapan?! Omong kosong! Sosok se-mulia itu tidak mungkin muncul disini." Kuntilanak meragukan identitas asli dari Garry.

"He.. kau tidak percaya? Kalau begitu lihat ini." Garry menengadahkan telapak tangannya. Dari situ muncul api hitam yang membentuk sebuah simbol.

"Kau?! Kau ternyata sungguh anak dari Makhluk paling mulia diantara para makhluk dunia bawah?!" melihat simbol itu dan api hitam yang dimunculkan Garry, Kuntilanak mulai merinding ketakutan.

"Hmm.. jadi kau baru percaya sekarang? Ini adalah api hitam abadi dari neraka dan ini adalah simbol kebangsawanan kami." Kata Garry. "Sekarang kau akan mati di tanganku, Astaroth." Garry menjentikkan tangannya.

Astaroth adalah anak dari salah satu pangeran kegelapan. Ia adalah keturunan dari Satan dan Adik dari Lucifer. Astaroth memiliki kekuatan api yang tidak ada tandingannya di neraka. Menurut legenda, api hitam dari Astaroth tidak akan padam sampai korbannya berubah menjadi debu.

"Tidak!! Ampuni hamba.. hamba tidak tau kalau sudah membuat masalah dengan keluarga bangsawan.." Kuntilanak bersujud dihadapan Garry.

Walaupun Kuntilanak sudah bersujud, tapi api hitam yang Garry hasilkan dari jentikkan tangannya terus membakar Kuntilanak.

"Sudah terlambat untuk minta maaf, bodoh." Garry berkata sambil memperlihatkan wajah mengejek.

Kuntilanak seketika itu berubah menjadi abu. Sosok yang tadinya memiliki kekuatan magis dan menyerangku, dengan begitu mudahnya dilenyapkan oleh Garry.

"Nah sekarang, sampai dimana kita tadi?" Garry bertanya padaku.

"Mana ku tahu, dasar monster." Jawabku.

"Hahaha kau memang boleh menganggapku monster, tapi ingat monster inilah yang akan menaklukan hatimu suatu hari nanti." Balas Garry tersenyum.

"Hah! Mimpi kau!" Kataku kesal.

"Padahal tadi sudah ku bilang jangan terlalu jauh dariku. Untung saja aku sudah memberimu pelindung. Jadi aku bisa langsung datang ke tempatmu berada." Kata garry.

Mendengar perkataannya itu akau berpikir. Jangan-jangan ciuman yang dia berikan waktu itu adalah caranya memberiku kekuatan perlindungannya.

"Ya Kau benar, saat aku menciummu, aku memberikan sedikit kekuatanku didalam tubuhmu agar aku dapat mengetahui keberadaanmu." Kata Garry.

"Kau?! Bagaimana kau tahu apa yang aku pikirkan?!" Tanyaku.

"Dasar bodoh, semuanya terlihat dari raut wajah bofohmu itu haha" Kata Garry tertawa. "Yasudah sekarang kau ingin kembali ke rombongankan? Ayo jalan sama-sama."

Garry kembali menggandengku dan berjalan menyusuri hutan mencari rombongan kami.

***

Kami akhirnya berhasil menyusul rombongan. Sasa melihatku berjalan dengan Garry. Dia tersenyum seperti menggodaku, seakan-akan dia ingin mengatakan "Abis couple time ya".

"Sana, ngumpul lagi dengan temanmu itu." Kata Garry padaku.

"Nggak usah dikasih tau juga aku bakal kesana kok!" Kataku.

Aku berjalan menghampiri Sasa. Dia berada dibarisan paling depan tepat dibelakang Ka Guna.

"Hei, lama sekali perginya, kamu ngapain aja sama Garry?hehe.." Sasa tertawa seakan menggodaku.

"Aku tidak ingin membahasnya. Dia melakukan hal yang aneh padaku!" Kataku jengkel.

Mendengar tanggapanku itu, otak liar Sasa berpikir kalau kami melakukan hal yang tidak-tidak.

"Ha?! Dia melakukan apa?!!!" Katanya terkejut.

"Eh? Ah! Bukan!! Bukan hal aneh seperti itu yang aku maksud!" Aku baru sadar kalau perkataanku menimbulkan kesalahpahaman. Aku ingin menjelaskan padanya tapi itu artinya aku harus memberitahu rahasia Garry.

"Pokoknya gitudeh sa!" Aku tidak mau memperanjang percakapan denganya.

"Tapi Garry nggk ngapa-ngapain kamu kan?" Tanya Sasa memastikan. Dia masih mengira Garry melecehkanku di hutan.

"Nggak..!" Jawabku.