webnovel

Black Needle Warrior

Li Yong adalah bocah yang bernasib malang. Sejak dilahirkan, dia tidak pernah mengetahui siapakah kedua orang tuanya. Dia dibuang begitu saja. Entah karena apa alasannya. Sebab hingga sekarang, dia sendiri belum mengetahui secara pasti. Saat itu usianya masih kecil. Untunglah langit mengulurkan tangannya. Pada detik-detik penentuan antara hidup dan mati, tiba-tiba ada sebuah tangan yang terjulur kepadanya. Tangan itu sudah keriput, bahkan kotor oleh debu-debu yang menyesakkan nafas. Ternyata tangan itu milik seorang kakek tua. Li Yong tidak tahu siapa kakek tua itu. Yang dia tahu hanyalah bahwa kakek tua itulah yang kemudian merawatnya seperti kepada cucu sendiri. Bahkan dia juga yang memberikan nama Li Yong kepadanya. Nama itu diambil dari marga Li milik kakek tua yang diketahui bernama Li Beng tersebut. Semenjak saat itu, Li Yong terus tinggal bersama Kakek Li Beng. Keduanya benar-benar akrab, seperti akrabnya hubungan keluarga. Siapa pun pasti tidak akan ada yang menyangka bahwa mereka sebenarnya tidak ada ikatan darah sama sekali. Namun sayang sekali. Semua itu tiba-tiba berubah ketika musibah menghampiri mereka berdua. Kakek Li Beng dibunuh secara sadis oleh perampok-perampok yang tidak punya hati nurani. Untunglah pada saat itu, Li Yong berhasil menyelamatkan dirinya. Kematian Kakek Li Beng telah membuat Li Yong terpukul. Dia tersiksa lahir batin. Hingga pada akhirnya, bocah itu memutuskan untuk pergi ke tempat yang sangat jauh. Namun sepuluh tahun kemudian, di jalan dan di desa yang sama, tiba-tiba muncul seorang pemuda misterius. Wajahnya angkuh dan dingin, kedua bola matanya kelabu. Siapa pun bakal mengetahui kalau dia adalah orang yang menderita penyakit batin dan selalu merasa kesepian. Pemuda yang dimaksud itu bukan lain adalah Li Yong. Ya, memamg dia. Namun Li Yong yang sekarang, telah berbeda jauh dari Li Yong sepuluh tahun silam. Sekarang dia telah menjelma menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa. Ilmu silatnya sangat tinggi. Tiada seorang pun yang mengetahui sampai di mana taraf kesempurnaan ilmunya. Kematangan dari penguasaan setiap jurusnya juga tidak perlu diragukan lagi. Kemunculannya ke dalam dunia ramai membawa sebuah tekad. Li Yong ingin mencari pelaku yang sudah membunuh Kakek Li Beng sekaligus mencari jati dirinya sendiri. Dia pun ingin menjadi seorang pendekar yang membasmi kejahatan.

Junnot_senju · Eastern
Not enough ratings
396 Chs

Lima Harimau Dari Selatan

Untuk beberapa saat lamanya, Li Yong hanya bisa berdiri mematung. Sekarang benaknya sedang dipenuhi oleh berbagai macam pertanyaan. Perasaannya pun sedang berkecamuk, berbagai macam perasaan tiba-tiba mencuat memenuhi jiwanya.

Dia baru muncul ke dalam dunia ramai, tapi kenapa masalah sudah menghampirinya?

Padahal kalau diingat kembali, dia tidak pernah mempunyai masalah dengan siapapun.

Dalam pada itu, tiba-tiba Li Yong teringat akan Hartawan To. Rasanya selain dengan dia, belakangan ini dirinya tidak bercengkerama dengan siapapun juga.

Kalau begitu, apakah kejadian hilangnya kuburan Kakek Li Beng, ada hubungannya dengan Hartawan To?

Li Yong tidak dapat memastikan hal tersebut. Lagi pula, dirinya tidak punya bukti yang kuat untuk menyeret nama Hartawan To dalam kejadian ini.

Tetapi, untuk saat ini, yang ada dalam benaknya memang hanya dia seorang.

Apa yang harus dilakukan olehnya saat ini?

Sementara dia melamun, tanpa terasa matahari sudah semakin condong ke sebelah barat. Sinar keemasan mulai muncul menyinari muka bumi. Sebentar lagi malam akan segera tiba. Itu artinya, dia harus cepat-cepat pergi ke pemukiman warga. Sebab kalau tidak, dia bisa kemalaman di tempat yang sepi sunyi itu.

Dengan langkah berat dan perasaan yang tak menentu, terpaksa Li Yong pergi dari sana. Langkahnya masih sama. Ekspresi wajahnya juga sama.

Tapi perasaan hatinya jelas berbeda.

Ketika matahari lenyap dibalik bukit-bukit hijau nun jauh di sana, pemuda itu baru tiba di pemukiman warga. Li Yong terus berjalan. Langkah kakinya tidak pernah berhenti. Seolah-olah di dunia ini, tiada sesuatu apapun yang dapat menghentikan langkahnya.

Di depan sana ada warung arak. Walaupun hanya warung arak sederhana, tapi ternyata cukup dipadati oleh pengunjung. Hal tersebut terbukti dari banyaknya orang-orang yang keluar masuk ke warung itu.

Li Yong mempunyai niatan untuk masuk ke sana. Kebetulan sekali sudah beberapa hari ini dia belum mencicipi satu tetes arak pun.

Begitu tiba di pintu masuk, pemuda itu tidak langsung duduk. Dia sempat mengawasi keadaan di dalam warung tersebut. Setelah memilih tempat duduk yang cocok, barulah dirinya berjalan ke sana.

Li Yong memilih duduk di bangku paling belakang. Kebetulan di sana belum ada orang lain.

"Pesan nasi sayur dan satu guci arak," katanya kepada pemilik warung.

"Baik, Tuan Muda. Silahkan tunggu sebentar," jawab pemilik warung yang ternyata adalah seorang kakek tua berusia sekitar enam puluh lima tahun.

Sambil menunggu pesanan datang, pemuda itu sempat melihat-lihat kembali keadaan di dalamnya. Dia memperhatikan segalanya. Termasuk juga para pengunjung yang datang.

Ternyata selain para petani dan pedagang, pengunjung dalam warung arak itu ada juga yang berasal orang-orang persilatan. Jumlahnya ada sekitar lima orang.

Sepertinya mereka mengenal baik satu sama lain. Hal itu terbukti karena orang-orang tersebut memilih duduk secara berkelompok.

Teringat akan pendekar, hatinya menjadi tergerak untuk mendengarkan cerita mereka. Apalagi, warung arak biasa dijadikan sebagai tempat untuk mencari sumber informasi.

Li Yong memasang telinganya dengan tajam. Dia mulai mendengarkan para pendekar itu bercerita.

Dari cerita orang-orang itu, dapat diketahui bahwa situasi dalam dunia persilatan dewasa ini ternyata sedang tidak aman. Di sana sini mulai terjadi perselisihan. Baik itu yang besar, maupun yang kecil. Mulai dari perguruan tidak terkenal, sampai ke perguruan yang terkenal. Bahkan, tak jarang juga sering terjadi perselisihan yang melibatkan perorangan.

Setelah mendengar lebih lanjut, tahulah Li Yong bahwa perselisihan itu timbul karena beberapa masalah. Salah satunya adalah demi memperebutkan kekuasaan, dan perebutan peta harta karun.

Sebenarnya Li Yong ingin mengetahui informasi lebih jauh lagi, sayangnya, saat itu para pendekar tersebut sudah tidak membicarakan lagi persoalan-persoalan dalam dunia persilatan.

Sebaliknya, saat ini mereka malah sedang membicarakan persoalan yang sedang dihadapi olehnya.

"Kakak kedua, bagaimana ini? Sepertinya Organisasi Naga Terbang tidak akan melepaskan kita begitu saja. Padahal kita sudah menjelaskan bahwa Lima Harimau Dari Selatan tidak mengetahui informasi apapun tentang lokasi harta karun Kerajaan Wei itu," kata orang yang memiliki postur tubuh tinggi kekar.

"Entahlah, aku sendiri belum menemukan cara untuk membebaskan dari tuduhan ini," timpal orang gemuk yang tadi dipanggil Kakak kedua.

"Sebenarnya, siapa yang pertama kali menyebarkan informasi bahwa kita mengetahui peta harta karun itu?" tanya orang yang memiliki postur tubuh tinggi kurus.

Dari sebutan orang-orang tadi, Li Yong mengetahui bahwa dia dipanggil sebagai Kakak keempat.

"Entahlah. Di antara kita tidak ada yang mengetahui terkait persoalan tersebut. Yang jelas, bagaimanapun juga kita harus bisa meluruskan tuduhan ini," sahut orang yang dipanggil Kakak pertama.

Pembicaraan di antara mereka terus berlangsung sampai sekian lama. Sepanjang saat itu, Li Yong pun selalu memasang telinganya dengan tajam.

Bahkan walaupun dirinya sedang menyantap nasi sayur pesanannya, sepasang telinga Li Yong tak pernah lepas dari pembicaraan Lima Harimau Dari Selatan tersebut.

Entah sudah berapa lama waktu yang sudah berlalu. Nasi sayur yang disantap oleh Li Yong sudah habis beberapa saat yang lalu. Sampai sekarang pemuda itu masih berada di warung arak tersebut.

Sekarang dia sedang menikmati seguci arak keras pesanannya tadi.

Lima Harimau Dari Selatan masih ada di sana. Sesekali lima bersaudara itu bercerita tentang persoalan yang sedang mereka hadapi. Namun sayangnya, walaupun sudah bercerita sekian lama, tetapi mereka belum juga menemukan jalan keluar dari masalahnya.

Semakin lama mendengarkan cerita, Li Yong semakin tertarik untuk terus mengikutinya.

Dia jadi punya hasrat untuk menyelidiki lebih jauh tentang perebutan harta karun Kerajaan Wei tersebut.

Tanpa terasa, arak dalam guci yang dia minum sudah habis. Pemuda itu pun berniat untuk langsung membayar biaya makan dan segera pergi dari warung arak tersebut.

Tapi tiba-tiba niat itu diurungkan ketika sepasang matanya melihat ada tiga orang pengunjung yang berjalan masuk ke dalam warung arak.

Yang membuat Li Yong tertarik kepada tiga orang itu adalah karena pakaian yang mereka kenakan. Ketiganya mengenakan pakaian seragam berwarna hitam. Di dada sebelah kanan pakaian itu terdapat sebuah simbol berukuran kecil.

Namun walaupun kecil, setiap orang pasti bisa melihat simbolnya dengan jelas.

Simbol yang dimaksud bukan lain adalah gambar seekor naga terbang.

Tanpa perlu bertanya lagi, Li Yong sudah bisa mengetahui bahwa ketiganya pasti merupakan anggota dari Organisasi Naga Terbang. Hal tersebut diperkuat lagi oleh reaksi. Lima Harimau dari Selatan.

Ketika mereka menyaksikan tiga orang itu, wajah lima bersaudara tersebut langsung berubah drastis. Dari yang tadinya terkejut, berubah menjadi takut.

Keringat dingin sebesar biji kacang kedelai sudah mengucur membasahi seluruh tubuhnya. Dari kening mereka juga mengucur peluh sebesar biji kacang.

Li Yong terus memperhatikan gerak-gerik orang-orang itu dengan seksama.

Sekarang, ketiga anggota Organisasi Naga Terbang itu sedang berjalan ke arah meja Lima Harimau Dari Selatan.